15 c. muda subadult adalah individu yang berumur kirakira 4
–6 tahun, ukuran badannya sedang, hidup bersama pasangan individu dewasa dan kurang atau
jarang menunjukkan aktivitas teritorial. d. dewasa adult adalah individu yang berumur lebih dari 6 tahun, hidup soliter
atau berpasangan dan menunjukkan aktivitas teritorial. Umumnya H. moloch dapat hidup hingga 35 tahun Supriatna Wahyono,
2000, di tempat kaptif spesies ini hidup sampai umur 30 tahun Burton, 1995 dalam Anton et al. 2011. Jantan mengalami dewasa pada umur 6 tahun, tetapi
betina antara 8 dan 10 tahun.
2.6 Pohon Pakan dan Pohon Tidur Aktivitas Harian
Pohon pakan adalah spesies tumbuhan yang dimanfaatkan H. moloch sebagai sumber pakan. Bagian pohon yang dikonsumsi adalah buah, bunga dan
daun muda Lampiran1. Menurut Chivers 1980 dalam Anton et al. 2011 aktivitas harian meliputi mencari makan, melakukan perjalanan dan perpindahan,
istirahat, bersuara, mencari kutu dan bermain. Dalam melakukan aktivitasnya H. moloch
biasanya berada pada lapisan kanopi paling atas. H.moloch pada umumnya mengkonsumsi buah yang sudah matang dalam proporsi yang tinggi.
Persentase jenis pakan H. moloch dalah: buah-buahan matang 61, daun- daunan 38, bunga 1 dan yang lainnya 1 Kappeler 1984; Rowe 1996;
Kuester 1999. Spesies pohon yang sering dijadikan sebagai pakan bagi gibbon berasal dari famili Leguminosae, Myrtaceae, Annonacea, Rubiaceae,
Guttiferaceae dan Anacardiaceae Chivers 2000. Selain mengkonsumsi tumbuhan, H. moloch juga memakan ulat pohon, rayap, madu dan beberapa jenis
serangga untuk memenuhi kebutuhan akan proteinnya. Pohon pakan dan pohon tidur merupakan bagian yang penting dalam kehidupan H. moloch.
Pemilihan tempat istirahat dan tidur dilakukan secara hati-hati sehingga diperoleh lokasi yang benar-benar cocok Fruth dan McGrew 1998. Pada
umumnya, pohon yang dipilih sebagai tempat tidur adalah pohon yang tinggi, rindang dan rimbun sehingga bisa terhindar dari predator, dapat pula digunakan
untuk berlindung dari perubahan cuaca Reichard, 1998. Betina berperan penting dalam pertahanan teritori dengan aktivitas bersuara great call yang dilakukan
16 setiap pagi. Pada H. moloch bersuara bertanda sebagai pemberitahuan,
menyatakan kehadiran mereka pada kelompok tetangga.
2.7 Status Konservasi
H. moloch telah dilindungi sejak 1924 ketika Ordonasi Perburuan pertama
diberlakukan Kappeler, 1984. Pemerintah RI melalui UU No. 5 Tahun 1990, SK Menteri Kehutanan No. 301kpts-II1991 dan SK Menteri Kehutanan No.
882kpts-II1992, dengan hukuman pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 seratus juta rupiah bagi mereka yang
memburu atau memelihara tanpa ijin. Selanjutnya H. moloch dinyatakan sebagai Endangered Spesies
oleh IUCN pada tahun 1986 Kool, 1992; Sawitri, et al. 1998 dalam Anton et al., 2011 dan tergolong Apendiks I CITES.
Populasinya yang kecil dan terfragmentasi ditambah tekanan demografi dan genetik menyebabkan H. moloch termasuk sangat terancam punah, dan setelah
PHVA tahun 1994 diumumkan status H. moloch menjadi Endangered Nijman 2004 dalam Anton et al. 2011. Dalam PP No 71999 Dephut 1999 dan daftar
jenis yang dilindungi pada Lampirannya, H. moloch termasuk dalam jenis satwa yang dilindungi. Pasal 5 dalam peraturan pemerintah tersebut menyatakan bahwa
suatu jenis tumbuhan dan satwa wajib di tetapkan dalam golongan yang dilindungi apabila telah memenuhi kriteria:
a mempunyai populasi yang kecil; b adanyapenurunan yang tajam pada jumlah individu di alam;
c daerah penyebarannya yang sangat terbatas endemik. Kondisi habitat satwa primata endemis sangat kritis dan keberadaan
spesiesnya sangat mengkhawatirkan. Upaya konservasi spesies H. moloch telah banyak dilakukan, tinggal bagaimana caranya supaya pengelolaan kawasan
konservasi dapat mempertahankan habitat alami dan populasi satwa primata ini di habitat aslinya.
2.8 Hylobates moloch di Taman Nasional Gunung Gede