Program Rehabilitasi Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy Di Yayasan Sayap Ibu Bintaro (Studi Kasus Yayasan Sayap Ibu Bintaro Provinsi Banten)

(1)

PROGRAM REHABILITASI TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS

CEREBRAL PALSY

DI YAYASAN SAYAP IBU BINTARO

(STUDI KASUS YAYASAN SAYAP IBU BINTARO PROVINSI BANTEN)

Skripsi

Diajukan untuk persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh: Nurhikmah NIM: 109054100033

JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Nurhikmah

“Program Rehabilitasi terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro” Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka mempunyai gangguan (impairment)

kecerdasan atau intelegensi, mental sosial emosi dan fisik.Yayasan Sayap Ibu Bintaro memiliki program rehabilitasi untuk pengembangan keterampilan gerak anak

cerebral palsy dan juga fasilitas untuk mendukung jalanya program rehabilitasi untuk anak berkebutuhan khusus

Program rehabilitasi terhadap anak berkebutuhan khusus cerebral palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro merupakan sebuah deskripsi tentang program penanganan anak berkebutuhan khusus cerebral palsy, Adapun metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Peneliti melakukan wawancara kepada tiga orang pengurus dan empat orang pelaksana program. Pada teknik pemilihan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Dalam menguji data, peneliti menggunakan teknik triangulasi data.

Hasil dari penelitan yang telah dilakuan oleh peneliti adalah, pertama tentang peran yayasan sayap ibu sebagai fasilitator yaitu mempasilitasi sarana dan prasarana Sarana dan prasarana itu diantaranya: Kolam Hydrotherapy, Penghangat Air untuk Kolam Hydrotherapy, Alat–alat terapi sederhana (bola, spiral, segitiga, dan matras). Yang kedua YSIB berperan sebagai fasilitator yang menyediakan program rehabilitasi seperti fisioterapi, hidroterapi dan group work dengan menjalankan program yang ada dengan terus menerus membuat anak menjalankan banyak aktivitas, aktivitas tersebut sangat baik untuk anak-anak berkebutuhan khusus dari yang kaku mejadi fleksibel atau lentur, dari fleksibilitas tersebut muncul kekuatan, dan yang pasif menjadi aktif.


(6)

ii

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikumWr. Wb

Segala puja dan puji senantiasa peneliti panjatkan atas segala karunia Allah SWT, yang telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuhcinta dan kasih serta mengajarkan manusia untuk mencintai sesame manusia hanya karena Allah semata. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kitayakni Nabi Muhammad SAW, parakeluarga, parasahabatnya serta paraumatnya yang Insya Allah hinggakini terusmencintainya. Skripsi dengan judul ”Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro” Merupakan salah satu wujud upaya peneliti dalam menjelaskan program rehabilitasi anak berkebutuhan khusus di YSIB kepada para pembaca yang telah peneliti selesaikan dengan sebaik-baiknya.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang peneliti miliki. Oleh karena itu segala kritikan dan masukan yang bertujuan membangun sungguh merupakan suatu yang sangat berharga dan membantu peneliti dalam membuat skripsi ini. Karenanya, sudah sepantasnya peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak. Suparto, Phd selaku Pudek I, Ibu Dr.Roudhonah,MA selaku Pudek II, dan Bapak. Dr.Suhaemi, MA selaku Pudek III. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.


(7)

iii

2. Ibu. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial.

3. Ibu Ellies Sukmawati, ST,M,Si selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan dan bersabar membimbing peneliti selama proses penulisan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing peneliti selama melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Astrida Daulay selaku ketua umum, Ibu Renowani Hardjosubroto selaku ketua 2, dan Ibu Tuti Hendrawati selaku kabid. HRD dan kesehatan yang telah memberikan izin pada peneliti untuk melakukan penelitian di Yayasan Sayap Ibu Bintaro.

6. Kedua orang tua saya Bapak Misar dan Ibu Cicih Witarsih beserta saudara kandung saya, Mila Nuraini dan Nia Nurmalia yang selalu dicintai dan tiada henti-hentinya untuk memberikan semangat, do’a juga harapan kepada peneliti.

7. Teman-teman tercinta Kessos Angkatan 2009 Putri, Tiwi, Amirah, Ulfa, Doni, Bimo, minda, sandra dan yang lain yang tidak bias Peneliti sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu peneliti selama ini. 8. Teman-teman Rumah Chintiawati dan Rancage Mizuhara yang selalu


(8)

iv skripsi ini.

Peneliti tidak mampu memberikan balasan apa-apa atas segala jasa yang diberikan, dan hanya mampu menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya dengan iringan do’a semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak dapat dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.

Akhirnya, peneliti berharap semoga karya ini mampu memberikan manfaat baik bagi peneliti, mahasiswa kesejahteraan social juga pembaca lainya. Ridha dan keikhlasan daripara dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi selalu peneliti harapkan, semoga ilmu yang diberikan kepada kami dapat bermanfaat untuk pengabdian di masyarakat.

Ciputat , 27 Mei 2016 Peneliti


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6

1. Pembatasan Masalah 6 2. Perumusan Masalah 6 C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 7

E. Metodelogi Penelitian 7

F. Tinjauwan Pustaka 14

G. Sistematika Penulisan 14

BAB II TEORI

A. Program Rehabilitasi untuk Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral

Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro 16

1. Pengertian Program 16

2. Pengertian Rehabilitasi 17

3. Jenis-jenis Rehabilitasi 19

4. Sarana dan Prasarana Rehabilitasi 21 5. Tujuan Rehabilitasi 22

6. Fungsi Rehabilitasi 23

B. Cerebral Palsy 25


(10)

vi

3. Cara Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy 28

BAB III GAMBARAN LEMBAGA

A. Profil Sayap Ibu Bintaro 30

1. Sejarah Yayasan Sayap Ibu Bintaro 30

2.. Visi dan Misi 30

3. Pelayanan Kesehatan 31

4. Sarana dan Prasarana 31

5. Mekanisme Penerimaan Anak-anak Panti 32 6. Mekanisme Penerimaan Anak-anak Non Panti 32

7. Program Rehabilitasi 33

8. Pelayanan yang diberikan 33

9. Legalitas Lembaga 33

10. Pengurus Yayasan Sayap Ibu 34

11. Kemitraan dan Jaringan Kerja 35

12. Publikasi 35

13. Sumber Dana 36

14. Pelatihan untuk Karyawan dan Perawat 36 15. Pengembangan Layanan Kesejahteraan Sosial Menuju

kemandirian 37

16. Penghargaan 37

17. Kontak dan Bank 37

B. Profil Anak 38


(11)

vii

2. Klien J 39

3. Klien N 40

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS PENELITIAN

A.Program Rehabilitasi Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus

Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro

1. Fisioterapi 42

a. Klien MY 42

b. Klien J 43 c. Klien N 44 2. Hidroterapi 45 3. Terapi Wicara 46

4. Group Work 48 B. Faktor Penghambat dan Penentu Keberhasilan Pelatihan Anak berkebutuhan khusus cerebral palsy 1. Faktor Penghambat Program-program Pelayanan Anak Berkebutuhan khusus 57 2. Faktor Penentu Keberhasilan 58 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Program Rehabilitasi Terhadap Anak Berkebutah Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro 67

2. Faktor penghambat dan faktor Keberhasilan program 67

B. Saran-saran 68

DAFTAR PUSTAKA 70


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak merupakan bagian dari masyarakat yang harus kita berikan haknya baik untuk hidup, hak intelektualitas ataupun hak untuk kesehatan.

Namun pada kenyataannya anak terkadang terlahir dengan “istimewa”, dalam arti mereka berbeda dengan anak pada umumnya. Anak yang berbeda tersebut dikenal dengan istilah Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka mempunyai gangguan

(Impairment) kecerdasan atau intelegensi, mental, sosial, emosi, dan fisik. Oleh karena itu mereka memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 32ayat 1 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 “Bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.1

Namun dalam pelaksanannya Anak Berkebutuhan Khusus sulit untuk mengembangkan potensi diri disegala bidang. Hal ini terjadi karena belum terbukanya kesempatan yang sama bagi mereka untuk mendapat pelayanan pendidikan, selain itu anak berkebutuhan khusus juga sering mendapatkan perlakuan diskriminatif dan stigma negatif dari masyarakat. Kondisi-kondisi

1


(13)

2

tersebut tentunya menyulitkan anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan hak-hak yang menjadi asasi mereka.

“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS: At tin (95) ayat ke-4)

Sebagaimana ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk terbaik, tetapi yang membedakan mereka dimata Allah SWT hanyalah keimananya dan amal saleh.

Undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 23 ayat 1 menegaskan bahwa negara, pemerintah dan pemerintah daerah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orangtua, wali, dan orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak. Demikian pula pada pasal 12 menyatakan setiap anak penyandang disabilitas berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial dan penentuan taraf kesejahteraan sosial.2

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang rentan terhadap berbagai masalah hambatan tumbuh kembang, perlindungan (eksploitasi, kekerasan, penelantaran dan perlakuan salah). Serta masalah sosial lainnya termasuk kemiskinan. Oleh karena itu penanganan anak berkebutuhan khusus perlu secara dini dilakukan segera. Kenyataan masih banyak keluarga berkebutuhan khusus dan masyarakat tidak memahami perlindungan dan

2

Undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.


(14)

rehabilitasi sosial terhadap anak berkebutuhan khusus sedini mungkin yang menyebabkan masalah anak berkebutuhan khusus menjadi lebih kompleks.

Apabila melihat anak-anak yang mengalami cacat mental, mungkin umumnya beranggapan bahwa anak-anak tersebut mengalami jenis cacat mental yang sama. Tetapi masyarakat perlu mengetahui bahwa cacat mental yang dialami anak-anak tersebut beragam jenisnya, misalnya anak dengan gangguan autisme, down syndrom, cerebral palsy dan sebagainya. Dalam penelitian ini, gangguan pada anak yang akan dibahas adalah gangguan

cerebral palsy. Secara harfiah cerebral berarti otak dan palsy ialah kelumpuhan. Cerebral palsy ialah gangguan kelainan tonus otot atau kelumpuhan yang disebabkan gangguan menetap di otak.3 Perbedaan anak

cerebral palsy dengan anak berkebutuhan khusus lainnya dimana kecacatan fisik pada mereka menyebabkan aktivitas gerakannya menjadi terganggu. Kemampuan gerak anak cerebralpalsy sangat terbatas, oleh karena itu harus dilatih secara sistematis agar kemampuan geraknya dapat ditingkatkan.

