Hatano et al., 2010, serta aktifitas respirasi akar dan dekomposisi serasah Vien, 2010. Produksi karbondioksida oleh organisme dan bagian tanaman di dalam
tanah bertujuan untuk menghasilkan energi Luo, 2006, atau dikenal sebagai respirasi tanah. Savage 2011 menyatakan bahwa respirasi tanah merupakan
jumlah respirasi akar dan dekomposisi bahan organik heterotrofik tanah.
2.3.1. Emisi CO
2
dari Kebakaran Gambut
Kebakaran lahan gambut terjadi hampir setiap tahun di Indonesia, baik secara alami maupun dilakukan oleh masyarakat untuk persiapan lahan.
Kebakaran hutan dan lahan gambut di Indonesia yang terparah terjadi pada tahun 19971998 akibat pengaruh el nino, dengan luasan lahan gambut yang terbakar
mencapai 2,1 juta hektar Bappenas-ADB, 1999 dalam Tacconi, 2003. Emisi CO
2
yang dilepaskan adalah sekitar 156,3 juta ton karbon Tacconi, 2003. Emisi CO
2
akibat kebakaran pada umumnya terjadi pada areal lahan gambut yang telah didrainase, namun demikian banyak areal gambut di Indonesia
yang kondisinya masih alami dan sulit terbakar karena kedalaman MAT yang dangkal atau bahkan tergenang. Beberapa peneliti dalam mengestimasi emisi CO
2
mengabaikan hal tersebut sehingga menghasilkan estimasi yang tidak rasional, seperti yang dilaporkan oleh Page et al. 2002 yaitu sebesar 0,48-2,57×10
9
ton. Angka emisi tersebut diduga dengan menggunakan citra landsat, kemudian
tingkat emisi dari lokasi penelitian seluas 383.500 ha di Kalimantan Selatan diekstrapolasi terhadap total luasan gambut di Indonesia. Sumawinata dan
Darmawan 2009 menyatakan secara ilmiah nilai emisi yang dilaporkan Page et al. 2002 tidak dapat dipertanggung jawabkan, karena dihitung dengan asumsi
seluruh lahan gambut di Indonesia telah didrainase, selain itu ekstrapolasi terhadap seluruh luasan gambut di Indonesia sangat gegabah, karena tidak seluruh
lahan gambut di Indonesia terbakar habis.
2.3.2. Emisi CO
2
dari Dekomposisi Gambut dan Serasah
Emisi CO
2
dari lahan gambut non-kebakaran merupakan hasil dari aktifitas biologi dalam mendekomposisikan bahan gambut dan serasah, serta aktifitas
respirasi akar. Proses dekomposisi bahan gambut dan serasah dilakukan oleh bakteri dekomposer maupun oleh berbagai jenis jamur. Dekomposisi bahan
organik dapat berlangsung secara aerobik ataupun anaerobik, tergantung pada ketersediaan oksigen Gaur, 1986. Secara umum reaksi dekomposisi bahan
organik yang berlangsung secara aerobik digambarkan sebagai berikut :
Tanah gambut sebenarnya relatif sulit didekomposisi karena berasal dari bahan yang sulit melapuk, kadar hara yang rendah, dan pH yang rendah, serta
sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembaban tanah. Vien 2010 menyatakan pelepasan CO
2
tertinggi dari lahan gambut berasal dari dekomposisi dan aktifitas fauna pada serasah. Lahan gambut yang miskin hara makro menyebabkan
konsentrasi kegiatan mikroba berada pada lapisan serasah yang lebih kaya nutrisi. Serasah adalah bahan-bahan yang telah mati, terletak diatas permukaan tanah dan
mengalami dekomposisi dan mineralisasi, dimana komponen-komponen yang termasuk serasah adalah daun, ranting, cabang kecil, kulit batang, bunga dan buah
Aprianis, 2011. Menurut Aprianis 2011 serasah daun A. crassicarpa mengandung unsur hara yang cukup tinggi, sehingga aktifitas dekomposisi dan
aktifitas fauna sebagian besar berada pada lapisan serasah dengan tujuan untuk mengkonversi bahan organik menjadi energi dan senyawa sederhana seperti
karbon, nitrogen, fosfor, belerang, kalium dan lain-lain. Dekomposisi gambut dipengaruhi oleh banyak faktor, namun demikian
beberapa penelitian menghubungkan secara langsung emisi CO
2
dengan kedalaman drainase yang berkaitan dengan ketersediaan oksigen. Hooijer et al.
2010 dan Hatano et al. 2010 menyatakan bahwa emisi CO
2
berkorelasi positif dengan kedalaman muka air tanah. Pendapat sebaliknya dikemukakan oleh
Sumawinata et al. 2012 bahwa tidak ditemukan korelasi positif antara fluks CO
2
dengan kedalaman muka air tanah, dan tingkat fluks CO
2
yang dihasilkan pada HTI A. crassicarpa dipengaruhi oleh kadar air gambut serta umur tanaman akasia,
dengan indikasi kuat bahwa respirasi sangat berpengaruh besar terhadap fluks CO
2
.
Aktivitas
Bahan Organik + O
2
CO
2
+ H
2
O + Hara + Humus + Energi
Mikroba
2.3.3. Emisi CO