PENDAHULUAN Program Rehabilitasi Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy Di Yayasan Sayap Ibu Bintaro (Studi Kasus Yayasan Sayap Ibu Bintaro Provinsi Banten)

mental, personal, sosial, vocational serta ekonomi sesuai dengan kemampuannya. 4 Disisi lain, jumlah lembaga rehabilitasi yang memberikan perlindungan kepada anak berkebutuhan khusus di Indonesia masih sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia yang berjumlah 530.000,-. Anak pusdatin kementerian sosial RI, 2012. Oleh karena itu, perlindungan dan rehabilitasi sosial berbasis keluarga dan masyarakat perlu ditingkatkan. 5 Menurut data yang peneliti dapatkan dari YSI Sayap Ibu Bintaro, di tahun 2008 anak yang menyandang cacat Cerebral palsy 13 anak, di tahun 2009 : cerebral palsy 14 anak, dan ditahun 2010: Cerebral palsy 15 anak, di tahun 2011: cerebral palsy 15 anak, dan di tahun 2012: Cerebral palsy 15 anak. 6 Anak Cerebral Palsy merupakan suatu gangguan gerakan dan postur tubuh diakibatkan kerusakan daerah otak yang mengendalikan fungsi motorik Bigge, 1991 : 3. Dari pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian mengenai anak cerebral palsy, mereka mengalami gangguan impairment yang ditandai dengan terdapatnya gangguan pada sistem motorik pergerakan otot atau sikap tubuh yang dapat pula disertai dengan kondisi keterbelakangan mental ataupun gejala syaraf lainnya, dimana kesemuanya ini disebabkan 4 http:staff.uny.ac.idsitesdefaultfilesMATERI20KULIAH20REHABILITASI20PEKERJ AAN20SOSIAL.pdf di akses 22-juni-2016 jam 11:53 5 Sub Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak dengan Kecacatan, Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia. Model perlindungan dan rehabilitasi sosial anak penyandang disabilitas berbasis keluarga dan masyarakat Jakarta 2015 6 Wawancara dengan bu Rini dan mbak ayu, Bintaro, karena fungsi control otot akibat adanya ketidaknormalan di dalam area otak atau akibat disfungsi otak sebelum perkembangan yang sempurna. Dalam mengembangkan keterampilan gerak anak cerebral palsy memerlukan waktu dan kesabaran dimana latihan harus dilakukan secara rutin, berulang-ulang, dan teratur, agar keberhasilannya dapat segera dirasakan anak didik. Keberhasilan dari latihan ini ditandai pada kemampuan mereka untuk hidup mandiri, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Komponen utama dalam kemandirian bagi anank cerebral palsy adalah kemampuan mengkoordinasikan gerak anggota tubuhnya. Peneliti melakukan penelitian di Yayasan Sayap Ibu Bintaro karena lembaga ini adalah salah satu lembaga yang menyelenggarakan program pengembangan latihan bagi anak-anak cacat ganda. Pengembangan Cabang YSI di Banten pada Tahun 2005 dikhususkan menangani anak-anak cacat ganda, dan diresmikan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Provinsi Banten pada tanggal 1 Oktober 2005. Dasar dari di dirikannya YSI Banten adalah Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, dimana secara tegas disebutkan bahwa hak-hak anak meliputi asas non diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan. Yayasan Sayap Ibu Bintaro memberikan pelayanan kepada anak panti anak yang seutuhnya dirawat dan tinggal di Yayasan Sayap Ibu Bintaro maupun anak non-panti anak yang masih dibawah tanggung jawab orang tua tapi mendapatkan program-program rehabilitasi dari YSIB. Dalam penelitian ini, peneliti lebih spesifiknya mengambil contoh kasus anak berkebutuhan khusus di dalam Yayasan Sayap Ibu Bintaro itu sendiri anak panti. Sebagai Organisasi Sosial Orsos terbaik tingkat Provinsi Banten dari Gubernur Banten pada tanggal 4 Oktober 2012 dan mendapatkan penghargaan sebagai Organisasi SosialLembaga Kesejahteraan Sosial Berprestasitahun 2012 dari Kementerian Sosial Republik Indonesia padatanggal 11 November 2012. Dengan tujuan akan didirikan suatu pusat rehabilitasi. Meskipun sebagian dari anak-anak ini akan sangat sulit untuk dididik, karena keterbatasan mereka. Tetapi anak-anak cacat ganda yang kurang beruntung atau tidak mempunyai orang tua ini tetap mempunyai hak untuk memiliki tempat tinggal yang layak,dan lingkungan yang bersedia merawat mereka dengan baik. 7 Berdasarkan paparan masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian yaitu ”Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro ”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dalam sebuah penelitian harus dibentuk sebuah pembatasan masalah agar peneliti fokus untuk mencari dan meneliti objek penelitiannya. Penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah 7 http:ysibintaro.blogspot.com201107profil-yayasan.html: di akses 12 Oktober 2012:12.00 WIB “Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro ”. 2. Perumusan Masalah A. Apa saja Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro? B. Apa saja faktor-faktor penghambat dan keberhasilan Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro. 2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor pedukung dan penghambat Yayasan Sayap Ibu dalam upaya pelaksanaan program rehabilitasi anak berkebutuhan khusus cerebral palsy.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa kesejahteraan sosial. 2. Manfaat praktis Memberikan informasi tentang Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro. E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan program rehabilitasi yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus cerebral palsy yang dilakukan oleh Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Dalam penelitian ini, pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif, Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, sebagai lawanya adalah eksperimen dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. 8 Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang alamiah, atau natural setting, sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik. Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek,setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah. 9 Dalam penelitian kuantitatif peneliti menggunakan instrument untuk mengumpulkan data atau mengukur status variable yang diteliti, sedangkan dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument. Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagai mana adanya, 8 Prof.Dr. Sugiyono, Memahami penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,2009,cet: 5, h.1 9 Prof.Dr. Sugiyono, Memahami penelitian Kualitatif ..h 2 bukan data yang sekedar yang terlihat atau terucap tetapi data yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap tersebut. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian dilapangan. Oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti menyusun proposal, melaksanakan pengumpulan data di lapangan, sampai peneliti mendapatkan seluruh data. Penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability, artinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan di tempat lain, manakala tempat tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda. 10 2. Teknik pemilihan subjek penelitian. Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive bertujuan sampling yang memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karena purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyeksituasi sosial yang diteliti. 11 10 . Prof.Dr. Sugiyono, Memahami penelitian Kualitatif , h.3 11 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 54 Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD yang ditulis oleh Sugiyono, dalam penelitian naturalistik spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Ciri-ciri khusus sampel purposive, yaitu 1 Emergent sampling designsementara 2 Serial selection of sample unitsmenggelinding seperti bola salju snowball 3 Continuous adjustment or ‘focusing’ of the sampledisesuaikan dengan kebutuhan 4 Selection to the point of redundancydipilih sampai jenuh. 12 Berikut ini tabel subjek dan infroman dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian. Table 1 Informan No Informan Informasi yang di dapat Jumlah 1 Ketua umum yayasan sayap ibu bintaro Gambaran umum program rehabilitasi YSIB 1 orang 2 Personalia dan bidang kesehatan Informasi mengenai kondisi klien 1 orang 3 Ibu panti Keseharian klien 1 orang 4 Terapis Kegiatan terapi 2 orang 5 Pengasuh Kegiatan klien 2 orang 3. Teknik Pengumpulan Data Adapun untuk pelaksanan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui: a. Observasi 12 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD Bandung: Alfabeta, 2011, h. 219. Dalam buku Sugiyono, Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Marshall melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. 13 Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya. Instrumen yang dipakai dapat berupa lembar pengamatan, panduan pengamatan dan lainnya. 14 Dalam hal ini peneliti datang ketempat yang diamati, melakukan pengamatan langsung bagaimana kegiatan yang dilakukan atau strategi apa yang di berikan terapis dan yayasan terhadap anak cerebral palsy. b. Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang lain. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang di wawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Instrumen dapat berupa pedoman wawancara maupun checklist. 15 Menurut Prabowo 1996 wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang informan, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. 13 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Bandung: Alfabeta, 2009, h. 64. 14 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, h. 25. 15 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011, h. 24. Menurut Esterberg dalam buku Metode Penelitian Kualitatif dan RD wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. 16 c. Studi kepustakaan Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumen merupakan perlengkapan dari pengguna metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen yang dimaksud seperti buku tahunan anak di yayasan sayap Ibu Bintaro, buku catatan kesehatan anak, dan foto-foto pelaksanaan kegiatan yang di laksanakan di yayasan Sayap Ibu Bintaro. Maksud pengumpulan dokumen ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian. 17 d. Teknik analisa data Menurut Bogdan bahwa analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. 18 e. Keabsahan data 16 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan RD Bandung: Alfabeta, 2011, h. 231. 17 Heribertus B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1996, h. 36. 18 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , Cet-ke 5, h. 88 Keabsahan data adalah data yang diperoleh, data yang telah teruji dan valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat diskusi atau sharing terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat realitas social serta tentang isu-isu yang sedang berkembang, oleh karena itu peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan data-data yang relevan. Teknik untuk keabsahan data dengan triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan dari sumber yang berbeda sebagai cara perbandingan data yang didapat dari observasi dan wawancara. Penulis melakukan wawancara dari informan yang satu ke informan yang lain, dan melakukan wawancara terhadap hasil dari observasi. 19 4. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan atau penelitian ini dilakukan di Yayasan Sayap Ibu Bintaro yang beralamat di Jl. Raya Graha Bintaro no 33B, Pondok Kacang Barat, Bintaro, Tanggerang 15226. Sedangkan waktu penelitian dari tangal Juli 2013 sampai dengan bulan Juni 2016 5. Teknik Penulisan Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini maka penulis mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah skripsi, tesis, dan disertasi yang diterbitkan oleh CeQDA center for Quality Development and assurance UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007. 19 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 83