Untuk meningkatkan kemampuan gerak anak berkebutuhan khusus diperlukan program rehabilitasi. Pengertian Rehabilitasi: Arti umum rehabilitasi adalah pemulihan-pemulihan kembali. Rehabilitasi mengembalikan sesuatu kepada keadaan semula yang tadinya dalam keadaan baik, tetapi karena sesuatu hal kemudian menjadi tidak berfungsi atau rusak. Apabila dikaitkan dengan disability pengertiannya adalah: Pengembalian orang-orang cacat kepada kegunaan secara maksimal baik dalam aspek fisik,

3

Darto Suharso, Cerebral Palsy Diagnosis dan Tatalaksana ( Surabaya: FK Unair RSU Dr Soetomo,2006),h.1.


(15)

4

mental, personal, sosial, vocational serta ekonomi sesuai dengan kemampuannya.4

Disisi lain, jumlah lembaga rehabilitasi yang memberikan perlindungan kepada anak berkebutuhan khusus di Indonesia masih sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia yang berjumlah 530.000,-. Anak (pusdatin kementerian sosial RI, 2012). Oleh karena itu, perlindungan dan rehabilitasi sosial berbasis keluarga dan masyarakat perlu ditingkatkan.5

Menurut data yang peneliti dapatkan dari YSI Sayap Ibu Bintaro, di tahun 2008 anak yang menyandang cacat Cerebral palsy 13 anak, di tahun 2009 : cerebral palsy 14 anak, dan ditahun 2010: Cerebral palsy 15 anak, di tahun 2011: cerebral palsy 15 anak, dan di tahun 2012: Cerebral palsy 15 anak.6

Anak Cerebral Palsy merupakan suatu gangguan gerakan dan postur tubuh diakibatkan kerusakan daerah otak yang mengendalikan fungsi motorik (Bigge, 1991 : 3). Dari pengertian di atas dapat diambil suatu pengertian mengenai anak cerebral palsy, mereka mengalami gangguan (impairment)

yang ditandai dengan terdapatnya gangguan pada sistem motorik pergerakan otot atau sikap tubuh yang dapat pula disertai dengan kondisi keterbelakangan mental ataupun gejala syaraf lainnya, dimana kesemuanya ini disebabkan

4

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MATERI%20KULIAH%20REHABILITASI%20PEKERJ AAN%20SOSIAL.pdf di akses 22-juni-2016 jam 11:53

5

Sub Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak dengan Kecacatan, Direktorat Kesejahteraan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia. Model perlindungan dan rehabilitasi sosial anak penyandang disabilitas berbasis keluarga dan masyarakat (Jakarta 2015)

6


(16)

karena fungsi control otot akibat adanya ketidaknormalan di dalam area otak atau akibat disfungsi otak sebelum perkembangan yang sempurna.

Dalam mengembangkan keterampilan gerak anak cerebral palsy

memerlukan waktu dan kesabaran dimana latihan harus dilakukan secara rutin, berulang-ulang, dan teratur, agar keberhasilannya dapat segera dirasakan anak didik. Keberhasilan dari latihan ini ditandai pada kemampuan mereka untuk hidup mandiri, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Komponen utama dalam kemandirian bagi anank

cerebral palsy adalah kemampuan mengkoordinasikan gerak anggota tubuhnya.

Peneliti melakukan penelitian di Yayasan Sayap Ibu Bintaro karena lembaga ini adalah salah satu lembaga yang menyelenggarakan program pengembangan latihan bagi anak-anak cacat ganda. Pengembangan Cabang YSI di Banten pada Tahun 2005 dikhususkan menangani anak-anak cacat ganda, dan diresmikan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Provinsi Banten pada tanggal 1 Oktober 2005. Dasar dari di dirikannya YSI Banten adalah Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, dimana secara tegas disebutkan bahwa hak-hak anak meliputi asas non diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan.

Yayasan Sayap Ibu Bintaro memberikan pelayanan kepada anak panti (anak yang seutuhnya dirawat dan tinggal di Yayasan Sayap Ibu Bintaro) maupun anak non-panti (anak yang masih dibawah tanggung jawab orang tua tapi mendapatkan program-program rehabilitasi dari YSIB). Dalam penelitian


(17)

6

ini, peneliti lebih spesifiknya mengambil contoh kasus anak berkebutuhan khusus di dalam Yayasan Sayap Ibu Bintaro itu sendiri (anak panti).

Sebagai Organisasi Sosial (Orsos) terbaik tingkat Provinsi Banten dari Gubernur Banten pada tanggal 4 Oktober 2012 dan mendapatkan penghargaan sebagai Organisasi Sosial/Lembaga Kesejahteraan Sosial Berprestasitahun 2012 dari Kementerian Sosial Republik Indonesia padatanggal 11 November 2012.

Dengan tujuan akan didirikan suatu pusat rehabilitasi. Meskipun sebagian dari anak-anak ini akan sangat sulit untuk dididik, karena keterbatasan mereka. Tetapi anak-anak cacat ganda yang kurang beruntung atau tidak mempunyai orang tua ini tetap mempunyai hak untuk memiliki tempat tinggal yang layak,dan lingkungan yang bersedia merawat mereka dengan baik.7

Berdasarkan paparan masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian yaitu ”Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam sebuah penelitian harus dibentuk sebuah pembatasan masalah agar peneliti fokus untuk mencari dan meneliti objek penelitiannya. Penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah

7

http://ysibintaro.blogspot.com/2011/07/profil-yayasan.html: di akses 12 Oktober 2012:12.00 WIB


(18)

“Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro”.

2. Perumusan Masalah

A.Apa saja Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro?

B.Apa saja faktor-faktor penghambat dan keberhasilan Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor pedukung dan penghambat Yayasan Sayap Ibu dalam upaya pelaksanaan program rehabilitasi anak berkebutuhan khusus cerebral palsy.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa kesejahteraan sosial.

2. Manfaat praktis

Memberikan informasi tentang Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro. E. Metodologi Penelitian


(19)

8

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan program rehabilitasi yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus cerebral palsy yang dilakukan oleh Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Dalam penelitian ini, pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif, Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.8

Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek yang alamiah, atau

natural setting, sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik. Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek,setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah.9

Dalam penelitian kuantitatif peneliti menggunakan instrument untuk mengumpulkan data atau mengukur status variable yang diteliti, sedangkan dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau

human instrument.

Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagai mana adanya,

8

Prof.Dr. Sugiyono, Memahami penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,2009),cet: 5, h.1 9


(20)

bukan data yang sekedar yang terlihat atau terucap tetapi data yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap tersebut.

Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian dilapangan. Oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti menyusun proposal, melaksanakan pengumpulan data di lapangan, sampai peneliti mendapatkan seluruh data. Penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability, artinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan di tempat lain, manakala tempat tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda.10

2. Teknik pemilihan subjek penelitian.

Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive (bertujuan) sampling yang memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karena

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.11

10

. Prof.Dr. Sugiyono, Memahami penelitian Kualitatif , h.3 11


(21)

10

Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D yang ditulis oleh Sugiyono, dalam penelitian naturalistik spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Ciri-ciri khusus sampel purposive, yaitu 1) Emergent sampling design/sementara 2) Serial selection of sample units/menggelinding seperti bola salju (snowball) 3) Continuous adjustment or ‘focusing’ of the sample/disesuaikan dengan kebutuhan 4)

Selection to the point of redundancy/dipilih sampai jenuh.12

Berikut ini tabel subjek dan infroman dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian.

Table 1 Informan

No Informan Informasi yang di

dapat

Jumlah

1 Ketua umum yayasan sayap ibu bintaro

Gambaran umum program rehabilitasi YSIB

1 orang

2 Personalia dan bidang kesehatan

Informasi mengenai kondisi klien

1 orang

3 Ibu panti Keseharian klien 1 orang

4 Terapis Kegiatan terapi 2 orang

5 Pengasuh Kegiatan klien 2 orang

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk pelaksanan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui:

a.Observasi

12


(22)

Dalam buku Sugiyono, Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Marshall melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.13

Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari si peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap objek penelitiannya. Instrumen yang dipakai dapat berupa lembar pengamatan, panduan pengamatan dan lainnya.14

Dalam hal ini peneliti datang ketempat yang diamati, melakukan pengamatan langsung bagaimana kegiatan yang dilakukan atau strategi apa yang di berikan terapis dan yayasan terhadap anak cerebral palsy. b.Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang lain. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang di wawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Instrumen dapat berupa pedoman wawancara maupun checklist.15 Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang informan, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara.

13

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 64. 14

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 25.

15

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis Edisi Kedua (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 24.


(23)

12

Menurut Esterberg dalam buku Metode Penelitian Kualitatif dan R&D wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.16

c.Studi kepustakaan

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumen merupakan perlengkapan dari pengguna metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen yang dimaksud seperti buku tahunan anak di yayasan sayap Ibu Bintaro, buku catatan kesehatan anak, dan foto-foto pelaksanaan kegiatan yang di laksanakan di yayasan Sayap Ibu Bintaro. Maksud pengumpulan dokumen ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian.17

d.Teknik analisa data

Menurut Bogdan bahwa analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.18

e.Keabsahan data 16

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 231. 17

Heribertus B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif: Metodologi penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya (Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1996), h. 36.

