2.3.3. Emisi CO
2
dari Aktifitas Respirasi Akar
Salah satu komponen yang berperan besar dalam respirasi tanah adalah aktifitas respirasi akar. Menurut Hanson 2000 total respirasi tanah sebagian
besar dipengaruhi oleh perakaran tanaman, bervariasi dari 10 hingga 90. Coleman 1973 dalam penelitiannya pada padang rumput yang mengalami
suksesi mendapatkan bahwa komponen yang berkontribusi terhadap respirasi tanah adalah 8-17 dari perakaran, 6-16 dari dekomposisi serasah, dan 67-80
dari aktifitas mikroba pada rhizosfer. Pada tutupan hutan alam, Richard 1974 mendapatkan bahwa respirasi tanah dipengaruhi 35 dari respirasi akar, 48 dari
dekomposisi serasah dan 17 dari respirasi lain dalam tanah. Kontribusi setiap komponen tersebut pada lahan gambut belum banyak diketahui.
Respirasi akar dilakukan tanaman dalam siklus krebs yang bertujuan untuk menghasilkan energi, berbagai asam amino dan nukleotida yang digunakan untuk
pertumbuhan tanaman, serta NADPH Nicotinamide Adenine Dinucleotide Phosphate untuk biosintesa jaringan Lambers et al.,1998. Pada tanah mineral,
Kuswandora 2012 menyatakan aktifitas respirasi tanah terutama aktifitas tanaman sangat berpengaruh terhadap tingkat emisi CO
2
. Tanah mineral yang ditanami jagung, kacang tanah, dan singkong menghasilkan emisi CO
2
berturut- turut 13,23 tonCha, 8,11 tonCha, dan 9,73 tonCha, sedangkan pada lahan bera
di antara baris tanaman tersebut, dihasilkan emisi CO
2
berturut-turut sebesar 1,72 tonCha, 1,96 tonCha, dan 0,90 tonCha.
2.4. Pengukuran Fluks CO
2
2.4.1. Closed Dynamic Chamber CDC Method
Metode CDC menggunakan ruang chamber tertutup yang mencakup sejumlah areal di permukaan tanah, serta terdapat sirkulasi antara chamber dengan
sensor CO
2
yaitu Infra Red Gas Analyzer IRGA selama pengukuran. Saat chamber menutupi permukaan tanah, konsentrasi CO
2
di dalam chamber meningkat seiring dengan pelepasan CO
2
dari respirasi tanah. Dalam metode ini dihitung nilai effluks CO
2
awal dan nilai effluks CO
2
akhir. Peningkatan konsentrasi tersebut kemudian digunakan untuk mengestimasi nilai fluks CO
2
Luo, 2006. Untuk menghitung nilai fluks digunakan persamaan berikut ini Field et al., 1989 dalam Luo, 2006.
F= C
f
– C
i
V ................ 1 ΔtA
Dimana : F = fluks
C
f
= Konsentrasi akhir C
i
= Konsentrasi awal V = Volume chamber
Δt = Perubahan waktu A = Luas areal yang ditutupi chamber
Jika banyak data diambil dalam satu kali pengukuran, maka peningkatan konsentrasi di dalam chamber dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
regresi linear dengan slope b. Sehingga perhitungan tingkat respirasi menjadi: F=bV
……………………2 A
2.4.2. Open Dynamic Chamber ODC Method
Metode ODC menggunakan diferensial modus untuk mengestimasi effluks CO
2
, berbeda dengan CDC yang menggunakan perubahan konsentrasi CO
2
berdasarkan periode waktu. Metode ODC menggunakan aliran udara ambient udara bebas dari sebuah inlet melewati chamber menuju suatu outlet. Udara
yang meninggalkan chamber akan diperkaya dengan konsentrasi CO
2
selama melewati chamber yang berasal dari respirasi tanah Luo, 2006. Dengan asumsi
bahwa tingkat respirasi dan aliran udara yang melewati chamber konstan, maka respirasi tanah dapat dihitung dengan persamaan berikut:
F=u
o
c
o
-u
e
c
e
A Dimana :
F = fluks c
o
= Konsentrasi udara yang keluar dari chamber c
e
= Konsentrasi udara masuk u
o
= Laju aliran udara yang meninggalkan chamber u
e
= Laju aliran udara yang memasuki chamber A = Permukaan tanah yang ditutupi chamber
2.4.3. Closed Static Chamber Methods