10 tanahnya kemudian terbuka terhadap hujan dan matahari, terjadilah penurunan
harkat tanah, yang mengakibatkan pengikisan dan kehilangan humus dengan cepat.
Ewell 1980 dalam Indrawan 2000 menyatakan bahwa di daerah tropika yang mempunyai musim kering yang periodik, suksesi lebih cepat terjadi pada
musim hujan tetapi proses ini sebagian terjadi juga pada musim kering. Pada setiap sistem ini, beberapa struktur vegetasi yang terjadi hilang selama musim
kering selanjutnya. Proses tersebut berlangsung terus sampai strukturnya mempunyai perubahan yang stabil yang dikatakan sebagai keadaan yang mantap.
Disamping perbedaan yang disebabkan oleh air, ada suatu jumlah yang nyata dari variabilitas suksesi tropis yang juga disebabkan oleh temperatur menurut
ketinggian, karena suhu rata-rata lebih tinggi di daerah tropis maka lebih banyak didapatkan variasi perubahan vegetasinya dibandingkan daerah sedang.
2.7 Klasifikasi Hutan
Menurut Departemen Kehutanan 1992, hutan dapat digolongkan bagi tujuan pengelolaan hutan menurut hal-hal berikut:
a. Susunan jenis. Hutan murni adalah hutan yang hampir semua atau seluruhnya dari jenis
yang sama. Hutan campuran ialah hutan yang terdiri dari atas dua atau lebih jenis pohon. Baik hutan murni atau campuran dapat berupa seumur, tidak seumur atau
segala umur. b. Kerapatan tegakan.
Pada umumnya, hutan-hutan berbeda dalam hal jumlah pohon dan volume per hektar, luas bidang dasar dan kriteria lain. Perbedaan antara sebuah tegakan
yang rapat dan jarang, lebih mudah dilihat dengan kriteria pembukaan tajuknya. Sedangkan kerapatan berdasarkan volume, luas bidang dasar, dan jumlah batang
per hektar, dapat diketahui melalui pengukuran. Untuk keperluan praktis, tiap kelas kerapatan telah dibuat, yaitu:
1. Rapat,bila terdapat lebih dari 70 penutupan tajuk. 2. Cukup, bila terdapat 40-70 penutupan tajuk.
3. Jarang, bila terdapat kurang dari 40 penutupan tajuk.
11 Hutan yang terlalu rapat, pertumbuhannya akan lambat karena persaingan
yang keras terhadap sinar matahari, air, dan zat hara mineral. Kemacetan pertumbuhan akan terjadi. Tetapi tidak lama, karena persaingan diantara pohon-
pohon akan mematikan yang lemah dan penguasaan oleh yang kuat. Sebaliknya. hutan yang terlalu jarang, terbuka atau hutan rawang, akan menghasilkan pohon-
pohon dengan tajuk besar dan bercabang banyak, dengan yang pendek. Suatu hutan yang dikelola baik ialah hutan yang kerapatannya dipelihara
pada tingkat optimum, sehingga pohon-pohonnya dapat dengan penuh memanfaatkan air, sinar matahari, dan zat hara mineral dalam tanah. Dengan
demikian hutan yang tajuknya kurang rapat berfungsi kurang efisien kecuali bila celah terbuka yang ada, diisi dengan permudaan hutan atau pohon-pohon muda.
Tempat-tempat terbuka tersebut biasanya ditumbuhi gulma yang mengganggu pertumbuhan jenis-jenis pohon utama atau tanaman pokok.
c. Komposisi umur. Suatu lahan hutan disebut seumur, bila ditanam pada waktu bersamaan.
Meskipun demikian, ukurannya dapat berlainan, karena laju pertumbuhan yang berbeda. Hutan segala umur terdiri dari pohon-pohon berukuran besar hingga
tingkatan sema i. Jadi meliput i berbagai u mur maupun ukuran. Sedangkan hutan tidak seumur ialah hutan yang hanya mempunyai dua atau tiga
kelompok umur atau ukuran. Misalnya hutan yang terdiri atas pohon-pohon yang sudah masak tebang, miskin riap, dan ukuran pancang. Hutan segala umur
biasanya penyebaran ukurannya lebih beragam dan mayoritas jenisnya lebih toleran terhadap naungan. Sementara hutan seumur umumnya terdiri dari
jenis intoleran. Angin topan, penebangan berlebihan, kebakaran dan bencana lain, menciptakan kelompok-kelompok yang tidak seumur.
d. Tipe hutan. Tipe hutan ialah istilah yang digunakan bagi kelompok tegakan
yang mempunyai ciri-ciri yang sama dalam susunan jenis dan perkembangannya. Tipe hutan diberi nama menurut satu atau lebih jenis pohon
yang dominan.
12
2.8 Stratifikasi Tajuk