18


(24)

Keabsahan data adalah data yang diperoleh, data yang telah teruji dan valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat diskusi atau sharing terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat realitas social serta tentang isu-isu yang sedang berkembang, oleh karena itu peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan data-data yang relevan. Teknik untuk keabsahan data dengan triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan dari sumber yang berbeda sebagai cara perbandingan data yang didapat dari observasi dan wawancara. Penulis melakukan wawancara dari informan yang satu ke informan yang lain, dan melakukan wawancara terhadap hasil dari observasi.19

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan atau penelitian ini dilakukan di Yayasan Sayap Ibu Bintaro yang beralamat di Jl. Raya Graha Bintaro no 33B, Pondok Kacang Barat, Bintaro, Tanggerang 15226. Sedangkan waktu penelitian dari tangal Juli 2013 sampai dengan bulan Juni 2016

5. Teknik Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini maka penulis mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (center for Quality Development and assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

19


(25)

14

F. Tinjauan Pustaka

Dlam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai langkah dari penyusunan skripsi yang diteliti agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lain. Dari skripsi yang sudah ada sebelumnya, serta sebagai referensi penelitian yang berhubungan dengan program rehabilitasi yang diberikan oleh lembaga atau yayasan, peneliti mengadakan tinjauan pustaka dan menemukan skripsi yang berhubungan dengan program rehabilitasi yang diberikan oleh lembaga atau yayasan, tetapi peneliti akan menemukan dari sudut yang berbeda, yaitu:

Nama : Siti Jumartina

NIM : 1110054100044

Tahun : 2014

Jurusan : Kesejahteraan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Judul Skripsi : Implementasi Rehabilitasi Sosial Bagi Anak Jalanan di Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) “Taruna Jaya” Tebet Jakarta Selatan.

Literatur skripsi ini memiliki kesamaan yaitu membahas tentang lembaga dalam melakukan rehabilitasi, dan perbedaanya skripsi ini lebih menekankan kepada rehabilitasi pada anak jalanan di PSBR, sedangkan peneliti lebih menekankan terhadap program rehabilitasi anak berkebutuhan khusus

cerebral palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro. G. Sistematika Penulisan


(26)

BAB I PENDAHULUAN membahas tentang Latar Belakang Maslah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS mengemukakan tentang, pengertian program rehabilitasi, pengertian anak berkebutuhan khusus

cerebral palsy.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA menjelaskan tentang Profil Lembaga, Sejarah singkat Yayasan Sayap Ibu Bintaro, Visi dan Misi, Kegiatan Sayap Ibu Bintaro, Jaringan kerjasama,Susunan Organisasi, Pendanaan Yayasan Sayap Ibu Bintaro, Sarana dan Prasarana.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN menjelaskan Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy

di Yayasan Sayap Ibu Bintaro dan hasil dari program-program yang diberikan oleh Yayasan Sayap Ibu Bintaro terhadap anak berkebutuhan khusus.


(27)

16

BAB II

TEORI

A. Program Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro

1. Pengertian Program

Program dapat diartikan menjadi dua istilah yaitu program dalam arti khusus dan program dalam arti umum. Pengertian secara umum dapat diartikan bahwa program adalah sebuah bentuk rencana yang akan dilakukan. Apabila ”program” ini dikaitkan langsung dengan evaluasi program maka progran didefinisikan sebagai unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Dengan demikian yang perlu ditekankan bahwa program terdapat 3 unsur penting yaitu1:

a. Program adalah realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan.

b. Terjadi dalam kurun waktu yang lama dan bukan kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan.

c. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkseinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Pengertian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program sebuah sistem, yaitu rangkaian

1

Abdul Kodir Karding, Evaluasi Pelaksanaan Bantuan Operasianl Sekolah (BOS) Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Semarang, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2008), hal. 18.


(28)

kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi dalam sebuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang.

2. Pengertian Rehabilitasi

Menurut departemen sosial Republik Indonesia, rehabilitasi adalah proses refungsionalisasi dan pemantapan taraf kesejahteraan sosial untuk memungkinkan para penyandang masalah kesejahteraan sosial mampu melaksanakan kembali fungsi sosialnya dalam tata kehidupan dan penghidupan bermasyarakat dan negara.2 Pengertian Rehabilitasi: Arti umum rehabilitasi adalah pemulihan-pemulihan kembali. Rehabilitasi mengembalikan sesuatu kepada keadaan semula yang tadinya dalam keadaan baik, tetapi karena sesuatu hal kemudian menjadi tidak berfungsi atau rusak. Apabila dikaitkan dengan

disability pengertiannya adalah: Pengembalian orang-orang cacat kepada kegunaan secara maksimal baik dalam aspek fisik, mental, personal, sosial,

vocational serta ekonomi sesuai dengan kemampuannya.3

Pada dasarnya rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan keberfungsian sosial seseorang dengan menawarkan optimisme serta harapan yang kuat. Rehabilitasi mempertemukan tenaga-tenaga ahli dan berbagai disiplin ilmu. Tenga ahli tersebut mengupayakan upaya rehabilitasi secara komprehensif dari segi medis, psikologis, dan sosial dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya di masyarakat.

2

Balitbang Departemen Sosial RI, Pola Pembangunan Kesejahteraan Sosial ( Jakarta: Balitbang Departemen Soisal RI, 2003). Hal. 3

3

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MATERI%20KULIAH%20REHABILITASI%20PEKERJAA N%20SOSIAL.pdf di akses 22-juni-2016 jam 11:53


(29)

18

Rehabilitasi sosial adalah suatu upaya yang dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melakukan fungsi sosialnya secara wajar. Rehabilitasi sosial dilakukan secara persuasif, motivatif, koersif baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti sosial.4 Dalam pelaksanaannya rehabilitasi sosial diberikan pada penyandang masalah kesejahteraan sosial dalam bentuk; pemberian motivasi dan diagnosis psikososial, perawatan dan pengasuhan, pelatihan vokasional dan pembinaan, bimbingan mental spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial dan konseling psikososial, pelayanan aksesibilitas, bantuan dan asistensi sosial, bimbingan resosialisasi, bimbingan lanjut, dan rujukan.

Rehabilitasi sosial dapat dilakukan dalam lembaga seperti panti maupun di luar lembaga (luar panti/berbasis masyarakat). Sasaran rehabilitasi sosial adalah meraka yang menglami hambatan dalam melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik seperti para penyandang cacat, anak nakal, anak bermasalah sosial (anak terlantar, anak putus sekolah, anak jalanan, dan anak berhadapan dengan hukum) korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA), WTS (wanita tuna susila), serta penderita HIV/AIDS atau ODHA (orang dengan HIV/AIDS).5

Jadi berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan rehabilitasi sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.6

4

Pusat Penyuluhan Sosial Departemen Republik Indonesia, Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Departemen Sosial RI, 2009), hal. 45.

5

Pramuito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial (Yogyakarta: Departemen Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1997), hal. 76.

6


(30)

Proses rehabilitasi sosial terutama dalam panti harus melalui pendaftaran (registrasi), kontrak layanan (intake), pengungkapan dan pemahaman masalah (assesment), menyusun rencana pemecahan masalah (planning), pemecahan masalah (intervensi), evaluasi, terminasi, dan pembinaan lanjut. Rehabiltasi sosial di dalam panti tersebut menggunakan pendekatan praktik pekerjaan sosial.7

Pelayanan rehabilitasi di dalam pembangunan sosial, khususnya dalam dimensi pelayanan kesejahteraan sosial, memiliki kedudukan yang cukup penting, karena kegiatan rehabilitasi sosial bertujuan memulihkan kemampuan-kemampuan seseorang sehingga dapat melakasakan fungsi sosialnya secara optimal memberikan kontribusi yang besar dan cukup berarti dalam mewujudkan tujuan pembangunan sosial.

3. Jenis-jenis Rehabilitasi

Rehabilitasi pada tataran praktik, mempertemukan berbagai disiplin ilmu mulai dari medis sosial, bahkan pendidikan multidisiplinertesebut menghasilkan proses rehabilitasi yang saling terkait dan mendukung upaya pengembalian fungsi sosial, sehingga individu dapat menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Pada perkembangannya, rehabilitasi terbagi menjadi empat jeni rehabilitasi sebagai berikut:8

a. Rehabilitasi Medis

Rehabilitasi medis merupakan upaya menyembuhkan atau memulihkan kesehatan pasien melalui layanan-layanan kesehatan, baik itu dilakukan oleh seorang dokter dalam praktek pribadinya maupun di rumah sakit umum. Biasanya di rumah sakit umum dilengkapi dengan layanan

7

Pusat Penyuluhan Sosial Departemen Republik Indonesia, Pedoman Penyelanggaraan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Departemen Sosial RI, 2009), hal. 46

8

Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan-Pengembangan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia, 2004), hal. 186


(31)

20

psikologis yang dilakukan oleh psikolog, dan layanan sosial atau sosial medis yang dilakukan oleh pekerja sosial medis. Pada setting rumah sakit yang melaksanakan kegiatan rehabilitasi medis, layanan psikolog dan pekerja sosial merupakan layanan penunjang.

b. Rehabilitasi pendidikan

Rehabilitasi pendidikan merupakan upaya pengembangan potensi intelktual klien penyandan cacat yang dilaksanakan pada setting sekolah luar biasa (SLB), misalnya di Indonesia SLB A untuk penyandang cacat netra, SLB B untuk penyandang cacat rungu wicara, SLB C untuk penyandang cacat mental, dan SLB D untuk penyandang cacat tubuh. Profesi yang dominan pada setting sekolah luar biasa ini adalah guru sekolah luar biasa, adapun profesi dokter, psikolog, dan pekerja sosial merupakan profesi penunjang.

c. Rehabilitasi Vokasional

Rehabilitasi vokasional merupakan upaya memberikan bekal keterampilan kerja bagi klien, sehingga dapat mandiri secara ekonomi di masyarakat, pada setting ini diperlukan tenaga-tenaga yang

d. Rehabilitasi Sosial

Rehabilitasi sosial merupakan upaya yang bertujuan untuk mengintegrasikan seseorang yang mengalami masalah sosial ke dalam kehidupan masyarakat dimana dia berada. Pengintegrasian tersebut dilakukan melalui upaya peningkatan penyesuaian diri, baik terhadap keluarga, komunitas maupun pekerjaannya. Dengan demikian, rehabilitasi sosial merupakan pelayanan sosial yang utuh dan terpadu, agar seseorang dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal dalam hidup bermasyarakat. Pada jenis rehabilitasi sosial ini profesi pekerjaan sosial memegang peran


(32)

utama. Profesi-profesi lain berperan sesuai dengan kebutuhan yaitu sebagai penunjang.

