Masalah Penelitian Local Institutional Effectiveness Againts Tourism Management System (Studies in Gili Trawangan, Gili Indah Village, Pamenang District, Nusa Tenggara Barat Province)

pengelolaan pariwisata. Pariwisata dalam suatu daerah dapat lestari bila terdapat kelembagaan yang baik serta berperan penting dalam pengelolaan pariwisata. Menurut Schmid 1987 dalam Kartodihardjo et al 2004, Kelembagaan adalah seperangkat ketentuan yang mengatur masyarakat, yang mana mereka telah mendefinisikan kesempatan-kesempatan yang tersedia, mendefinisikan bentuk-bentuk aktivitas yang dapat dilakukan oleh pihak tertentu terhadap pihak lainnya, hak-hak istimewa yang telah diberikan, serta tanggung jawab yang harus mereka lakukan. Kelembagaan tersebut mencangkup kelembagaan formal dan kelembagaan informal, dimana dalam kelembagaan informal terdapat kelembagaan lokal yang dibentuk oleh masyarakat sendiri dan kelembagaan formal datang dari pemerintahan. Kelembagaan lokal dapat mejadi jalur alternatif yang baik bagi sistem pengelolaan pariwisata, karena aturan lokal yang datang dari dalam diri masyarakat setempat sendiri akan mempermudah menjalankan aturan tersebut sesuai nilai dan norma masyarakat itu dan di damping oleh sosialisasi dan kontrol yang baik. Menurut Braun 2008 mengatakan bahwa aturan formal sering kali di tolak oleh masyarakat dan tidak cocok dengan aturan informal. Dalam sistem pengelolaan pariwisata sangat perlu sistem manajemen yang baik dan berasal dari masyarakat lokal sehingga tercipta sistem pengelolaan yang lebih baik bagi lingkungan masyarakat lokal. Menurut Aulia 2010 mengatakan bahwa kearifan lokal tetap dipertahankan masyarakat dan efektif dalam mengatur kehidupan masyarakat dan alam. Kesinergisan antara kelembagaan formal dan informal dapat menjadikan pariwisata menjadi lebih terorganisir dengan baik dan meminimalisir dampak negatif dari pariwisata. Kelembagaan yang baik dalam sistem pengelolaan tidak lupa didukung oleh sosialisasi dan kontrol yang baik sehingga kelembagaan dapat berjalan efektif.

1.2 Masalah Penelitian

Pulau Lombok merupakan salah satu rute wisata segitiga emas Bali-Tana Toraja- Lombok, sehingga pariwisata di daerah tersebut mempunyai potensi yang sangat besar terutama Pulau Gili Trawangan Lombok. Gili Trawangan merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di Lombok barat. Pulau yang sedang gencar dipromosikan ini cukup terkenal dikalangan turis domestik dan mancanegara, karena objek wisatanya yang masih murninatural, aturan lokalnya “awig-awig” yang masih asli dan dekatnya lokasi dengan pulau Bali yang promosinya sudah lebih gencar dilakukan. Meskipun yang berkunjung ke pulau Gili Trawangan Lombok masih terpengaruh limpahan wisatawan yang pergi ke pulau Bali, namun tidak menutup kemungkinan bahwa pariwisata di Pulau Gili Trawangan Lombok dapat berkembang tanpa pengaruh dari pulau Bali. Gili Trawangan mempunyai aturan lokal yang biasa disebut “Awig-awig”. Awig- awig berisi berbagai tata aturan yang dibentuk untuk melindungi dan menjaga keutuhan Gili Trawangan. Gili Trawangan yang terletak di Desa Gili Indah, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat ini telah membuat sebuah keputusan nomor 12pem.1.1.061998 tanggal September 1998 tentang awig-awig pemeliharaan dan pengelolaan ekosistem terumbu karang. Keputusan desa ini berbentuk formal seperti bentuk-bentuk surat keputusan yang biasa dipakai oleh pemerintah. Bagian ini menimbang keadaan potensi pesisir dan laut serta kepedulian akan kondisinya yang terancam kerusakan. Awig-awig membuktikan bahwa ada perhatian masyarakat untuk menjaga keutuhan Gili Trawangan dengan pembuatan aturan lokal. Awig-Awig ini merupakan salah satu pagar dalam pengelolaan sumberdaya alam yang berkaitan dengan daya tarik pariwisata di daerah tersebut. Gili trawangan memiliki potensi pariwisata yang cukup tinggi, keindahan alam yang indah dan alami dapat menaruk turis domestik maupun mancanegara untuk datang berwisata ke Gili Trawangan. Gili Trawangan akan mendapat imbas negatif dari pariwisata bila tidak dikelola sistem kelembagaan yang baik. Oleh karena itu diperlukan aturan lokal sebagai bentuk kelembagaan lokal untuk mengelola pariwisata pada daerah tersebut. Kesinergisan antara kelembagaan formal dan informal. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, adapun pertanyaan penelitian studi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kelembagaan lokal yang mengatur perilaku wisatawan? 2. Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan, pemahaman dan implementasi terhadap tingkat pelanggaran awig-awig oleh wisatawan mancanegara dan domestik? 3. Sejauh mana efektivitas kelembagaan lokal mengatur tata perilaku wisatawan?

1.3 Tujuan