Kualitas Tidur Faktor Hubungan Kualitas Tidur Dan Fungsi Kognitif Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Margaguna Jakarta Selatan

bergerak bolak-balik, gerakan otot tidak teratur, pernafasan tidak teratur cenderung lebih cepat, dan suhu serta metabolisme meningkat Aspiani, 2014. Bagan 2.1 Tahap-tahap siklus tidur orang dewasa

b. Irama Sirkadian

Orang mengalami irama siklus sebagai bagian dari kehidupan mereka setiap hari. Irama yang paling dikenal adalah siklus 24-jam, siang-malam yang dikenal dengan irama diurnal atau sirkadian. Irama sirkadian mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi perilaku. Irama sirkadian termasuk siklus tidur- bangun harian, dipengaruhi oleh cahaya dan suhu serta juga faktor- faktor eksternal seperti aktivitas sosial dan rutinitas pekerjaan. Semua orang mempunyai aktivitas yang sinkron dengan siklus tidur mereka Potter dan Perry, 2012.

2. Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun. Tahap pratidur NREM tahap 1 NREM tahap 2 NREM tahap 4 NREM tahap 3 NREM tahap 3 Tidur REM NREM Tahap 2 Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif dari tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM dan NREM yang pantas Kozier dkk, 2004 dalam Agustin, 2012. Menurunnya kualitas tidur pada lansia disebabkan oleh meningkatnya latensi tidur, berkurangnya efisiensi tidur, terbangun lebih awal dan kesulitan untuk kembali tidur. Hal ini berhubungan dengan proses degeneratif sistem dan fungsi dari organ tubuh pada lansia. Penurunan fungsi neurontransmiter menyebabkan menurunnya produksi hormon melatonin yang berpengaruh terhadap perubahan irama sirkadian, sehingga lansia akan mengalami penurunan tahap 3 dan 4 dari waktu tidur NREM, bahkan hampir tidak memiliki fase 4 atau tidur dalam Stanley, 2006 dan Stockslager, 2003. Buysee et al., 1989 melakukan penelitian tentang kualitas tidur dan pola tidur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI, PSQI membedakan antara tidur yang baik dan tidur yang buruk dengan pemeriksaan tujuh komponen yaitu, kualitas tidur, kemampuan mempertahankan tidur, durasi tidur, kebiasaan tidur, hal-hal yang mengganggu tidur, penggunaan obat tidur dan tidak bersemangat menjalani aktivitas harian selama satu bulan terakhir Orhan dkk, 2011. PSQI adalah instrumen yang efektif untuk mengukur kualitas dan pola tidur pada orang dewasa.

3. Faktor

– faktor yang Mempengaruhi Tidur Sejumlah faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali faktor tunggal tiak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Faktor fisiologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Adapun menurut Potter dan Perry 2012, berikut penjabaran nya: a Penyakit Fisik Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik, atau masalah suasana hati, seperti kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai masalah kesulitan tertidur atau tetap tidur. Nokturia atau berkemih dimalam hari juga menjadi salah satu penyebab gangguan tidur dan siklus tidur. Dan ini sering terjadi pada lansia dengan penurunan tonus kandung kemih atau orang yang berpenyakit jantung, diabetes, uretritis, atau penyakit prostat. Lansia seringkali mengalami “sindrom kaki tak berdaya.” Dan ini akan sering mengalami kekambuhan dimalam hari, seperti merasakan sensasi gatal pada otot, sehingga akan menimbulkan terganggunya tidur pada lansia khususnya dimalam hari Potter dan Perry, 2012. b Obat-obatan dan Substansi Lansia seringkali menggunakan variasi obat untuk mengontrol atau mengatasi penyakit kroniknya, dan efek kombinasi dari obat-obatan dapat menimbulkan gangguan tidur yang serius. L-triptofan, suatu protein alami ditemukan dalam makanan seperti susu, keju dan daging, dapat membantu seseorang mudah tidur Potter dan Perry, 2012. c Gaya hidup Rutinitas harian seseorang mempengaruhi perubahan pola tidur. Individu yang bekerja bergantian berputar mis. 2 minggu siang, kemudian diikuti oleh 1 minggu malam seringkali mempunyai kesulitan menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Setelah beberapa minggu bekerja pada waktu malam hari, maka jam biologis seseorang dapat mmenyesuaikan. Perubahan lain dalam rutinitas yang menggangu pola tidur meliputi bekerja berat yang tidak biasa, mengikuti aktivitas sosial pada waktu malam, dan perubahan waktu makan malam Potter dan Perry, 2012. d Stres emosional Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan tidak bisa tidur. Seringkali lansia mengalami kehilangan yang mengarah pada stres emosional. Pensiun, gangguan fisik, kematian orang yang dicintai, dan kehilangan keamanan ekonomi merupakan contoh situasi yang situasi yang meprediposisi lania untuk cemas dan depresi. Sehingga seringkali ini mengalami perlambatan untuk jatuh tidur, munculnya tidur REM secara dini, seringkali terjaga, peningkatan total waktu tidur, perasaan tidur yang kurang, dan terbangun cepat Potter dan Perry, 2012. e Lingkungan Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tidur. Ukuran, kekerasan, dan posisi tempat tidur mempengauhi kualitas tidur. Seseorang lebih nyaman tidur sendiri atau bersama orang lain, teman tidur dapat mengganggu tidur jika ia mendengkur. Suara juga mempengaruhi tidur Potter dan Perry, 2012. f Latihan fisik dan kelelahan Seseorang yang kelelahan biasanya memperoleh tidur yang mengistirahatkan, khususnya kelelahan ini dikarenakan dari kerja atau latihan yang menyenangkan. Latihan dua jam atau lebih sebelum waktu tidur membuat tubuh mendingin dan mempertahankan suatu keadaan kelelahan yang meningkatakan relaksasi. Akan tetapi, kelalahan yang berlebihan yang dihailkan dari kerja yang meletihkan atau penuh stres membuat sulit tidur. Hal ini juga dapat menjadikan masalah dalam kualitas dan pola tidur, dan biasanya terjadi pada anak sekolah dan remaja Potter dan Perry, 2012. g Asupan makanan dan kalori Orang tidur lebih baik ketika sehat sehingga mengikuti kebiasaan makan yang baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur. Kafein dan alkohol yang dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek produksi insomnia, sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut secara drastis adalah strategi penting yang digunakan untuk meningkatkan tidur. Kehilangan atau kelebihan berat badan juga dapat mempengaruhi pola tidurPotter dan Perry, 2012.

4. Perubahan Tidur pada Lanjut Usia