10. Sejarah Berdiri dan Perkembangan
Pada tahun 1964 ketua pimpinan “Aisyiyah Daerah Klaten pada waktu itu  adalah  Ibu  Hj.  Saebani  dan  Ibu  Hj.  Ahsan  yang  menyadari  kurangnya
kader  ‘Aisyiyah  di  Kabupaten  Klaten  ini  untuk  melanjutkan  perjuangan ‘Aisyiyah  di  masa  mendatang,  maka  atas  keiklasan  hati  Ibu  Hj  Ahsan
berkenan  mewakafkan  sebidang  tanah  berikut  bangunannya  di  Tegal  Sepur No.2 Klaten untuk dijadikan asrama bagi pelajar putri yang sekolah di Klaten
yang  rumahnya  di  luar  kota,  dengan  harapan  mereka  dapat  menjadi  kader Aisyiyah di masa yang akan datang.
Berdirinya  Panti  Asuhan  Yatim  Putri  Aisyiyah  di  Kabupaten  Klaten dilatar belakangi dengan adanya peristiwa gestapu atau G30 S PKI tahun 1965
yang  mengakibatkan  banyak  anak  yang  menjadi  yatim  karena  ditinggal  mati oleh ayahnya karena kekejaman PKI pada waktu itu, maka pada tahun itu juga
ibu-ibu Aisyiyah di Klaten berniat menyantuni anak-anak yatim tersebut, akan tetapi  karena  belum  mengetahui  secara  benar  tentang  penyelenggaraan
penyantunan  anak  yatim,  kemudian  Ibu-Ibu  Aisyiyah  mengadakan  studi banding  ke    Panti  Asuhan  Yatim  Putri  Aisyiyah  Surakarta,  dan  berdasarkan
Surat  Al  Ma’un  yang  termaktub  dalam  Al  Qur’an  dikatakan  bahwa  agar  kita tidak  termasuk  manusia  yang  dianggap  mendustakan  agama  maka  kita
berkewajiban  menyantuni  anak  yatim  dan  menolong  orang  miskin.  Oleh karena  itu  Ibu-ibu  ‘Aisyiyah  di  Kabupaten  Klaten  bermaksud  melaksanakan
program kerjanya yaitu menyantuni anak-anak yatim dan korban gestapu yang
orang  tuanya  meninggal  dunia    dengan  menyelenggarakan  Panti  Asuhan tersebut
Pada  awalnya  untuk  mendapatkan  anank-anak  yang  akan  disantuni  , ibu-ibu  mengalami  kesulitan,  sebagai  modal  dasar  penyantunan  di  Klaten
maka  ibu-ibu  mengambil  anak-anak  dari  Solo  untuk  disantuni  sebanyak  10 orang anak asuh. Maka asrama putri yang terletak di Tegal Sepur No.2 Klaten
diubah fungsinya menjadi  Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Klaten. Pada  tanggal  8  juni  1968  bertepatan  dengan  tanggal  12  Rab’ul  Awal
1388 Hijriyah sebagai tanggal yang dijadikan tonggak sejarah berdirinya Panti Asuhan  Yatim  Aisyiyah  Klaten  secara  resmi.  Pada  tanggal  tersebut
dimulainya pembangunan gedung di atas tanah kosong sebelah Panti Asuhan, yang  perletakan  batu  pertamanya  oleh  Ibu  Sutiyoso  selaku  Istri  Bupati  pada
waktu  itu  dan  juga  oleh  bapak  Subagiyo  selaku  Kepala  Dinas  Sosial    pada waktu itu. Acara tersebut disaksikan  pula oleh semua pengurus  dan anggota
pengajian  Aisyiyah  ranting  Klaten,  bersamaan  dalam  rangka  memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW tahun 1388 Hijriyah.
Pada  tahun  1977,  karena  semakin  banyaknya  masalah  sosial  yang timbul  di  masyarakat    dan  dengan  adanya  Panti  Asuhan  Aisyiyah  telah
diketahui  oleh  masyarakat  luas,  maka  banyak  anak-anak  yatim  yang dipercayakan  oleh  keluarganya  untuk  dimasukkan  asrama  yatim  dan  diasuh
oleh  pengurus    di  Panti  Asuhan  Yatim  Putri  Aisiyah  di  Kabupaten  Klaten, karena tempatnya  yang kurang memadai untuk menampung anak asuh, maka
atas  inisiatif  ibu-ibu  dengan  segala  upaya  lalu  dibangunlah  ruangan  baru  di sebelah ruangan lama untuk menampung 30 orang anak
Pada  tahun  1999  mendapat  tanah  beserta  bangunan  yang  merupakan wakaf  dari  Bapak  Maksum,  yang  baru  saja  menunaikan  ibadah  haji,  yang
perwakafan  tersebut  berdasarkan  nazdar  beliau.  Peresmian  gedung  tersebut pada  tahun  1999,  pelaksanaan  ikrar  nadzar  tersebut  disaksikan  oleh  peserta
pengajian  di  gedung  Sierad  klaten  dan  bangunan  wakaf  tersebut  terletak  di Jalan Dahlia No.4 Tonggalan, Klaten. Dan semenjak itu, asrama Panti Asuhan
Yatim Putri Aisyiyah pindah ke Jalan Dahlia No.4 , Tonggalan, Klaten. Panti  Asuhan  Yatim  Putri  Aisyiyah  Klaten  semakin  lama  semakin
maju dan berkembang. Anak asuh tidak hanya diberi makan dan sekolah saja, akan tetapi juga dididik di dalam bidang kerohanian, akhlak dan ketrampilan.
Semua itu dilakukan agar mereka dapat mengembangkan bakatnya dan kelak jika hidup di masyarakat tidak terlalu menggantungkan dirinya pada orang lain
akan tetapi dapat berdiri sendiri.
11. Visi dan Misi