1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan bagian dari masyarakat yang harus kita berikan haknya baik untuk hidup, hak intelektualitas ataupun hak untuk kesehatan.
Namun pada kenyataannya anak terkadang terlahir dengan “istimewa”,
dalam arti mereka berbeda dengan anak pada umumnya. Anak yang berbeda tersebut dikenal dengan istilah Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, anak berkebutuhan khusus
memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka mempunyai gangguan
Impairment kecerdasan atau intelegensi, mental, sosial, emosi, dan fisik. Oleh karena itu mereka memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus
sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 32ayat 1 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 “Bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental, intelektual, dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.
1
Namun dalam pelaksanannya Anak Berkebutuhan Khusus sulit untuk mengembangkan potensi diri disegala bidang. Hal ini terjadi karena belum
terbukanya kesempatan yang sama bagi mereka untuk mendapat pelayanan pendidikan, selain itu anak berkebutuhan khusus juga sering mendapatkan
perlakuan diskriminatif dan stigma negatif dari masyarakat. Kondisi-kondisi
1
UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 32ayat 1
tersebut tentunya menyulitkan anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan hak-hak yang menjadi asasi mereka.
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya” QS: At tin 95 ayat ke-4 Sebagaimana ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia
diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk terbaik, tetapi yang membedakan mereka dimata Allah SWT hanyalah keimananya dan amal
saleh. Undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-
undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 23 ayat 1 menegaskan bahwa negara, pemerintah dan pemerintah daerah menjamin
perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orangtua, wali, dan orang lain yang secara hukum
bertanggung jawab terhadap anak. Demikian pula pada pasal 12 menyatakan setiap anak penyandang disabilitas berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan
sosial dan penentuan taraf kesejahteraan sosial.
2
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang rentan terhadap berbagai masalah hambatan tumbuh kembang, perlindungan eksploitasi,
kekerasan, penelantaran dan perlakuan salah. Serta masalah sosial lainnya termasuk kemiskinan. Oleh karena itu penanganan anak berkebutuhan khusus
perlu secara dini dilakukan segera. Kenyataan masih banyak keluarga berkebutuhan khusus dan masyarakat tidak memahami perlindungan dan
2
Undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
rehabilitasi sosial terhadap anak berkebutuhan khusus sedini mungkin yang menyebabkan masalah anak berkebutuhan khusus menjadi lebih kompleks.
Apabila melihat anak-anak yang mengalami cacat mental, mungkin umumnya beranggapan bahwa anak-anak tersebut mengalami jenis cacat
mental yang sama. Tetapi masyarakat perlu mengetahui bahwa cacat mental yang dialami anak-anak tersebut beragam jenisnya, misalnya anak dengan
gangguan autisme, down syndrom, cerebral palsy dan sebagainya. Dalam penelitian ini, gangguan pada anak yang akan dibahas adalah gangguan
cerebral palsy. Secara harfiah cerebral berarti otak dan palsy ialah kelumpuhan. Cerebral palsy ialah gangguan kelainan tonus otot atau
kelumpuhan yang disebabkan gangguan menetap di otak.
3
Perbedaan anak cerebral palsy dengan anak berkebutuhan khusus lainnya dimana kecacatan
fisik pada mereka menyebabkan aktivitas gerakannya menjadi terganggu. Kemampuan gerak anak cerebral palsy sangat terbatas, oleh karena itu harus
dilatih secara sistematis agar kemampuan geraknya dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan kemampuan gerak anak berkebutuhan khusus
diperlukan program rehabilitasi. Pengertian Rehabilitasi: Arti umum rehabilitasi
adalah pemulihan-pemulihan
kembali. Rehabilitasi
mengembalikan sesuatu kepada keadaan semula yang tadinya dalam keadaan baik, tetapi karena sesuatu hal kemudian menjadi tidak berfungsi atau rusak.
Apabila dikaitkan dengan disability pengertiannya adalah: Pengembalian orang-orang cacat kepada kegunaan secara maksimal baik dalam aspek fisik,
3
Darto Suharso, Cerebral Palsy Diagnosis dan Tatalaksana Surabaya: FK Unair RSU Dr Soetomo,2006,h.1.