area yang penting untuk fungsi eksekutif normal Ginsberg, 2008.
5. Memori
Memori adalah proses bertingkat dimana informasi pertama kali harus dicatat dalam area korteks sensorik
kemudian diporses melalui sistem limbik untuk terrjadinya pembelajaran baru. Secara klinik memori dibagi tiga tipe dasar,
yaitu:
a. Immediate memory, merupakan kemampuan untuk
merecall stimulus dalam interval waktu beberapa detik.
b. Recent memory, merupakan kemampuan untuk mengingat
kejadian sehari-hari, seperti tanggal, apa yang dimakan saat sarapan, atau kejadian-kejadian baru.
c. Remote memory, merupakan rekoleksi atau mengintai
kembali kejadian yang terjadi bertahun-tahun yang lalu tanggal lahir, sejarah, nama kerabat, dan lain-lain.
6. Bahasa
Bahasa merupakan instrumen dasar bagi komunikasi pada manusia, dan merupakan dasar dan tulang punggung bagi
kemampuan kognitif. Bila terdapat gangguan hal ini akan mengakibatkan
hambatan yang
berarti bagi
klien Lumbantobing, 2008. Fungsi bahasa merupakan kemampuan
yang meliputi empat parameter, yaitu:
a. Kelancaran Suatu metode yang dapat membantu menilai kelancaran
yaitu dengan meminta pasien menulis atau berbicara spontan.
b. Pemahaman Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami
dalam suatu perintah atau perkataan, dibuktikan dengan seseorang untuk melakukan perintah tersebut.
c. Pengulangan Kemampuan sesorang untuk dapat mengklarifikasi
penyataan sebelumnya. d. Penanaman
Penanaman merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai sebuah objek dan bagian-bagiannya.
7. Visuospasial
Kemampuan persepsi visual memerlukan pengertian lambang tentang ruang. Hubungan bentuk posisi ukuran relatif,
latar depan dan latar belakang, dan ketetapan bentuk dengan mempertahankan ciri khasnya bagaimanapun posisinya dalam
ruang adalah diantara unsur pokok pengurutan visuospaial
Behrman, Kliegman, Arvin, 2000. E.
Penelitian Terkait
Penelitian yang sama yang dilakukan oleh Riza dan Sigit, 2013, dengan judul,
“hubungan kualitas tidur dan fungsi kognitif dan tekanan
darah pada Lansia di desa pasuruhan kecamatan mertoyudan kabupaten magelang
” dengan menggunakan pendekatan cross setional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan kualitas tidur dengan fungsi
kognitif sig: 0,012 0,05 dan ada hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan darah 0,009 0,05 pada lansia. Uji regresi logistik menunjukkan
kualitas tidur lebih mempengaruhi tekanan darah dengan nilai sig: 0,0113 0,05.
Penelitian yang dilakukan oleh Orhan, dkk 2011, dalam judul “Relationship between sleep quality and depression among elderly nursing
home residents in Turkey” menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur r=0,380 ; p=0,01 dengan depresi. Dengan
prevalensi 60,3 pada kualitas tidur dari 73 lansia yang juga disertai depresi.
Penelitian yang dilakukan oleh Molly dkk, 2011, yang berjudul “Sleep OnsetMaintenance Difficulties and CognitiveFunction in
Nondemented Older Adults: The Role ofCognitive Reserve”, menguji hubungan antara fungsi kognitif dan onset tidur kesulitan pemeliharaan
tidur pada lanjut usia. Hasil dari pengujian ini adalah bahwa semakin endah pendidikan yang dimiliki oleh lanjut usia akan rentan muncul efek negatif
pada onset tidur pemeliharaan tidur.