4. Sarana dan Prasarana Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan proses pemulihan kepada kondisi yang semula, agar dapat mencapai tujuan tersebut, rehabilitasi memerluka serangkaian sarana dan prasarana sebagai penunjang berlangsungnya proses rehabilitasi yang integratif dan komprehensif. Sarana dan prasarana yang menunjang proses rehablitasi yaitu:9

a. Program Rehabilitasi

Program rehabilitasi mencakup pelaksanaan prosedur rehabilitasi yang terencana, terorganisir dan sistematis. Umumnya program rehabilitasi menjadi bagian dan sebuah kegiatan organisasional lembaga baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Jangkauan program dapat meliputi lingkup lokal, nasional dan regional. Keterkaitan dan kerjasama antara lembaga-lembaga menyelenggarakan program rehabilitasi merupakan hal penting mencapai tujuan rehabilitasi itu sendiri dimana tujuan dan fokus rehabilitasi akan tergantung pada kebijakan lembaga dan dapat bervariasi pada lembaga lain seperti pada lembaga yang menyelenggarakan progaram rehabilitasi bagi remaja putus sekolah dan anak jalanan yang mengkhususkan pada program rehabilitasi saja.

b. Pelayanan

Pelayanan dalam proses rehabilitasi meliputi aktivitas-aktivitas khusus yang dapat memberikan manfaat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Penyelenggaraan pelayanan kepada klien mengintegrasikan berbagai

9

Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Depatreman Sosial Republik Indonesia, 2004), hal. 187-189.


(33)

22

pendekatan, disiplin ilmu dan tenaga-tenaga profesional untuk mencapai tujuan dari proses rehabilitas tersebut.

c. Sumber Daya Manusia (SDM)

Proses rehabilitasi tidka mungkin berjalan tanpa adanya sumber daya manusia sebagai pelaksana proses tersebut. Pelaksana rehabiltasi melibatkan tenaga-tenaga profesional dari berbagai latar belakang pendidikan dan keteramoilan-keterampilan khusus, seperti dokter, pekerja sosial, psikolog, konselor, terapis, edukator, pengajar vokasional dan lain sebagainya. Sumber daya manusia memang peran utama dalam pelaksanaan rehabilitasi.

d. Fasilitas Sarana dan Prasarana Penunjang Rehabilitasi

Fasilitas sarana dan prasarana yang dapat menunjang pelaksanaan rehabilitasi meliputi fasilitas tempat sebagai wadah pelaksanaan rehabilitasi, seperti instansi rehabilitasi medis (IRM) pada rumah sakit, panti sosial binaan pemertintah dan lembaga sosial yang menyelenggarakan dan layanan rehabilitasi, pusat latihan kerja, lembaga atau sekolah luar biasa. Selain tempat pelaksana fasilitas penunjang lainnya adalah peralatan rehabilitasi. Jenis dan jumlah perlatan tersebut, tergantung pada program, dan layanan rehabilitasi yang diselenggarakan.

e. Peralatan Penunjang Rehabilitasi

Peralatan yang dipergunakan merupakan bagian penting dari kelengkapan kegiatan rehabilitasi untuk kelancaran proses rehabilitasi, sifat dari peralatan dapat manual atau menggunakan teknologi tinggi. Jenis dan jumlahnya tergantung pada banyaknya profesi yang terlibat dalam proses rehabilitasi. 5. Tujuan Rehabilitasi


(34)

Rehabilitasi pada dasarnya memiliki tujuan tersendiri. Dalam hal ini tujuan rehabilitasi:

a. Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau

lingkungan sosialnya.

b. Memulihkan kembali kemampuan untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

c. Selain penyembuhan secara fisik juga penyembuhan keadaan sosial secara menyeluruh.

d. Penyandang cacat mencapai kemandirian mental, fisik, psikologis dan sosial, dalam anti adanya keseimbangan antara apa yang masih dapat dilakukannya dan apa yang tidak dapat dilakukannya. 10

Jadi, tujuan rehabilitasi sosial itu sendiri yaitu untuk memulihkan kondisi psikologis dan kondisi sosial serta fungsi sosial seseorang sehingga dapat hidup, tumbuh dan berkembang secara wajar dimasyarakat serta menjadi sumber daya manusia yang berguna, produktif, dan berkualitas, berakhlak mulia serta menghilangkan label (stigma masyarakat negatif terhadap seseorang) yang menghambat tumbuh kembang untuk berpartisipasi dalam hidup dan kehidupan masyarakat.11

6. Fungsi Rehabilitasi

Fungsi rehabilitasi dalam dunia pekerjaan sosial diartikan sebagai proses refungsionalsiasi dan pengembangan untuk memungkinkan penyandang

10

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MATERI%20KULIAH%20REHABILITASI%20PEKERJAAN%20SO SIAL.pdf di akses 22-juni-2016 jam 11:53

11

Direktur Jendral Pelayanan Rehabilitasi Sosial, Pedoman Operasional Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial bagi Anak Nakal di Panti Sosial (Jakarta: Departemen Sosial RI, 2004), hal. 8.


(35)

24

masalah kesejahteraan sosial mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan masyarakatnya. Dikatakan proses refungsionalisasi karena kegiatan rehabilitasi ini mendasarkan diri pada asumsi bahwa para penyandang masalah kesejahteraan sosial itu karena masalah yang dideritanya mereka kehilangan kemampuannya untuk berfungsi sosial. Berdasarkan atas asumsi itu usaha kesejahteraan sosial berusaha mengembalikan kemampuan mereka untuk berfungsi sosial. Itulah sebabnya usaha kesejahteraan sosial ini dikatakan melaksanakan refungsionalsisasi atau memberfungsikan kembali. Menurut Pramuwito usaha kesejahteraan yang berfungsi merehabilitasi mempunyai tiga tujuan yaitu:12 (1) memelihara kemampuan orang baik sebagai individu, kelompok, maupun sebagai anggota masyarakat untuk mempertahankan hidupnya, (2) memulihkan kembali mereka-mereka yang karena sesuatu hal teganggu kemampuannya untuk berfungsi sosial kembali dan mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk berfungsi sosial, (3) menunjang dan menjaga keluarga untuk melaksanakan fungsi sosialnya terhadap generasi muda yang bersifat mencegah agar seseorang tidak terasing dari kehidupan bersama.

B. Cerebral Palsy

1. Definisi Anak Berkebutuhan khusus Cerebral Palsy

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, anak berkebutuhan khusus memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka mempunyai gangguan

(Impairment) kecerdasan atau intelegensi, mental social emosi dan fisik.

12

Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial (Yogyakarta: Departemen Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1997), hal. 75


(36)

Anak Berkebutuhan khusus Cerebral palsy merupakan salah satau bentuk brain injury, yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi pengendalian sistem motgorik sebagai akibat lesi dalam otak (R.s.Illingworth), atau suatu penyakit neuromuskular yang disebabkan oleh gangguan perkembangan atau kerusakan sebagian dari otak yang berhubungan dengan pengendalian fungsi motorik.13

2. Klasifikasi Cerebral Palsy

Menurut Bakwin-Bakwin, Cerebral palsy dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Spasticity, yaitu kerusakan pada cortex cerebri yang menyebabkan

hiperactive reflex dan stretch reflex. Spasticity dapat dibedakan menjadi: 1. Paraplegia, apabila kelainan menyerang kedua tungkai.

2. Quadriplegia, apabila kelainan menyerang kedua lengan dan kedua tungkai.

3. Hemiplegia, apabila kelainan menyerang satu lengan dan satu tungkai yang terletak pada belahan tubuh yang sama.

b. Athetotis, yaitu kerusakan pada basal banglia yang mengakibatkan gerakan-gerakan menjadi tidak terkendali dan tidak terarah.

c. Ataxia,yaitu kerusakan pada cerebellum yang mengakibatkan adanya gangguan pada keseimbangan.

d. Tremor, yaitu kerusakan pada basal ganglia yang berakibat timbulnya getaran- getaran berirama, baik yang ertujuan maupun yang tidak bertujuan.

e. Rigidity, yaitu kerusakan pada hasil ganglia yang mengakibatkan kekakuan pada otot-otot.

13


(37)

26

Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kerusakan didalam otak pada anak-anak yang kemudian mengakibatkan cacat cerebral palsy. Hal itu bisa terjadi sebelum anak dilahirkan, pada saat dilahirkan, maupun setelah dilahirkan.

1. Sebab-sebab yang timbul sebelum kelahiran:

a. Faktor kongenital ketidaknormalan sel kelamin peria. b. Pendarahan waktu kehamilan.

c. Trauma atau infeksi pada waktu kehamilan d. Kelahiran prematur.

e. Keguguran yang sering dialami ibu.

f. Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak. 2. Sebab-sebab yang timbul pada waktu kelahiran:

a. Penggunaan alat-alat pada waktuproses kelahiran yang sulit, misalnya: tang, tabung, vacuum, dan lain-lain

b. Penggunaan obat bius pada waktu proses kelahiran. 3. Sebab-sebab yang timbul setelah kelahiran:

a. Penyakit tuberculosis.

b. Radang selaput otak. c. Radang otak.

d. Keracunan arsen atau karbon monoksida.14

Selain itu, penyebab kecacatan cerebralpalsy yaitu: Cacat disebabkan oleh pentakit yang mengakibatkan terjadinya cerebral palsy. Terjadinya

cerebral palsy (cp) ini pada umumnya adalah apabila bayai tadinya kekurangan darah, khususnya edaran darah dalam otak ataupun pada selaput

14


(38)

otak, sehingga terjadi gangguan dalam otak ataupun pada selaput otak, sehingga terjadi gangguan dalam koordinasi sistem motorik tubuh atau aggota badan.15

Cerebral palsy juga mempunyai jenis kecacatan yaitu: penyandang cacat tubuh yang tergolong bagian D1 (SLB D1) ialah seseorang yang menderita cacat semenjak lahir akibat kerusakan otak seperti penderita

cerebral palsy yang mengakibatkan tidak berfungsinya tulang, otot, sendi dan syaraf-syarap sehingga terjadi kelumpuhan, kekakuan dan kurangnya koordinasi motorik. Akibat adanya gangguan pada otak, maka sebagian besar dari penderita ini mempunyai kemampuan kecerdasan yang tidak normal (di bawah rata-rata atau terbelakang)

