12
2.8 Stratifikasi Tajuk
Kanopi dari hutan hujan tropika sering kali terdiri dari beberapa lapisan atau stratifikasi dan formasi hutan yang berbeda memiliki tingkatan strata yang
berbeda pula. Strata lapisan terkadang terlihat mudah di hutan atau pada diagram profil, tetapi terkadang juga tidak. Pertentangan pendapat tentang konsep ini
cukup hebat. Dalam suatu masyarakat tumbuhan akan terjadi suatu persaingan antara
individu-individu dari suatu jenis atau berbagai jenis, jika tumbuhan-tumbuhan tersebut mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang sama dalam hal hara mineral,
tanah, air, cahaya, dan ruangan. Sebagai akibat adanya persaingan ini, jenis-jenis tertentu akan lebih menguasai dominan daripada yang lain, maka akan terjadi
stratifikasi tumbuhan di dalam hutan. Pohon-pohon yang tinggi dari stratum teratas menguasai pohon-pohon yang lebih rendah dan merupakan jenis-jenis
yang mencirikan masyarakat hutan yang bersangkutan Soerianegara dan Indrawan, 1988.
Richards 1966 menyatakan bahwa struktur hutan hujan tropika paling jelas dinyatakan dengan penampakan arsitekturnya, stratifikasi tajuk pohon-
pohonnya, semak dan tumbuhan bawah. Menurut Ewusie 1990, hutan hujan tropika terkenal karena adanya perlapisan atau stratifikasi. Ini berarti bahwa
populasi campuran didalamnya disusun pada arah vertikal dengan jarak teratur secara tak sinambung. Meskipun ada beberapa keragaman yang perlu diperhatikan
kemudian, hutan menampilkan tiga lapisan pohon. Lapisan pohon ini dan lapisan lainnya yang terdiri dari belukar serta tumbuhan semai diuraikan sebagai berikut :
1. Lapisan paling atas tingkat A terdiri dari pepohonan setinggi 30-45 m. Pepohonan yang muncul keluar ini mencuat t inggi, bertajuk lebar, da n
umumnya tersebar sedemik ian rupa sehingga t idak saling bersentuhan membentuk lapisan yang berkesinambungan. Bentuk khas
tajuknya sering dipakai untuk mengenali spesies itu dalam suatu wilayah. Pepohonan yang mencuat ini sering berakar, agak dangkal dan berbanir.
2. Lapisan pepohonan kedua tingkat B di bawah yang mencuat tadi, terdiri dari pepohonan dengan tinggi sekitar 18-27 m. Pepohonan ini tumbuh lebih
berdekatan. Tajuk sering membulat atau memanjang dan tidak selebar seperti
13 pohon yang mencuat.
3. Lapisan pepohonan ketiga tingkat C, terdiri dari pepohonan dengan tinggi sekitar 8-14 m. Pepohonan di sini sering mempunyai bentuk yang agak
beraneka tetapi cenderung membentuk lapisan yang rapat, terutama di tempat yang lapisan keduanya tidak demikian.
4. Selain lapisan pepohonan tersebut, terdapat lapisan belukar yang terdiri dari spesies dengan ketinggiannya kurang dari 10 m.
5. Dan yang terakhir adalah lapisan terna yang terdiri dari tumbuhan yang lebih kecil yang merupakan kecambah dari pepohonan yang lebih besar dari bagian
atas, atau spesies terna. Sedangkan menurut Soerianegara dan Indrawan 1988, stratifikasi tajuk
hutan hujan tropika misalnya sebagai berikut: 1. Stratum A : Lapisan teratas, terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnya 30
m keatas. Biasanya tajuknya diskontinyu, batang pohon tinggi dan lurus, batang bebas cabang clear bole tinggi. Jenis jenis pohon dari stratum ini
pada waktu mudanya, tingkat semai hingga sapihan seedling sampa i sapling, perlu naungan sekedamya, tetapi untuk pertumbuhan selanjutnya
perlu cahaya yang cukup banyak. 2. Stratum B : Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20-30 m, tajuknya
kontinyu, batang pohon biasanya bercabang, batang bebas cabang tidak terlalu tinggi.jenis-jenis pohon dari stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan
naungan toleran. 3. Stratum C : Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 4-20 m, tajuknya
kontinyu. Pohon-pohon dalam strata ini rendah, kecil. banyak bercabang. 4. Disamping ketiga strata itu terdapat pula strata perdu-semak dan tumbuh-
tumbuhan penutup tanah, yaitu : 5. Stratum D : Lapisan perdu dan semak, tingginya 1-4 m,
6. Stratum E : Lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah ground cover, tingginya 0-1 m.
Richards 1966 mengemukakan bahwa hutan primer dengan struktur yang teratur akan menjadi kelompok hutan sekunder yang tidak teratur setelah
penebangan pohon yang terseleksi. Keadaan tegakan yang ditinggalkan akan
14 menentukan struktur dan komposisi pohon selanjutnya.
2.9 Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif TPTII