F. Kerangka Teori
Bagan 2.2
Kerangka konsep menurut Teori Perubahan Kurt Lewin 1951 Lanjut Usia
Penurunan perubahan fungsi lanjut usia
Kebutuhan fisiologi dasar manusia:
1. Higiene 2. Nutrisi
3. Kenyamanan 4. Oksigenasi
5. Cairan elektrolit 6. Eliminasi
7. Tidur Potter Perry, 2012
Aspek – aspek fungsi kognitif:
1. Atensi Konsentrasi 2. Intelegensi
3. Perhatian 4. Bahasa kelancaran,
pemahaman, dan naming 5. Memory Immediate,
recent, dan remotecontrol
6. Visuospasial 7. Fungsi eksekutif
Fungsi Kognitif Perubahan pada Otak dan Sel
Saraf
33
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep Penelitian
Konsep merupakan bahan dasar sebuah teori, yang dengan sendirinya terdiri dari pernyataan. Sehingga kerangka konsep adalah
penggunakan satu atau beberapa konsep terkait yang mendasari masalah studi dan mendukung rasional alasan pelaksanaan studi tersebut Dempsey
Arthur, 2002. Dibawah ini digambarkan mengenai kerangka konsep yang akan dilakukan peneliti di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4,
yaitu mengetahui hubungan kualitas tidur dan fungsi kognitif lanjut usia.
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Fungsi kognitif lanjut usia :
1. Intelektual 2. Perhatian
3. Bahasa 4. Memori
5. Visuospasial 6. Eksekutif
Kualitas tidur Lanjut Usia
B. Definisi Operasional
3.2 Tabel Definisi Operasional
No. Variabel
Definisi Operasional Alat Ukur
Cara Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
1. Jenis
kelamin Identitas responden penelitian sesuai
dengan kondisi biologis fisik. Kuesioner
Wawancara 1 = laki-laki
2 = perempuan Nominal
2. Usia
Usia responden yang di hitung sejak dilahirkan hingga ulang tahun terakhir.
Kuesioner Wawancara
1=60-74 tahun 2= 75-90 tahun
3= 90 tahun Ordinal
3. Tingkat
pendidikan Jenjang ilmu pengetahuan yang didapat
dari lembaga pendidikan formal terakhir. Kuesioner
Wawancara 1 = SD
2 = SMP 3 = SMA
4 = PT Ordinal
4. Kualitas
Tidur Kemampuan individu untuk tidur dan
memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya .
Kuesioner paten yang terdiri dari
19 pertanyaan. Mengajukan
pertanyaan melalui
kuesioner. Dengan 19
pertanyaan, skala likert 0-3. Terbagi
menjadi 2 kategori; Baik : 5
Buruk : ≥ 5 Nominal
5. Fungsi
Kemampuan seseorang yang terdiri dari Kuesioner paten Mengajukan
Terdiri dari 11 Nominal
kognitif aspek intelektual, perhatian, bahasa,
memori, visuospasial, dan eksekutif. MMSE Mini
Mental Status Exaimantion.
pertanyaan melalui
kuesioner. pertanyaan, dengan
nilai: Tertinggi: 30
Terendah : 0 Dibagi menjadi 2
kategori: Baik : 23
Buruk : ≤ 23
C. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variabel yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan
hasil penelitian. Hipotesis berdasarkan pernyataannya dibagi menjadi 2 yaitu, hipotesis alternatif H
1
dan hipotesis null H Dharma,
2011. Sehingga hipotesis peneliti menurut Dharma, adalah: H
1
: Terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif lanjut usia yang tinggal di Panti Werdha.
37
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Ditinjau dari pendekatannya, peneliti menggunakan pendekatan cross sectional
, yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independen yang diidentifikasikan dalam satu
waktu Dharma, 2011. Dalam hal ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dan fungsi kognitif pada lanjut usia
yang tinggal di Panti Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan
. B.
Lokasi dan Waktu Penelitian 1.
Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Terdapat satu
komunitas dimana para dewasa tua atau lanjut usia berkumpul disuatu tempat dan melakukan sebuah aktifitasnya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari bulan April hingga September 2015. Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen sejenis tetapi dapat dibedakan satu sama lain. Perbedaan - perbedaan itu
disebabkan karena adanya nilai karakteristik yang berlainan Supranto, 2000. Populasi penelitian ini adalah lanjut usia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Jika n adalah jumlah elemen sampel dan N adalah jumlah elemen populasi, maka n N
n lebih kecil dari pada N Supranto, 2000. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive
sampel adalah suattu teknik pengambilan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi tersebut Nursalam, 2008. Sehingga
sampel penelitian yang berdasarkan dengan kriteria inklusi berjumlah 31 responden.
Kriteria Inklusi:
a. Usia mulai dari 60 tahun keatas. b. Lanjut usia yang dapat melihat, berbicara dan mendengar.
c. Lanjut usia yang bersedia menjadi responden tanpa paksaan. d. Lanjut usia yang tinggal di bagian mandiri di Panti Sosial
Tresna WerdhaJakarta Selatan. e. Lanjut usia yang tidak memiliki gangguan kejiwaan.
D. Instrumen Penelitian
Dalam sebuah penelitian dibutuhkan suatu alat pengumpul data. Salah satu diantara alat pengumpul data tersebut adalah kuesioner.
Kuesioner ini merupakan daftar pertanyaan dalam rangka wawancara terstruktur oleh peneliti dengan responden Imron Munif, 2010.
Instrumen dalam penelitian ini merupakan data primer yang diambil melalui dua kuesioner, yaitu:
1. Instrumen pertama berupa pertanyaan mengenai data demografi responden yang terdiri dari usia, jenis kelamin dan pendidikan
terakhir. 2.
Mini Mental State Examination MMSE Mini Mental State Examination
MMSE adalah sebuah tes mental standar yang menilai secara klinis sebuah fungsi kognitif
yang terdistribusi dan terlokasi Ginsberg, 2008. MMSE diperkenalkan oleh Folstein pada tahun 1975. MMSE digunakan
sebagai alat mendeteksi adanya gangguan kognitif pada seseorang atau individu mengevaluasi perjalanan suatu penyakit yang
berhubungan dengan proses penurunan kognitif dan memonitor respon terhadap pengobatan Turana, 2004 dalam Rianto, 2013.
MMSE adalah alat pengukuran fungsi kognitif yang baik dan tepat untuk populasi lanjut usia baik yang tinggal di panti werdha,
di rumah sakit maupun di komunitas Hartford institut. MMSE sangat reliabel untuk menilai gangguan fungsi
kognitif dan dapat digunakan secara luas sebagai pemeriksaan yang sangat sederhana untuk mendiagnosis adanya gangguan
kognitif. MMSE terdiri dari 30 pertanyaan, terbagi menjadi 11 item pertanyaan dan perintah, yang meliputi rincian intelegensi,
perhatian, fungsi eksekutif, memori, bahasa, dan visuospasial Folstein, 1993. Penilaian baik buruknya fungsi kognitif
didasarkan atas nilai potong yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan terakhir responden.
Dinilai baik jika nilainya ≥ 23 untuk sekolah dasarSD, ≥ 25 untuk sekolah menengah pertama
SMP, dan ≥ 26 untuk sekolah menengah atas SMA ke atas, sedangkan dinilai buruk jika 23 untuk sekolah dasarSD, 25
untuk sekolah menengah pertama SMP, dan 26 untuk sekolah menengah atas SMA ke atas Turana, 2004 dalam Rianto,
2013. 3.
The Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI The Pittsburgh Sleep Quality Index
PSQI merupakan instrumen yang efektif digunakan untuk mengukur kualitas dan
pola tidur lanjut usia. Ini membedakan dua kategori buruk dan baik pada tidur dengan mengukur tujuh domain: kualitas tidur,
kemampuan mempertahankan tidur, durasi tidur, kebiasaan tidur, hal-hal yang mengganggu tidur,penggunaan obat tidur, dan tidak
bersemangat menjalani aktivitas harian selama satu bulan terakhir
.
