II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hutan Tanaman Industri HTI
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 07 Tahun 1990 Hutan Tanaman Industri adalah hutan tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi
dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. Tujuan dikembangkannya
HTI adalah untuk menunjang pengembangan industri hasil hutan dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah dan devisa, meningkatkan produktivitas lahan
dan kualitas lingkungan hidup, serta memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha. Menurut Bastoni et al. 2005 di wilayah Sumatera Selatan, jenis tanaman
yang dikembangkan untuk HTI di lahan kering adalah Acacia mangium, Eucalyptus sp., dan sengon, sedangkan pada lahan basah termasuk lahan gambut
jenis tanaman yang digunakan yaitu Mangrove dan Acacia crassicarpa. Tanaman Acacia mangium, Eucalyptus sp, dan A. crassicarpa merupakan tanaman yang
digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas. Tanaman A. crassicarpa memiliki daya adaptasi dan toleransi tinggi
terhadap kondisi lingkungan yang buruk atau tergenang, tanah berlumpur, tanah terdegradasi, tanah berpasir, toleran terhadap kandungan garam yang agak tinggi
dalam tanah Turnbull, 1986. Tanaman ini merupakan komoditas utama yang dikembangkan oleh HTI pada lahan gambut. Dalam proses penanamannya pada
lahan gambut tanaman A. crassicarpa membutuhkan kondisi lahan yang tidak tergenang sehingga harus dilakukan proses pembuatan sistem drainase Bastoni et
al., 2005. Produksi biomassa HTI terutama pada lahan gambut dapat dikatakan
cukup tinggi, karena memiliki daur yang relatif pendek antara 4 hingga 5,5 tahun. Asmani 2011 mendapatkan dalam penelitiannya pada areal HTI PT SBA WI
bahwa A. crassicarpa dapat menghasilkan rata-rata 33,318 ton biomassahatahun atau setara dengan 16,642 tonChatahun, sedangkan jika ditotal dengan biomassa
serasah dan tumbuhan bawah gulma dan tumbuhan semak dihasilkan 37,78 ton biomassahatahun atau 18,656 tonChatahun. Asmani 2011 juga menyatakan
bahwa lahan HTI A. crassicarpa pada PT SBA WI yang dibangun pada lahan yang terdegradasi mampu mencegah kebakaran lahan, sehingga terjadi surplus
serapan karbon sebesar 71,567 ton Chadaur 5,5 tahun atau sebesar 13,012 ton Chatahun, walaupun diduga degradasi lahan gambut tetap berlangsung.
2.2. Lahan Gambut