F. Tinjauan Pustaka

Dlam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai langkah dari penyusunan skripsi yang diteliti agar terhindar dari kesamaan judul dan lain- lain. Dari skripsi yang sudah ada sebelumnya, serta sebagai referensi penelitian yang berhubungan dengan program rehabilitasi yang diberikan oleh lembaga atau yayasan, peneliti mengadakan tinjauan pustaka dan menemukan skripsi yang berhubungan dengan program rehabilitasi yang diberikan oleh lembaga atau yayasan, tetapi peneliti akan menemukan dari sudut yang berbeda, yaitu: Nama : Siti Jumartina NIM : 1110054100044 Tahun : 2014 Jurusan : Kesejahteraan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Judul Skripsi : Implementasi Rehabilitasi Sosial Bagi Anak Jalanan di Panti Sosial Bina Remaja PSBR “Taruna Jaya” Tebet Jakarta Selatan. Literatur skripsi ini memiliki kesamaan yaitu membahas tentang lembaga dalam melakukan rehabilitasi, dan perbedaanya skripsi ini lebih menekankan kepada rehabilitasi pada anak jalanan di PSBR, sedangkan peneliti lebih menekankan terhadap program rehabilitasi anak berkebutuhan khusus cerebral palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN membahas tentang Latar Belakang Maslah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN TEORITIS mengemukakan tentang, pengertian program rehabilitasi, pengertian anak berkebutuhan khusus cerebral palsy.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA menjelaskan tentang Profil

Lembaga, Sejarah singkat Yayasan Sayap Ibu Bintaro, Visi dan Misi, Kegiatan Sayap Ibu Bintaro, Jaringan kerjasama,Susunan Organisasi, Pendanaan Yayasan Sayap Ibu Bintaro, Sarana dan Prasarana. BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN menjelaskan Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro dan hasil dari program-program yang diberikan oleh Yayasan Sayap Ibu Bintaro terhadap anak berkebutuhan khusus. BAB V PENUTUP berisi kesimpulan dan saran-saran. 16