Keuntungan menggunakan PSQI karena memiliki validitas dan reabilitas yang tinggi. Namun metode ini juga memilki
memiliki kekurangan yaitu pengisian kuesioner PSQI dapat memperoleh hasil yang kurang akurat dikarenakan batasan dan
kesulitan klien memahami pertanyaan sehingga perlu dipandu dalam pengisiannya. Pada penelitian ini, dengan populasi lanjut
usia, PSQI adalah alat yang tepat yang sering digunakan dalam pengukuran kualitas tidur.
Kuesioner ini terdiri dari 19 pertanyaan dengan tujuh komponen atau domain dengan skala likert 0-3. Jawaban 0 untuk
tidak pernah sama sekali baik sekali, 1 untuk satu kali dalam seminggu baik, 2 untuk dua kali dalam seminggu buruk, dan
tiga untuk tiga kali atau lebih dalam seminggu sangat buruk Orhan, 2011.
Penghitungan kuesioner berdasarkan setiap domain dan kemudian di total secara keseluruhan domain tersebut. Domain 1
adalah nilai dari no. 9 pada kueisoner. Domain 2 adalah jumlah skor dari no. 2
≤15 mnt=0; 16-30 mnt=1;31-60 mnt=2;60 mnt=3 ditambah no. 5a. Hasilnya jika, 0=0; 1
– 2=1; 3 – 4=2; 5 –
6=3. Domain 3 adalah skor no.4 7=0 ; 6-7=1 ; 5-6=2 ; 5=3. Domain 4 adalah total waktu tidur dibagi lamanya diatas tempat
tidur sebelum jatuh tidur dan dikalikan 100. Dengan hasil jika, 85=0; 75-84=1; 65-74=2; 65=3. Domain 5 adalah
penjumlahan skor dari no. 5b-5j. Jika hasilnya, 0=0; 1-9=1; 10- 18=2; 19-27=3. Domain 6 adalah skor no. 6. Dan domain 7 adalah
penjumlahan dari no. 7 8 0=0; 1-2=1; 3-4=2; 5-6=3 Boltz, 2012.
E. Uji Validitas dan Reabilitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur Ancok, 2006. Menurut Lapau
2013 dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid, uji validitas ditujukan pada instrumen penelitiannya. Instrumen
penelitian yang digunakan peneliti adalah intsrumen baku. Sehingga uji validitas pada kuesioner MMSE dan PSQI ini tidak dilakukan.
Pada kuesioner MMSE skor 23 pertama kali diajukan sebagai ambang skor yang mengindikasikan disfungsi kognitif. Dalam 13 studi
berurutan yang menilai keefektifan ambang skor MMSE ≤ 23 untuk mendeteksi demensia, sensivitas berkisar antara 63-100 dan
spesifitas berkisar antara 52 - 99 n=23-74 orang dengan demensia dan 24-2663 orang tanpa demensia.
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila
pengukuran diulangi dua kali atau lebih Ancok, 2006. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk menghasilkan
pengukuran yang konsisten. Terdapat dua studi yang menilai konsistensi internal MMSE
mendapatkan nilai alfa cronbach sebesar 0,82 dan 0,84 pada penelitian lanjut usia yang dirawat dilayanan medis dan lansia panti werdha.
Kuesioner PSQI juga memiliki konsistensi internal dan koefisian reliabilitas cronbah‟s alpha 0,83 untuk ke tujuh komponen Agustin,
2012.
F. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2015. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam pengambilan data dalam peneltian ini, yaitu:
1. Peneliti menentukan permasalahan, subjek penelitian, tempat penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta menentukan judul
penelitian. Peneliti kemudian mengajukan surat dari fakultas untuk diberikan kepada pihak Panti Sosial Tresna Werdha
PSTW Budia Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. 2. Setelah perizinan penelitian disetujui oleh dan pihak PSTW Budi
Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan, peneliti terlebih dahulu melakukan studi pendahuluan terkait penelitian yang akan
dilakukan.