Penyandang cacat tubuh juga bisa dilihat dari kelainan neuromuskuler, dimana kelainan ini terdapat pada sistem syarat pusat di otak yang dapat menimbulkan berbagai kelainan pada fungsi motorik dari otot-otot tubuh. Kerusakan sistem syaraf dapat disebabkan karena kerusakan susunan syaraf pusat dan susunan tulang belakang. Keadaan ini menimbulkan gangguan yang komplek dari pungsi tubuh. Menurut Danieldan James (1988) gangguan neuromusculer tersebut dapat menyebabkan cerebral palsy, yaitu kerusakan yang ditandai dengan kelumpuhan, kelemahan tidak adanya koordinasi dan fungsi-fungsi sistem pergerakan tubuh akibat dari gangguan sistem syaraf karna kerusakan otak. Jadi cerebral palsy adalah kelumpuhan yang terjadi akibat kerusakan sel syaraf motorik dalam otak yang menetap dan tidak bertambah buruk.16

15

Departemen Sosial RI, panduan kriteria penyandang cacat tubuh,(jakarta,2008),h.10

16


(39)

28

3. Cara Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral palsy

Cara penanganan Anak Berkebutuhan Khusus cerebral palsy dengan menjalankan program yang telah diberikan oleh yayasan, dan memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan antaralain:

1.Sistem terpadu penanganan kesehatan anak-anak cacat: a. Mendeteksi tingkat kesehatan anak secara menyeluruh b.Tindak lanjut dari hasil deteksi

c. Menggali potensi anak secara holistik & berkesinambungan 2.Subsidi obat-obatan

3. Tenaga ahli/konsultan kesehatan tetap yang secara periodik memantau perkembangan anak

Cara penanganan Anak Berkebutuhan khusus cerebral palsy dengan menjalankan program yang telah diberikan oleh yayasan misalnya pemberian terapi wicara, Terapiwicara adalah terapi bagi Anak Berkebutuhan Khusus bagi anak yang mengalami kelambatan, kesulitan bicara, atau kesulitan berkomunukasi. Terapi ini dilakukan dengan mengajarkan atau memperbaiki kemampuan agar anak dapat berkomunikasi secara verbal yang baik dan fungsional sehingga kemampuan anak dalam berkomunikasi dapat meningkat lebih baik.

Ganguan komunikasi pada anak berkebutuhan khususada tiga, yang bersipat verbal, non-verbal, dan kombinasi.17

a. Organ bicara dan sekitarnya

(oral peripheralm mechanism), yang sifatnya fungsional, maka, terapiwicara akan mengikut sertakan latihan-latihan oral peripheral mechanism exercises

17

Akila smart: Anak Cacat Bukan Kiamat Metode Pembelajaran danTerapi untuk Anak Berkebutuhan khusus (Yogyakarta: Katahati, 2010), h.142


(40)

maupun oral-motor activities sesuai dengan organ bicara yang mengalami kesulitan.

b. Artikulasi atau pengucapan

Artikulasi atau pengucapan menjadi kurang sempurna karna adanya ganguan. Latihan pengucapan diikutsertakan cara dan letak pengucapan

(Pleace and Manners of Articulation). Kesulitan pada arikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi substitution penggantian), misalnya, rumah menjadi lumah, l/r; omission (penghilangan), misalnya sapu menjadi apu; distortin (pengucapan untuk konsonan terdistorsi);

indistinct (tidak jelas); dan addition (penambahan).

Cara penanganan Anak Berkebutuhan Khusus cerebral palsy setiap anak di identifikasi, identifikasi merupakan kegiatan untuk mengenali dan mengkaji lebih lanjut kondisi objektif Anak cerebral palsy, agar dapat diketahui dan kebutuhan-kebutuhan pelayanan terapi yang diperlukan, agar penanganannya sesuai dengan kebutuhan Anak cerebral palsy.18

18


(41)

30

BAB III

GAMBARAN LEMBAGA

A. Profil Yayasan Sayap Ibu

1. Sejarah Yayasan Sayap Ibu-Bintaro1

Yayasan Sayap Ibu merupakan lembaga non Pemerintahan dan non profit, berkedudukan di daerah Provinsi Banten, diresmikan pada tanggal 1 Oktober 2005. Yayasan Sayap Ibu – Bintaro berinduk pada Yayasan Sayap Ibu Pusat, yang telah mulai berperan aktif di masyarakat dalam menangani anak-anak balita terlantar sejak 30 September 1995. Didirikan pada tahun 1955 oleh Ibu Sulistina Sutomo, Ibu Ciptaningsih Utaryo. Pada tahun 1967 dilanjutkan oleh Ibu Johana Sunarti Nasution. Yayasan Sayap Ibu Pusat berada di Yogyakarta. Yayasan Sayap Ibu memiliki 3 cabang yang berada di Yogyakarta, Jakarta dan Banten. Ketua Umum YSI Pusat adalah Ibu Ciptaningsih Utaryo. Jumlah anak cacat ganda binaan YSI sampai saat ini 343 anak: 35 di dalam Panti dan 308 diluar Panti/Non Panti. Panti dibangun diatas lahan fasilitas sosial, pemberian dari Pemerintah Daerah Tangerang, seluas 2.000 meter persegi. Bangunan panti seluas 700 meter persegi, hasil dari donasi Jan Bennink Foundation, Belanda.

2. Visi dan Misi2

Visi

Bahwa anak adalah yang berhak atas perawatan dan perlindungan sejak semasa dalam kandungan dan sesudah dilahirkan

Misi

1

Data diambildari file yang diberikanolehpihakYayasanSayapIbuBintaropadatanggal 19 Mei 2014. 2


(42)

Melakukan usaha kesejahteraan anak yang holistic, terpadu dan berkesinambungan dalam arti yang seluas-luasnya yang bertujuan menolong anak-anak cacat ganda terlantar yang :

a. Tidak ada orang tua atau wali yang merawatnya

b. Orang tua atau wali nya tidak mampu untuk merawatnya c. Karena sebab-sebab lain yang patut diberi pertolongan 3. Pelayanan Kesehatan3

a. Kebutuhan Dasar Pendidikan : Therapy dan sekolah untuk anak

b. Aksesibilitas Kesehatan : Bantuan Nutrisi, Rujukan RS,Alat Bantu Disabilitas c. Bimbingan dan Pelatihan : Penyuluhan Sosial, Hydrotherapy, Fisiotherapy d. Sistem terpadu penanganan kesehatan anak-anak cacat:

1. Mendeteksi tingkat kesehatan anak secara menyeluruh 2. Tindak lanjut dari hasil deteksi

3. Menggali potensi anak secara holistik & berkesinambungan e. Subsidi obat-obatan

f. Tenaga ahli/konsultan kesehatan tetap yang secara periodik memantau perkembangan anak

4. Sarana dan Prasarana4 Sarana

Tanah

Luas Tanah : 2000 M2

Status Kepemilikan : Hak Guna Pakai Bangunan

Luas Bangunan : 700 m2 dan 244 m2

3

WawancaraPribadidenganIbuTuti, Bintaro,19 Mei 2014. 4


(43)

32

Status Kepemilikan : Hak Milik

Jenis Bangunan Lainnya : Kolam Hydrotherapy, Ruang Kelas Prasarana

Ruang Terapi : Sarana Hydrotherapy, Ruang Fisio Terapi Ruang Keterampilan : Aula Serbaguna

Lainnya : Taman bermain, Kolam Hydrotherapy, Penghangat Air untuk Kolam Hydrotherap, Alat–alat terapi sederhana (bola, spiral, segitiga, matras)

Tipe Klien di YSI adalah disabilitas ganda yang artinya klien tidak hanya memiliki 1 (satu) disabilitas, tetapi klien memiliki 2 (dua) atau bahkan lebih disabilitas yang dimilikinya.

5. Mekanisme Penerimaan Anak-anak Panti5

a. Dinas Sosial menyerahkan anak ke pihak yayasan b. Memberikanberita acara/suratserahterimaanak c. Ada catatankesehatananak

d. Memberikansurat-suratdanriwayathidupanak 6. Mekanisme Penerimaan Anak-anak Non Panti6

a. Pendataan anak dan melakukan wawancara. b. Mengisiformulir pendaftaran.

c. Pihak yayasan melakukan survey kerumah anak yang akan mendaftar dengan melihat dari penyakit, ekonomi keluarganya serta kondisi rumahnya.

d. Pihak yayasan memberikan bantuan nutrisi dan obat-obatan. e. Melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, operasi jika dibutuhkan. f. Aksesbilitas pelayanan terapi.

5 Ibid 6


(44)

g. Penyuluhan-penyuluhan.

h. Memfasilitasi anak-anak non panti agar dapat diikutsertakan pada program-program pemerintah seperti dana Biaya Bantuan Makan (BBM), dana Penyandang Cacat (Paca), dana Program Sosial Anak dengan Kecacatan (PKSADK), dan lain-lain.