BAB II TEORI

A. Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan

Sayap Ibu Bintaro 1. Pengertian Program Program dapat diartikan menjadi dua istilah yaitu program dalam arti khusus dan program dalam arti umum. Pengertian secara umum dapat diartikan bahwa program adalah sebuah bentuk rencana yang akan dilakukan. Apabila ”program” ini dikaitkan langsung dengan evaluasi program maka progran didefinisikan sebagai unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Dengan demikian yang perlu ditekankan bahwa program terdapat 3 unsur penting yaitu 1 : a. Program adalah realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan. b. Terjadi dalam kurun waktu yang lama dan bukan kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan. c. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkseinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Pengertian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program sebuah sistem, yaitu rangkaian 1 Abdul Kodir Karding, Evaluasi Pelaksanaan Bantuan Operasianl Sekolah BOS Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Semarang, Semarang: Universitas Diponegoro, 2008, hal. 18. kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi dalam sebuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang. 2. Pengertian Rehabilitasi Menurut departemen sosial Republik Indonesia, rehabilitasi adalah proses refungsionalisasi dan pemantapan taraf kesejahteraan sosial untuk memungkinkan para penyandang masalah kesejahteraan sosial mampu melaksanakan kembali fungsi sosialnya dalam tata kehidupan dan penghidupan bermasyarakat dan negara. 2 Pengertian Rehabilitasi: Arti umum rehabilitasi adalah pemulihan-pemulihan kembali. Rehabilitasi mengembalikan sesuatu kepada keadaan semula yang tadinya dalam keadaan baik, tetapi karena sesuatu hal kemudian menjadi tidak berfungsi atau rusak. Apabila dikaitkan dengan disability pengertiannya adalah: Pengembalian orang-orang cacat kepada kegunaan secara maksimal baik dalam aspek fisik, mental, personal, sosial, vocational serta ekonomi sesuai dengan kemampuannya. 3 Pada dasarnya rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan keberfungsian sosial seseorang dengan menawarkan optimisme serta harapan yang kuat. Rehabilitasi mempertemukan tenaga-tenaga ahli dan berbagai disiplin ilmu. Tenga ahli tersebut mengupayakan upaya rehabilitasi secara komprehensif dari segi medis, psikologis, dan sosial dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya di masyarakat. 2 Balitbang Departemen Sosial RI, Pola Pembangunan Kesejahteraan Sosial Jakarta: Balitbang Departemen Soisal RI, 2003. Hal. 3 3 http:staff.uny.ac.idsitesdefaultfilesMATERI20KULIAH20REHABILITASI20PEKERJAA N20SOSIAL.pdf di akses 22-juni-2016 jam 11:53 Rehabilitasi sosial adalah suatu upaya yang dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melakukan fungsi sosialnya secara wajar. Rehabilitasi sosial dilakukan secara persuasif, motivatif, koersif baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti sosial. 4 Dalam pelaksanaannya rehabilitasi sosial diberikan pada penyandang masalah kesejahteraan sosial dalam bentuk; pemberian motivasi dan diagnosis psikososial, perawatan dan pengasuhan, pelatihan vokasional dan pembinaan, bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan dan asistensi sosial, bimbingan resosialisasi, bimbingan lanjut, dan rujukan. Rehabilitasi sosial dapat dilakukan dalam lembaga seperti panti maupun di luar lembaga luar pantiberbasis masyarakat. Sasaran rehabilitasi sosial adalah meraka yang menglami hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik seperti para penyandang cacat, anak nakal, anak bermasalah sosial anak terlantar, anak putus sekolah, anak jalanan, dan anak berhadapan dengan hukum korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif NAPZA, WTS wanita tuna susila, serta penderita HIVAIDS atau ODHA orang dengan HIVAIDS. 5 Jadi berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan rehabilitasi sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. 6 4 Pusat Penyuluhan Sosial Departemen Republik Indonesia, Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Jakarta: Departemen Sosial RI, 2009, hal. 45. 5 Pramuito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial Yogyakarta: Departemen Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1997, hal. 76. 6 UU No.11 Tahun 2009 tentang Kesos

Dokumen yang terkait

Psikososial anak terlantar di yayasan sayap ibu Jakarta

0 10 87

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.

0 2 5

PENAT Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.

0 3 16

PENGARUH TERAPI MUSIK RELAKSASI TERHADAP TINGKAT SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN Pengaruh Terapi Musik Relaksasi Terhadap Tingkat Spastisitas Anak Cerebral Palsy Diplegi Di Yayasan Sayap Ibu Panti 2 Yogyakarta.

0 3 15

PENGARUH TERAPI MUSIK RELAKSASI TERHADAP TINGKAT SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN Pengaruh Terapi Musik Relaksasi Terhadap Tingkat Spastisitas Anak Cerebral Palsy Diplegi Di Yayasan Sayap Ibu Panti 2 Yogyakarta.

1 5 13

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Neuro Development Treatment (NDT) Pada Kasus Cerebral Palsy Spastic Quadriplegi Di Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta.

0 1 4

PENGARUH AROMATERAPI DALAM RUANG SNOEZELEN TERHADAP KONTROL SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY Pengaruh Aromaterapi Dalam Ruang Snoezelen Terhadap Kontrol Spastisitas Anak Cerebral Palsy Diplegi Di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.

0 1 18

PENDAHULUAN Pengaruh Aromaterapi Dalam Ruang Snoezelen Terhadap Kontrol Spastisitas Anak Cerebral Palsy Diplegi Di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.

0 1 5

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Quadriplegi Dengan Metode Neuro Development Treatment (NDT) Di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.

0 1 4

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Neuro Development Treatment pada Cerebral Palsy Spastic Quadriplegia di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.

0 0 7