3. Selanjutnya peneliti menyusun proposal skripsi dan melakukan ujian seminar proposal skripsi.
4. Setelah melakukan ujian seminar, peneliti segera mencari calon responden yang sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian peneliti
melakukan informed consent terhadap calon responden. 5. Setelah di tanda tanganinya informed consent tersebut, peneliti
memberikan penjelasan cara pengisian kuesioner dan dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan atau pernyataan yang kurang
jelas. 6. Kuesioner yang telah diisi kemudian diolah dan dianalisis oleh
peneliti.
G. Pengolahan Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena setelah data teranalisis barulah dapat
memberikan arti dan makna yang berguna dalam memecahkan penelitian. Setelah data terkumpul, lalu dilakukan pengolahan data
sebagai berikut: 1. Memeriksa data Editing
Editing yaitu penyuntingan dilakukan secara langsung oleh
peneliti terhadap kuesioner dari responden. Memeriksa data yang dilakukan yaitu meliputi perhitungan dan penjumlahan.
Penghitungan dan penjumlahan adalah menghitung banyaknya lembaran-lembaran kuesioner dan yang sesuai dengan kriteria
inklusi. Tujuan dari editing ini adalah memastikan data yang diperoleh yaitu kuesionernya semua telah diisi, relevan dan dapat
dibaca dengan baik. 2. Memberi Kode Coding
Yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Pemberian kode dilakukan
untuk menyederhanakan data yang diperoleh Notoatmodjo, 2010 dan Rianto, 2011. Pemberian kode menggunakan angka
yang sederhana. 3. Memproses Data Processing
Setelah pemberian kode selesai, maka data yang sudah diberi kode dipindahkan ke dalam suatu media untuk pengolahan
data selanjutnya. Proses dilakukan dengan cara meng-entry data hasil kuesioner kekomputer.
4. Cleaning Data Proses ini adalah pembersihan data dari setiap sumber atau
responden selesai dimasukkan kedalam komputer sebelum dianalisis. Perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya sehingga diperlukan koreksi dan pembenahan.
H. Metode Analisis Data
1. Analisis Univariat Analisis Univariat ini bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Pada umumnya
dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel Notoatmodjo, 2010. Dari penelitian
ini, peneliti akan melihat gambaran dari data demografi lanjut usia usia, pendidikan terakhir dan jenis kelamin dan masing
masing variabel yaitu, kualitas tidur dan fungi kognitif. 2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat berguna untuk menghubungkan dua variabel Umar, 2003 yaitu untuk melihat hubungan variabel
kualitas tidur dan variabel fungsi kognitif lansia. Analisis yang digunakan untuk penelitian ini, yaitu uji Fisher Exact Test. Fisher
probabaility exact test merupakan salah satu uji nonparametrik
untuk menguji hipotesis. Pada penelitian dua variabel dengan data yang dinyatakan dengan persen, pengujian hipotesis dapat
dilakukan dengan statistik parametrik chi-square. Bila sampel terlalu kecil n 20 dan nilai ekspektasi 5 maka chi-square
tidak dapat digunakan. Untuk mengatasi kelemahan uji chi-square tersebut digunakan uji fisher exact test Budiarto, 2002.
Peneliti menggunakan derajat keperayaan 95 sehingga jika nilai p ≤ 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna
signifikan atau menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dengan independen dan apabila p 0,05 berarti hasil
perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen.
I. Etika Penelitian
Seorang peniliti yang melakukan sebuah penelitian hendaknya berpegang teguh pada sikap ilmiah scientific attitude serta berpegang
teguh pada etika penelitian, meskipun penelitian tidak membahayakan bagi subyek. Secara garis besar terdapat 4 prinsip yang harus dipegang
teguh, Notoatmodjo, 2010 yakni:
1. Human Dignity
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan
penelitian tersebut. Sebagai ungkapan, peneliti menghargai hak dan martabat subjek peneliti maka seyogianya peneliiti
mempersiapkan formulir persetujuan subjek inform concern. Responden dibacakan oleh peneliti maksud dan tujuan penelitian
sebelum mengisi kuesioner dan menandatangani lembar persetujuan dari peneliti.