7. Program Rehabilitasi

Adapun program rehabilitasi yang diberikan oleh Yayasan Sayap Ibu Bintaro a. Fisioterapi

b. Hidroterapi c. Terapi wicara d. Group work

8. Pelayanan yang diberikan7

1. Pelayanan kesehatan dengan sistem terpadu 2. Penanganan anak-anak pada :

a. Mendeteksi melalui pemeriksaan awal di rumah sakit b. Tindak lanjut dari hasil deteksi

c. Menggali potensi anak secara holistik dan berkesinambungan

3. Pelayanan terapi dengan sarana dan prasana terapi yang memadai, seperti: a. Kolam hydrotherapy

b. Alat-alat terapi sederhana, seperti: bola,spiral, segitga,matras,belajar jalan, sepatu terapi

4. Tenaga ahli dokter yang tetap secara periodik memantau perkembangan anak 5. Subsidi obat-obatan

9. Legalitas Lembaga8

7


(45)

34

Suatu lembaga/layanankesejahteraansosial wajib mempunyai: 1. Akte Pendirian

2. AD/ART yang menurut garis-garis kebijakan pelaksanaan lembaga 3. Keterangan domisili

4. Keterangan terdaftar di Dinas Sosial 5. Surat-surat rekomendasi lainnya 10. Pengurus Yayasan Sayap Ibu9

Pembina:

a. IbuHj. Aisyah Hamid Baidlowi b. IbuHj. SulistinaSutomo

c. Bapak Drs. Suharno. Msi Pengawas:

a. BapakCepiJamaludin Malik b. Ibu Sri Kusyuniati, Ph.D c. Ibu Dra. EndangSulistyowati

Ketua Umum : Renowati Hardjosubroto

Ketua : Moh. Edwin Arifandi

Sekretaris : Riana Tjokrosoeseno

Bendahara Umum : Ariestiawaty

Bendahara : Sutan Adrin

Kabid. Personalia : Ariestiawaty

Kabid. Kesehatan & Pendidikan : Astrida Daulay Kabid. Logistik & Rumah Tangga : Suhartati Hamarto Kabid. Sarana, Prasarana & Humas : Moh. Edwin Arifandi

8

WawancaraPribadidenganIbuAyu, Bintaro,19 Mei 2014. 9


(46)

11. Kemitraan dan Jaringan Kerja10

Menangani permasalahan penyandang disabilitas yang demikian kompleks, layanan kesejahteraan sosial tidak dapat berdiri sendiri, namun hanya dapat berhasil bilamana dilaksanakan bersama jaringan luas dan secara terpadu baik di dalam maupun di luar negeri.

Dalam Negeri :

Kementerian Sosial Republik Indonesia, Dinas Sosial Provinsi Banten, Dinas Sosial Kota Tangerang Selatan, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Dharmais, Komunitas #Berbagi, Yayasan Pelita Hati (sekolah autis), Yayasan Amalina, Hydrochepallus Foundation, Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), UID (kerja sama dalam bantuan kursi roda), Yayasan Servo Indonesia, PT. Gunung Garuda, PT. Garuda Indonesia, Global Jaya School, Binus School, Mentari School, Sekolah Islam Madania, Universitas Pelita Harapan, Universitas Prasetya Mulya, IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Luar Negeri :

Stichting Holland, ANZA (Australian New Zealand Association). 12. Publikasi11

a. Pembuatan Website, Facebook, Twitter b. Pembuatan Brosur Yayasan

c. Pembuatan Buletin Kegiatan d. Pembuatan PIN (souvenir) e. Pembuatan Kalender (souvenir)

f. Pembuatan Mug, Payung (untuk dijual)

10

Data diambildaribrosur dan file yang diberikanolehpihakYayasanSayapIbuBintaro pada tanggal19 Mei2014.

11


(47)

36

g. Pemberitaan di beberapa media massa (cetak & elektronik) 13. Sumber Dana12

a. BantuanPemerintah

b. Sumbangan masyarakat dalam negeri maupun luar negeri c. Pemberian zakat dan fitrah dari masyarakat

d. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat 14. Pelatihan-pelatihan untuk Karyawan dan Perawat

Pelatihan-pelatihan untuk karyawan dan Perawat Tahun 2014-2015

a. Pelatihan / workshop mengenai kepribadian manusia bersama psikolog Ibu Fitri Suryo Dewi, MPsi, dilaksanakan dalam 2 sesi :

Sesi 1, pada tanggal 5 Maret 2015 diikuti oleh pengurus, staff dan pengasuh YSIB Sesi 2, pada tanggal 19 Maret 2015 pengurus, staff dan pengasuh YSIB b. Pelatihan / Coaching untuk Perawat dan Terapis bersama Ms. Namita dan Ibu

Weningsih dari Perkins, tanggal 9 Maret 2015.

c. Undangan pelatihan bagi pendidik yang menangani siswa dengan hambatan penglihatan majemuk (MDVI) dari Yayasan Dena Upakara bekerjasama dengan Perkins Internasional tanggal 26 s.d 30 Januari 2015 di Yogyakarta.

d. Bulan April 2015, Perkins International kembali mengadakan pelatihan di Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten, tanggal 22 – 29 April 2015, yang membahas mengenai Oral. Motor bagi anak – anak Multidifabel .Pelatihan kali ini di bagi menjadi dua sesi.

Sesi I :Tanggal 22 – 25 April 2015 pelatihan untuk terapis dan pengajar dengan pembicara Mr. Loganathan Gurusamy. Dihadiri oleh pengurus YSIB dan

perwakilan dari Perkins International di Amerika, Mrs. Debbie Gleason yang

12


(48)

didampingi oleh IbuWeningsih.Peserta pelatihan adalah Terapis, Pengajardan Relawan yang sering mendampingi anak – anak di kelas playgroup serta peserta undangan dari luar YSIB.

Sesi II : Tanggal 26 – 29 April 2015 pelatihan untuk perawat dan relawan dengan pembicara Mr. Loganathan Gurusamy. Dihadiri oleh pengurus YSIB dan

perwakilan dari Perkins International di Amerika, Mrs. Mona Indargiri yang didampingi oleh IbuWeningsih. Peserta pelatihan adalah perawat dan relawan serta tamu undangan dari luar YSIB.

e. Tanggal 1 Juli 2015, pengurus, staff ,pengasuh beserta relawan YSIB mengikuti workshop yang bertema “Menjadi Pribadi Pemenang“ dari tim Pranala

Magnidaya, dengan pembicara Bapak Wirzal T.

15. Pengembangan Layanan Kesejahteraan Sosial Menuju Kemandirian13 Yayasan Sayap Ibu cabang Provinsi Banten berniat mengembangkan:

a. Rumah tumbuh dengan 6 tahap untuk penambahan kamar anak, ruang terapi, ruang isolasi, gudang

b. Membangun Sekolah Luar Biasa (SLB) yang dapat dipergunakan bagi anak-anak panti, non panti maupun untuk umum

16. Penghargaan14

Yayasan Sayap Ibu Cabang Provinsi Banten mendapatkan penghargaan sebagai Organisasi Sosial (Orsos) terbaik tingkat Provinsi Banten dari Gubernur Banten pada tanggal 4 Oktober 2012 dan mendapatkan penghargaan sebagai Organisasi Sosial/Lembaga Kesejahteraan Sosial Berprestasi tahun 2012 dari Kementerian Sosial Republik Indonesia pada tanggal 11 November 2012.

17. Kontak dan Bank15

13

WawancaradenganIbuAyu, Bintaro, 19 Mei 2014. 14


(49)

38

Jl. Raya Graha Bintaro No. 33 B

Pondok Kacang Barat - Bintaro, Tangerang Selatan Telp: 021-733 1004/07 Fax : 021-733 1007

EMAIL: www.sayapibubintaro.org FACEBOOK: ysibintaro@gmail.com TWITTER: ysibintaro@gmail.com BANK:

Atas nama YAYASAN SAYAP IBU

1. BCA : 603-0306 072 - Swift: CENAIDJACabang Bintaro Utama, Sektor I – Jakarta

2. BRI : 0393-010-000-018-303Cabang Bintaro Jaya, Sektor VII – Tangerang 3. Bank Permata : 0701-621-255Cabang Bintaro Jaya, Sektor IX – Tangerang B. Profil Anak16

1. Nama : Klien MY

Tempat/tgl lahir : Ampenan, 31 Desember 2000 (16 tahun) Kondisi : Epilepsy, Dev. Delayed, Cerebral Palsy

Riwayat : Takut petir; jika mendengar petir ketakutan sampai menangis. Takut gelap.

Latar belakang ditemukan: Di kompleks perkuburan

Kondisi saat ini: Sudah tidak takut terhadap petir maupun gelap. Karena Yayasan Sayap Ibu Bintaro memberikan program-program seperti hidroterapi, fisioterapi, terapi wicara, dan group work. Dan didampingi oleh care giver yang memberi penjelasan kepada klien MY. Sehingga ketakutan terhadap petir dan gelapnya jauh berkurang dibandingkan saat pertama ke Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Tetapi

15 Ibisd

16


(50)

disamping itu, klien MY masih suka terkejut tanpa takut atau cemas berlebih saat ada suara besar atau gerakan tiba-tiba. Karena klien MY sudah beranjak dewasa, maka care giver klien MY pun diganti oleh Yayasan Sayap Ibu Bintaro dengan care giver laki-laki.

2. Nama : Klien J

Tempat/tanggal lahir: Tangerang Selatan, 1 Desember 2009 (7 tahun) Kondisi : Cerebral Palsy

Riwayat : Klien J ditemukan penduduk di daerah Jakarta Barat terlantar di jalanan. Jelita diserahkan kepihak kepolisian setempat, dan pihak kepolisian menyerahkan ke Panti Tunas Bangsa. Lalu, Panti Tunas Bangsa menyerahkan klien J kepada Yayasan Sayap Ibu untuk menaunginya. Dalam kesehariannya, klien J terlihat ceria dan seperti anak pada umunya. Meski sebetulnya klien J tidak bisa berjalan normal dan berbicara.

Kondisi saat ini: Klien J sangat ceria dan semangat. Karena semangatnya yang terkadang berlebih membuat klien J sulit mengendalikan diri. Sehingga, benda yang klien pegang sering sekali terjatuh. Dengan diberinya program-program rehabilitasi yang berupa fisioterapi, hidroterapi, terapi wicara, dan group work membantu klien J sedikit demi sedikit dapat mengendelikan dirinya. Dan juga program rehabilitasi tersebut membuat klien J lebih mandiri. Klien J kini bisa pergi ke kamar mandi sendiri, minum dan makan sendiri, berpindah dari lantai ke kursi roda (jika kursi roda dan kursi biasa diam di tempat) maupun dari kursi roda ke kursi biasa bisa sendiri dengan bantuan minim. Walaupun klien J suka berebut benda dengan temannya, dengan diberi penjelasan klien J bisa memahi dan mengalah.


