serapan karbon sebesar 71,567 ton Chadaur 5,5 tahun atau sebesar 13,012 ton Chatahun, walaupun diduga degradasi lahan gambut tetap berlangsung.
2.2. Lahan Gambut
Lahan gambut merupakan lahan yang tanahnya tersusun dari tanah organik organosol. Menurut Soil Survey Staff 2010 tanah organik adalah tanah yang
selalu jenuh air ≥ 30 hari tiap tahun dalam tahun-tahun normal atau telah
didrainase dan mempunyai batas atas di dalam 40 cm dari permukaan, serta mempunyai ketebalan sebagai berikut: 1 ≥ 60 cm jika bahan tanah sebagian besar
volume terdiri dari serat kasar moss atau jika bobot isi lembab 0,1 gcm
3
atau, 2 ≥ 40 cm jika terdiri dari bahan saprik atau hemik, atau jika bahan fibrik kecil
dengan kandungan serat moss kurang dari tiga perempat dan bobot isi lembab 0,1 gcm
3
. Tanah gambut tersusun sebagian besar dari bahan organik sehingga merupakan gudang karbon yang penting untuk kestabilan lingkungan. Tanah
gambut di Indonesia dengan luasan ± 20 juta ha, diperkirakan menyimpan karbon sebesar ± 55 Gigaton Jaenicke et al., 2008.
Lahan gambut pada kondisi alamiahnya terbentuk pada wilayah terdepresi yang selalu jenuh air. Kondisi jenuh air bukan berarti selalu tergenang. Lahan
gambut yang terlihat datar sebenarnya memiliki topografi berbentuk kubah, yang mana pada bagian kubah gambut tidak terlimpasi lagi oleh air sungai maupun
pasang surut sehingga sumber air hanya berasal dari air hujan. Area kubah gambut merupakan daerah deposit gambut yang lebih dalam dengan keragaman
vegetasi lebih sedikit dari sekitarnya, ketersediaan air hanya berasal dari air hujan, sehingga menghasilkan gambut yang miskin akan unsur hara, sebagai akibatnya
pertumbuhan pepohonan di areal kubah gambut menjadi terhambat Central Kalimantan Peat Project, 2006.
Bahan induk tanah gambut khususnya gambut tropika di Indonesia berasal dari timbunan sisa-sisa vegetatif dari vegetasi yang berasal dari hutan rawa
gambut, terutama dari pepohonan Tan, 2008. Karena berasal dari bahan induk yang berupa kayu-kayuan, tanah gambut banyak memiliki pori makro,
implikasinya daya kapilaritas tanah gambut rendah, sehingga kecepatan pergerakan air keatas vertikal amat lambat, akibatnya lapisan atas tanah gambut
sering mengalami kekeringan, walaupun pada lapisan bawahnya basah Muslihat, 2003.
Secara fisik tanah gambut memiliki warna coklat tua atau hitam kelam yang berasal dari bahan organik. Bobot isi dari tanah gambut amat rendah jika
dibandingkan tanah mineral. Nilai bobot isi tanah gambut tropika umumnya memiliki nilai antara 0,12 hingga 0,03 gcm
3
Andriesse, 1983 dalam Tan, 2008. Selain itu nilai bobot isi pada permukaan secara umum lebih tinggi, sedangkan
pada lapisan bawah sublayer akan lebih rendah, kondisi ini mengindikasikan bobot isi meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat dekomposisi, hal
tersebut disebabkan bahan organik yang berada pada permukaan gambut mempunyai tingkat dekomposisi yang lebih lanjut jika dibandingkan dengan
lapisan bawahnya Tan, 2008. Ciri lain dari tanah gambut adalah kemampuan menahan air yang besar
dan mampu menahan air dua hingga empat kali bobot keringnya Supardi, 1983. Karena kemampuan menahan air yang tinggi dan Bobot Isi BI yang rendah, saat
tanah gambut didrainase, lahan gambut akan cenderung mengalami pemadatan compaction. Air yang semula mengisi pori-pori tanah hilang, akibatnya tanah
memadat karena pori-pori tanah berkurang. Akibat dari pemadatan tersebut tanah gambut akan mengalami subsidensi. Menurut Kool et al. 2006 subsidensi tanah
gambut terutama pada kubah gambut terjadi akibat pengaruh dari pemadatan compaction yang ditandai dengan peningkatan BI, sedangkan pengaruh dari
dekomposisi gambut lebih kecil. Menurut Darmawan et al. 2012 tingkat subsidensi tanah gambut tropika sulit untuk ditentukan karena permukaan lahan
gambut yang dapat turun dan naik tergantung kondisi air tanah, material gambut di atas permukaan air tanah umumnya merupakan fraksi halus yang secara umum
berhubungan dengan bobot isi yang lebih tinggi, namun demikian bobot isi yang lebih tinggi tidak dapat secara langsung diinterpretasikan sebagai indikasi
pemadatan, karena tergantung pada sejarah perubahan lahan gambut.
2.3. Emisi CO