2. Privacy and Confidentiality Privasi dan Kerahasiaan
Peneliti menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan responden untuk kepentingan penelitian.
3. Justice and Inclusiveness Jujur dan Keterbukaan
Prinsip ini perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Prinsip ini menjamin agar semua
subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama. Sehingga peneliti melakukan wawancara dengan lansia
perorangan. 4.
Balancing and Benefits Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat yang
baik bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada umum dan khususnya. Peneliti hendaknya meminimalisir dampak
yang merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian mencegah dari rasa sakit, cidera, stress, maupun
kematian.
49
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna merupalan Unit Pelakana Teknis UPT bidang kesejahteraan sosial
lanjut usia Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta. Sebagai lembaga pelayanan masyarakat PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
adalah lembaga pemerintah yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya lanjut usia yang tidak mampu atau kurang
beruntung dengan sumber dana APBD Provinsi DKI Jakarta. Saat ini lansia yang berada pada PSTW Budi Mulia 4 berasal
dari berbagai macam daerah. Dan berbagai cara masuknya. kebanyakan lansia tersebut adalah hasil penangkapan dari petugas
Satuan Polisi Pramong Praja Satpol PP yang meraup para gelandangan dan pengemis yang ada dijalanan. Sehingga tidak sedikit
para lansia yang berada di PSTW ini memiliki gangguan dalam kejiwaannya. Sehingga petugas panti memiliki banyak kegiatan untuk
mengembalikan kesejahteraan kehidupan bagi lansia tersebut. Kegiatan yang ditawarkan pada panti tersebut seperti rutinitas
dalam beribadah dari setiap kalangan agama, olahraga, keterampilan seperti menjahit, menyulam, bermain musik angklung, karaoke,
membuat kerajinan seperti keset dan bermacam-macam aksesoris. Ini
semua ditawarkan didalam panti tersebut guna untuk memberikan layanan dan kesejahteraan menikmati kehidupan terakhirnya.
PSTW Budi Mulia 4 ini juga memiliki tiga kategori untuk para lansia. Yaitu lansia mandiri, lansia setengah renta dan lansia renta.
Pengkategorian ini didasarkan pada kemampuan lansia dalam kemandiriannya memenuhi kebutuhan sehari-hari. Responden yang
dijadikan penelitian oleh peneiliti adalah lansia yang berkategorikan mandiri dimana jumlah total keseluruhan nya adalah 76. Dari
keseluruhan itu yang sesuai dengan kriteria inklusi adalah 31.
B. Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat ini digunakan untuk menganilisis variabel- variabel karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan
menggunakan distribusi frekuensi dan proporsi. Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi: data demografi lanjut usia yang terdiri
dari usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan, kualtias tidur, dan fungsi kognitif.
1. Data Demografi Lanjut Usia
a. Usia
Rata – rata usia responden yang paling banyak adalah rentan
usia 60-74 tahun, yaitu sebanyak 24 responden atau 77,4. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Kategori
Lansia Mandiri di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Usia N
60-74 tahun 24
77.4 75-90 tahun
7 22.6
Total 31
100.0 b.
Jenis Kelamin
Pengelompokan responden berdasarkan jenis kelamin lansia dengan kategori mandiri terdapat pada tabel 5.2 berikut:
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin
Kategori Lansia Mandiri di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Jenis Kelamin N
Laki-laki 16
51.6 Perempuan
15 48.4
Total 31
100.0
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden terdapat pada jenis kelamin laki-laki yaitu 16
orang 51,6.
c. Tingkat Pendidikan
Lansia yang teradapat pada kategori mandiri di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna ini sebagian besar berlatar
belakang Sekolah Dasar SD yakni sebanyak 16 orang. Ini dapat dilihat dari tabel 5.3 dibawah ini:
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat
Pendidikan Kategori Lansia Mandiri di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Tingkat Penidikan N
Sekolah Dasar SD 16
51.6 Sekolah Menengah Pertama SMP
8 25.8
Sekolah Menengah Atas SMA 5
16.1 Perguruan Tinggi PT
2 6.5
Total 31
100.0 2.