(51)

40

3. Nama : Klien N

Tahun Masuk YSI: 06 Oktober 2015 Usia : 6 tahun

Kondisi : Cereberal Palsy dan Tuna Netra

Riwayat : Klien ditemukan oleh masyarakat di daerah Cisalak kabupaten Subang. Klien N sempat dititipkan dan dirawat di Pesantren atau Yayasan Miftahul Bariyyah (Subang) dibawah asuhan Bapak Ojan. Kemudian karena di tempat tersebut penanganan untuk kasus seperti klien N tidak ada maka klien dirujuk ke PLTADK, saat mereka melakukan outreach, untuk mendapat pelayanan. Setelah mendapatkan pelayanan dari PLTADK, Dinas Sosial Subang tidak lepas tangan begitu saja. Dinas Sosial Subang memberikan bantuan dan memfasilitasi dengan BPJS.

Kondisi saat ini: pada saat pertama masuk Yayasan Sayap Ibu Bintaro, klien N belum bisa beradaptasi di lingkungan panti. Sering menangis, menolak makanan, tidak mau mengkonsumsi sayuran, belum bisa makan sendiri, dan geraknya terbatas. Setelah mendapatkan pelayanan rehabilitasi berupa fisioterapi, hidroterapi, dan group work, klien N semakin ceria, lebih percaya diri, lebih aktif, bisa makan sendiri dengan bantuan minim, dan sudah mulai makan sayur. Bisa naik dan turun ke kasurnya, bisa ke kelas, dan bisa berpindah dari lantai ke kursi biasa dengan caranya sendiri, serta memiliki kemajuan pesat dalam hal mengikuti kegiatan kelas.


(52)

41

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS PENELITIAN

A. Program Rehabilitasi Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro

Salah satu upaya mewujudkan upaya merehabilitasi anak berkebutuhan khusus adalah dengan menyelenggarakan usaha penyantunan, perawatan, perlindungan dan pengentasan anak terlantar, tanpa kecuali bagi anak penyandang cacat. Mereka berhak atas penanganan khusus, sehingga anak dengan kecacatan fisik atau mental berhak menikmati kehidupan yang layak. Hak-hak mereka adalah hak untuk hidup, hak untuk tumbuh dan berkembang, hak untuk mendapat perlindungan dan hak untuk berprestasi.

Dalam upaya penanganan anak dengan berkebutuhan khusus,Yayasan Sayap Ibu Cabang Banten mempunyai kegiatan utama penanganan anak cacat terlantar. Anak-anak dipanti ini tidak hanya memiliki satu kecacatan hampir semua Anak-anak memiliki kondisi dengan kecacatan ganda. Maka dalam program rehabilitasi terhadap anak berkebutuhan khusus cerebral palsy Yayasan Sayap Ibu Bintaro memberikan program-program rehabilitasinya yaitu program-program-program-program untuk anak berkebutuhan khusus di Yayasan Sayap Ibu Bintaro, seperti yang di katakan oleh Pak Agus selaku kepala unit pendidikan:

“Program-program yayasan sayap ibu bintaro bagi anak berkebutuhan khusus dalah: fisioterapi, Hidroterapi, Terapi Wicara, dan group work.”1

1


(53)

42

1. Fisioterapi.

Fisioterapi merupakan kegiatan yang menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak atau fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian program rehabilitasi fisioterapi untuk melatih fungsi gerak dilakukan setiap hari Senin sampai Jum’at, dibagi dalam dua sesi pagi dan siang hari per Anak diberi lima belas menit setiap sesinya. diikuti dengan proses atau metode terapi gerak. Seperti yang dikatakan pak Marno selaku terapis:

“fisioterapi diberikan untuk mengembalikan gerak dan fungsi selama daur kehidupan upaya pelayanan kesehatan baik individu atau kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan gerak dan kemampuan fungsional manusia melalui metode elektro terapi, masas, manual terapi, terapi latihan, selama daur kehidupan manusia. Fisioterapi yang di berikan YSI yang dilakukan secara terus-menerus telah membantu anak dari yang sebelumnya hanya berbaring dengan mengikuti kegiatan fisioterapi dapat melemaskan otot, sehingga membuat anak tidak pasif “.2

a. Klien “MY”

Seperti yang telah dijelaskan di BAB sebelumnya, klien MY dengan kondisinya yang Epilepsy, Dev. Delayed, dan Cerebral Palsy. Yang berarti MY memiliki kelainan yang mengakibatkan pertumbuhannya menjadi lambat, kelainan pada otak atau kerusakkan saraf motorik yang mengakibatkan gerakan-gerakan tidak normal. Sebagaimana yang dikatakan terapis, Bapak Rain, bahwa:

“MY kondisinya adalah cerebral palsy quadriplegia (kaku keseluruhan kedua tangan dan kedua kakinya).”3

2

Wawancara dengan fisioterapis bapak Marno, Yayasan Sayap Ibu Bintaro 23 Juni 2014 3


(54)

Gambar 4.1

Terapi ini dilakukan bertujuan agar klien MY berkurang kekakuannya. Manfaat terapi ini memang tidak terlihat langsung pada MY, akan tetapi perkembangan terapi ini akan terlihat setelah terus-menerus dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama.

b. Klien “J”

Klien “J” dengan kondisinya yang cerebral palsy atau berkelainan pada otak dan kerusakkan saraf motorik yang mengakibatkan gerakan-gerakan tidak normal. Lebih spesifiknya klien J kondisinya cerebral palsy athetotis yaitu gerakan-gerakan yang tidak terkontrol yang terjadi sewaktu-waktu. Dari hasil wawancara dengan terapis, bapak Rain:

“jadi cerebral palsy athetotis adalah gerakan tidak terkontrol”.4

Dengan dilakukanya program rehabilitasi secara terus menerus melatih gerakan-gerakan yang tidak terkontrol dan klien dapat melatih gerak tubuhnya agar bisa mandiri seperti bisa makan sendiri, ke kamar mandi sendiri walau gerakan tidak terarah dan makan masih tidak rapi akan tetapi

4


(55)

44

klien J dapat melakukannya sendiri berdasarkan dari yang peneliti observasi saat dia ke kamar mandi dan saat klien makan disiang juga sore hari.5

c. Klien “N”

Klien “N” yang kondisinya Cereberal Palsy dan Tuna Netra. Dengan kata lain, klien ini mengalami gangguan saraf otak dan gangguan pandangan. Pada saat pertama kali klien N datang ke Yayasan Sayap Ibu Bintaro dipenghujung tahun 2015, klien N sulit diberi makan dan belum bisa berbaur dengan lingkungan sekitar, juga gerakannya yang terbatas. Klien N ini mengalami perkembangan yang pesat dibanding temannya.

Gambar 4.2

Pada gambar di atas terlihat perkembangan klien N yang sudah dapat makan sendiri dengan sedikit sekali bantuan.

5


(56)

Gambar 4.3, 4.4, 4.5

Dari gambar-gambar tersebut dapat terlihat perkembanga klien N yang sudah dapat naik ketempat tidurnya sendiri.

2. Hidroterapi.

Hidroterapi adalah kegiatan berupa aktifitas yang dilakukan di dalam air. Dengan tehnik tertentu untuk mengoptimalkan dan meringankan kondisi yang menyakitkan.

Program rehabilitasi dari Yayasan Sayap Ibu diberikan dalam bentuk kegiatan Hidroterapi untuk relaksasi, stimulasi, dan untuk mengurangi kekakuan Hidroterapi dilakukan setiap hari Senin sampai Jum’at, dibagi dalam dua sesi pagi dan siang hari per Anak diberi lima belas menit setiap sesinya.

Hidroterapi diberikan kepada klien MY dengan tujuan agar klien dapat relaks dan mengurangi kekakuan. Dalam kegiatan hidroterapi klien masih dibantu oleh terapis


(57)

46

Gambar 4.6, 4.7

Pada gambar 4.6 dan gambar 4.7 menggambarkan klien dan terapis yang sedang melakukan program rehabilitasi hidroterapi. Dengan gerakan berenang terlentang, terapis membantu agar klien dapat bergerak di dalam air.

Klien J, dibandingkan dengan saat pertama kali melakukan terapi, dapat melakukan hidroterapi ini dengan baik. Dikatakan dapat melakukan dengan baik dikarenakan klien sudah dapat berenang tanpa bantuan terapis dan dengan hanya menggunakan pelampung sekarang. Dimana sebelumnya klien masih sangat membutuhkan bantuan terapis dan pelampung karena gerakannya yang belum terkendali.

Klien N mendapatkan hidroterapi sebanyak tiga kali dalam seminggu. Karena pada awal masuk Yayasan Sayap Ibu Bintaro klien ini dipasangi gips, maka klien N tidak dapat melakukan hidroterapi selama beberapa bulan. Barulah tiga bulan kebelakang klien mendapatkan hidroterapi. Saat melakukan hidroterapi, klien N masih butuh bantuan dari terapis juga bantuan pelampung.

3. Terapi wicara.

Terapi wicara adalah terapi bagi anak berkebutuhan khusus bagi anak yang mengalami kelambatan, kesulitan bicara, atau kesulitan berkomunikasi. Terapi ini dilakukan dengan mengajarkan atau memperbaiki kemampuan agar anak dapat berkomunikasi secara verbal yang baik dan fungsional sehingga kemampuan anak dalam berkomunikasi dapat meningkat lebih baik.

Program rehabilitasi terapi wicara tidak selalu dilakukan di Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Tetapi sebagai yayasan, Yayasan Sayap Ibu Bintaro


(58)

menyediakan fasilitas untuk akses terapi wicara terapi dilakukan di luar yayasan.6 Jadwal hidroterapi di panti dilakukan setiap hari Rabu dan Jumat. Terapi dilakukan dari jam 09:00 sampai 13:00 yang dimana tidak semua klien di panti mendapatkannya. Maka dari itu klien masih harus melakukan terapi di luar panti.

Gambar 4.8, 4.9

Pada gambar 4.8 dan 4.9 ini adalah salah satu dari bagian kegiatan terapi wicara di dalam panti oleh terapis Ibu Elvira.

Klien MY dan klien J terapi di luar panti pada hari Selasa dan Kamis karena jadwal terapi wicara di dalam panti pada hari Rabu dan Jum’at saja yang tidak cukup untuk

6


(59)

48

menangani setiap anak. Untuk itu YSIB menyediakan fasilitas berupa akses mendatangkan terapis dari mana ke Yayasan Sayap Ibu Bintaro.

