Perubahan Tidur pada Lanjut Usia

digunakan untuk meningkatkan tidur. Kehilangan atau kelebihan berat badan juga dapat mempengaruhi pola tidurPotter dan Perry, 2012.

4. Perubahan Tidur pada Lanjut Usia

Lansia tidur 6 jam setiap malamnya dan 20-25 adalah tidur REM. Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4, dan beberapa lansia hampir tidak memiliki tahap 4, atau tidur yang dalam. Total waktu tidur rata-rata pada lanjut usia meningkat, namun membutuhkan waktu yang banyak untuk bisa jatuh tidur Carney, Barrey, Geyer, 2012. Seorang lanjut usia memiliki waktu pendek pada tidur yang dalam delta sleep, dan lebih panjang waktunya didalam tidur stadium 1 dan 2. Hasil tes Polysomnographic ditemukan bahwa adanya penurunan dalam slow wave sleep dan REM Darmojo, 2009. Pada lanjut usia, irama sirkadian menjadi lebih lemah, tidak dapat menyesuaikan dan kehilangan tinggi rendahnya irama sirkadian. Salah satu hipotesis menyatakan suprachiasmatic nuclei mengalami kemunduran dan mengalami kelemahan fungsi sehingga membuat irama sirkadian lanjut usia menjadi terganggu. Penurunan tinggi rendahnya irama sirkadian dapat meningkatkan frekuensi terbangun dimalam hari dan mengantuk yang amat di siang hari Neikrug Israel, 2010. Penurunan hormon serotonin yang terjadi pada lanjut usia mengakibatkan penurunan melatonin Tortora Derrickson, 2009. Crowley 2011 juga melaporkan tentang kemunduran irama sirkadian seperti suhu tubuh, kortisol, dan melatonin. Penurunan kadar melatonin dimalam hari dapat menyebabkan gangguan irama sirkadian, khususnya menjadi lebih maju. Hal ini menyebabkan banyak lanjut usia merasa mengantuk dan tertidur lebih awal di malam hari dan lebih awal di pagi hari Crowley, 2011 Wold, 2008. Peningkatan frekuensi terbangun saat tidur dimalam hari pada lanjut usia dapat membuat jumlah total jam tidur menjadi berkurang Meinner Annette, 2006. Jumlah waktu tidur yang sebenarnya lebih sedikit dibandingkan jumlah waktu yang dihabiskan selama ditempat tidur Wold, 2008 dan peningkatan istirahat tidur selama siang hari Ceullar dkk 2007 dalam Potter Perry, 2011

D. Fungsi Kognitif

a. Struktur dan Fungsi Saraf Lanjut Usia

Masa penuaan terjadi secara alamiah. Perubahan terjadi disetiap sistem tubuh lansia, termasuk pada sistem saraf. Masa penuaan juga menurunkan jumlah sel saraf diberbagai daerah otak dan mengurangi zat-zat pada struktural sel saraf tersebut terutama pada dendrit. Hilangnya sel saraf tidak begitu luas dalam proses penuaan seperti yang diyakini sebelumnya. Dalam kenyataannya beberapa sel saraf tampak menyusut dan beberapa hilang. Dan ini akan mengakibatkan berubahnya beberapa fungsi seperti pada fungsi kognitif, motorik dan juga fungsi sensorik. Perubahan ini yang mencakup pada sensori dan motorik seperti kesulitan dalam menangkap informasi; dari penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan pada penciuman; sensasi getaran dan perubahan pada posisi akal. Fungsi kognitif akan dijelaskan lebih detail dibawah. Ini semua dikarenakan oleh perubahan pada neurotransmiter yang berkurang dan hipotalamus karena proses penuaan yang berlangsung. Hipokampus adalah bagian dari lobus temporal yang terpenting dalam pengaturan memori dan pembelajaran. Pada proses penuaan ini yang terjadi adalah terdapat perubahan pada struktur, hilangnya sinaps pada saraf, integritas mikrovaskular yang menurun, berkurangnya glukosa dalam proses metabolisme, dan perubahan dalam sel-sel neuroglia Meiner Lueckenotte, 2006.

b. Definisi Kognitif

Kognisi meliputi kemampuan otak untuk memproses, mempertahankan, dan menggunakan informasi. Kemampuan kognitif mencakup pemikiran, penilaian, persepsi, perhatian pemahaman, dan memori. Kemampuan kognitif ini penting pada kemampuan individu dalam membuat keputusan, menyelesaikan masalah, menginterpetasikan lingkungan dan mempelajari informasi yang baru untuk memberikan nama pada beberapa hal Videbeck, 2008. Kata kognisi cognition merujuk kepada tindakan atau proses “mengetahui”, termasuk kesadaran dan penilaian Sherwood, 2012.

c. Neurosains Kognitif

1. Otak Depan