Variabel Dependen dan Independen a.
Kualitas Tidur Lanjut Usia
Data dibawah ini menunjukkan bahwa kualitas tidur lansia kategori mandiri yang tinggal di PSTW Budi Mulia 4
Margaguna ini memiliki kualitas yang buruk yaitu sebanyak 96,8 atau 30 orang. Seperti yang terlihat pada tabeel
dibawah ini: Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kualitas Tidur Kategori Lansia Mandiri di PSTW Budi Mulia 4
Margaguna
b. Fungsi Kognitif Lanjut Usia
Pengelompokan responden berdasarkan kategori fungsi kognitif dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini.
Kualitas Tidur N
Baik 1
3.2 Buruk
30 96.8
Total 31
100.0
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Fungsi
Kognitif Kategori Lansia Mandiri di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Fungsi Kognitif N
Baik 25
80.6 Buruk
6 19.4
Total 37
100.0
Pada tabel diatas mengatakan bahwa dari keseluruhan responden yang bersedia mengikuti penelitian ini terdapat
80,6 25 lansia memiliki fungsi kognitif yang baik dan 19,4 6 lansia memiliki fungsi kognitif yang buruk.
C. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang akan menunjukkan hubungan antara dua variabel bisa dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.6 Korelasi Data Kualitas Tidur dengan Fungsi Kognitif
Kategori Lansia Mandiri di PSTW Budi Mulia 4 Margaguna
Kualitas tidur Fungsi kognitif
P.Value Baik
Buruk N
N
baik 1
100 1,000
buruk 28
80 8
20 Berdasarkan tabel diatas menyatakan bahwa dari p-value yang
di dapatkan yaitu sebesar 1,000 yang melebihi dari batas nilai derajat kepercayaan 95 α=0,05, dinyatakan bahwa tidak terdapat
hubungan antara kualitas tidur dengan fungsi kognitif. Namun
presentase tabel tersebut menyatakan bahwa pada kualitas tidur yang baik akan menghasilkan 100 fungsi kognitif yang baik, sedangkan
kualitas tidur yang buruk menghasilkan 80 fungsi kognitif yang baik.
55
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Data Demografi
1. Gambaran Usia di PSTW Kategori Lansia Mandiri
Usia merupakan faktor yang sangat independen karena tidak dapat diubah oleh manusia. Usia akan bertambah hari demi hari
secara otomatis. Oleh karena itu, usia merupakan faktor biologis sebagai pembeda dalam hubungannya dengan dimensi kelompok
Soeroso, 2008. Responden penelitan ini adalah lanjut usia yang berada pada PSTW Budi Mulia 4 Margaguna yang merupakan
kelompok usia lanjut. Dengan batasan usia minimal 60 tahun seperti definisi yang tertera di Undang-undang no.13 Tahun1998.
Pada kategori lansia mandiri di PSTW Budi Mulia ini, menggambarkan bahwa sebagian besar responden merupakan
lanjut usia yang berumur 60-74 tahun yaitu sebanyak 24 responden atau sebesar 77,4. Menurut Erickson, tugas
perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Seperti misalkan mereka
memiliki rutinitas atau pekerjaan yang rutin, olahraga, pengembangan hobi, dan lain-lain Maryam, 2008. Karena lansia
dengan kategori mandiri ini masih dapat melakukan aktiitas
sehari-hari dengan baik, sehingga setiap kegiatan yang ditawarkan oleh pihak panti mereka dapat ikut serta.
2. Gambaran Jenis Kelamin pada Lansia di PSTW