Selain program terapi-terapi diatas yayasan sayap ibu bintaro juga memberikan program group work terhadap anak berkebutuhan khusus. Hal ini diperkuat juga oleh pernyataan yang di berikan ketua umum yayasan tentang program anak berkebutuhan khusus cerebral palsy seperti kutipan wawancara berikut ini:

“....program kita yang paling rutin yang sudah kita lakukan adalah terapi dari mulai fisioterapi, speech therapy (terapi wicara), sampai hydro therapy karena dengan adanya terapi-terapi tersebut yang paling sangat meningkatkan motorik secara fisik dan juga mental juga anak-anak terapi ini banyak juga yang cerdas jadi mereka ada yang kita sekolahkan di sekolah luar biasa ada juga yang aktifitas rutin dipanti seperti belajar bersama.”7

4. Group work

Group work ini adalah salah satu program rehabilitasi yang mengajarkan meraka tentang kemandirian dan melatih meraka untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti berbelanja, memasak, berkebun, membersihkan ruangan dan keterampilan. Adapun kegiatan group work ini di bagi dalam bebrapa kelas diantaranya, kelas remaja, kelas transisi, kelas play group, kelas MDVI, kelas autis, kelas lay down.

7


(60)

Gambar 4.10

Dilihat dari gambar di atas, berbelanja merupakan salah satu kegiatan di group work. Kegiatan ini biasa dilakukan di pasar tradisional maupun di tempat lain sesuai dengan barang yang di butuhkan. Kegitan belanja ini diikuti oleh klien MY setiap hari Selasa. Biasanya klien MY melakukan kegiatan belanja ini di supermarket terdekat. Klien MY ini juga dapat menuliskan beberapa bahan belanjaan yang dibutuhkan menggunakan komputer. Dari kegiatan ini ditujukan untuk mengenalkan klien MY akan kehidupan bermasyarakat di luar Yayasan Sayap Ibu Bintaro.

Saat pertama melakukan group work dalam bentuk kegiatan belanja ini, klien J banyak ingin tahu mengenai benda-benda apa saja yang ada di sekitar tempat perbelanjaan karena itu klien sering memegang benda apa saja yang menarik perhatiannya. Dikarenakan gerak tubuhnya yang tidak terkontrol membuat klien J sering kehilangan kendali atas benda yang dipegangnya, maka dari itu tidak jarang menyebabkan benda yang klien pegang terjatuh. Karena kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus dan berulang kali, klien J


(61)

50

sekarang bisa mengendalikan keinginannya untuk memegang sembarang benda dan berkurangnya menjatuhkan benda yang klien pegang.8

Klien N dalam melakukan kegiatan group work ini, tidak mendapatkan kegiatan belanja karena klien termasuk kelas multiple disable with visual impairment (MDVI) atau anak penyandang dua atau lebih disabilitas dengan gangguan penglihatan. Maka dari itu klien lebih difokuskan pada kegiatan sensorik dan motorik seperti bermain balok mainan, tumbuhan biji-bijian, dan air. Juga ada dimana klien N dibawa berjalan-jalan ke taman kota dan tempat publik lainnya dihari Rabu, dengan tujuan agar klien dapat merasakan kehidupan bersyarakat di luar Yayasan Sayap Ibu Bintaro.

Gambar 4.11

Dari yang dapat dilihat dari gambar di atas tersebut merupakan kegiatan memasak yang termasuk salah satu program group work. Klien MY mengikuti kegiatan memasak setiap hari Rabu. Biasanya MY memasak jagung kukus, bola-bola cokelat, dan agar-agar. Klien MY dapat berkontribusi dalam membantu proses masak-memasak walaupun masih dengan bantuan dari gurunya.

8


(62)

Klien J dalam kegiatan masak-memasak ini, pada awalnya, belum bisa banyak berkontribusi. Klien masih butuh banyak bantuan dan pengawasan. Namun sampai sekarang ini klien J sudah bisa memotong buah pisang, bisa memanggang roti, membuat burger, dan mem-blender kacang kedelai untuk dibuat menjadi susu dengan sedikit bantuan dari guru. Bentuk bantuan yang diberikan pada klien J dengan pemberian instruksi dalam bentuk gambar, karena klien J hanya paham angka namun belum paham jumlah.9

9


(63)

52

Gambar 4.12

Kegiatan berkebun di atas, juga merupakan salah satu program rehabilitasi group work yang dilakukan di Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Klien MY mengikuti kegiatan berkebun yang merupakan kebun hidroponik ini setiap hari Jumat. Kegiatan dilakukan dari tahap awal, yaitu mulai dari menanam benih, memindahkan tanaman ke media tanam, dan memanen hasil tanamnya. Di kegiatan berkebun ini kelas MY dapat memindahkan tanaman


(64)

yang sudah siap dipindahkan, yang tadinya ditanam di nampan ke botol bekas sebagai tempat menanam. Dalam melakukan kegiatan ini klien MY masih perlu banyak dibantu terutama dalam hal menyemai dan memindahkan tanaman.

Klien J juga mengikuti kegiatan berkebun ini namun dihari yang berbeda, yaitu setiap hari Rabu. Dengan tahapan berkebun yang sama, diawal proses kegiatan klien J belum bisa memberikan banyak kontribusi. Namun sekarang J sudah bisa diajak bekerja sama dan juga dapat membantu proses berkebun. Klien J dapat membantu proses dalam hal memotong rockwool

sebagai media tanam, memasukkan benih walaupun belum rapi, memindahkan tanaman dari nampan ke pipa air sebagai wadah tanaman hidroponik, juga dapat memetik hasil panen sendiri dengan catatan tanaman tidak terlalu tinggi atau sulit dijangkau.10

Gambar 4.13

10


(1)

76 Kegiatan berbelanja ke pasar tradisional

Kegiatan berkebun hidroponik


(2)

77 Kegiatan terapi di Yayasan Sayap Ibu

Kegiatan hidroterapi

Kegiatan terapi wicara


(3)

78 Kegiatan fisioterapi

Kegiatan fisioterapi


(4)

Informan : Staff Lembaga/Staff terapi

Nama : Arif

Jabatan : Guru dan care giver

1. Apa saja jadwal kegiatan kelas autis dan kelas remaja di Yayasan Sayap Ibu Bintaro?

Jawab: Kelas autis jadwal kegiatannya adalah belanja di hari Senin, memasak di hari Selasa, berkebun di hari Rabu, Kamis ada kegiatan kebersihan, dan Jumat ada kegiatan outing dimana anak-anak belajar di luar kelas. Dan jadwal kelas remaja adalah Senin melakukan prakarya, Selasa belanja, Rabu memasak, Kamis kebersihan, dan Jumat berkebun.


(5)

Informan : Staff Lembaga/Staff terapi

Nama : Sulis

Jabatan : Guru dan care giver

1. Apa saja jadwal kegiatan kelas MDVI dan play group?

Jawab: Kelas MDVI melakukan kegiatan motorik dan sensorik menggunakan beras di hari Senin, di hari Selasa menggunakan kacang merah, Rabu melakukan outing atau belajar di luar kelas, Kamis melakukan kegiatan melatih motorik dan sensorik menggunakan air, dan di hari Jumat bermain musik. Untuk kelas play group, di hari Senin ada kegaiatan pra akademik (mengenal warna) dan membuat susu, hari Selasa pra akademik (menggambar), hari Rabu pra akademik (menulis) dan kegiatan memasak, hari Kamis pra akademik (membuat prakarya) dan kegiatan berenang dan di hari Jumat pra akademi (mengenal angka) dan kegiatan mencuci sepatu.


(6)

Informan : Staff Lembaga/Staff terapi

Nama : Rain Jabatan : Terapis

1. Jenis cerebral palsy apa yang dialami oleh klien MY, Klien j dan klien n ?

Jawaban: kondisi klien MY adalah cerebral palsy quadriplegia, yaitu kakau keseluruhan kedua tangan dan kedua kaki

2. Kapan saja Jadwal terapi klien my, klien j dan klien n dan bagaimana mereka saat terapi?

Jawab: klien MY, klien J dan klien N jadwal hidroterapinya seminggu tiga kali dan jadwal fisioterapinya seminggu dua kali. Semua klien masih harus menggunakan pelampung saat melakukan hidroterapi. Klien-klien nampak ceria saat melakukan hidroterapi. Klien J lebih kooperatif saat sedang hidroterapi.


Dokumen yang terkait

Psikososial anak terlantar di yayasan sayap ibu Jakarta

0 10 87

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.

0 2 5

PENAT Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Spastik Quadriplegi Di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.

0 3 16

PENGARUH TERAPI MUSIK RELAKSASI TERHADAP TINGKAT SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN Pengaruh Terapi Musik Relaksasi Terhadap Tingkat Spastisitas Anak Cerebral Palsy Diplegi Di Yayasan Sayap Ibu Panti 2 Yogyakarta.

0 3 15

PENGARUH TERAPI MUSIK RELAKSASI TERHADAP TINGKAT SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN Pengaruh Terapi Musik Relaksasi Terhadap Tingkat Spastisitas Anak Cerebral Palsy Diplegi Di Yayasan Sayap Ibu Panti 2 Yogyakarta.

1 5 13

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Neuro Development Treatment (NDT) Pada Kasus Cerebral Palsy Spastic Quadriplegi Di Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta.

0 1 4

PENGARUH AROMATERAPI DALAM RUANG SNOEZELEN TERHADAP KONTROL SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY Pengaruh Aromaterapi Dalam Ruang Snoezelen Terhadap Kontrol Spastisitas Anak Cerebral Palsy Diplegi Di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.

0 1 18

PENDAHULUAN Pengaruh Aromaterapi Dalam Ruang Snoezelen Terhadap Kontrol Spastisitas Anak Cerebral Palsy Diplegi Di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.

0 1 5

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Quadriplegi Dengan Metode Neuro Development Treatment (NDT) Di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.

0 1 4

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Neuro Development Treatment pada Cerebral Palsy Spastic Quadriplegia di Yayasan Sayap Ibu Yogyakarta.

0 0 7