BAB VIII PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Terdapat salah satu bentuk kelembagaan lokal di Gili Trawangan yaitu Awig-awig. Awig-awig merupakan sebuah aturan lokal yang tidak tertulis yang
dibentuk masyarakat Gili Trawangan dengan kesepakatan bersama. Aturan lokal ini dibuat dengan tujuan untuk melindungi masyarakat dan lingkungan Gili
Trawangan. Berdasarkan tempat dan fungsinya Awig-awig dibagi menjadi empat ruang lingkup, yaitu: Awig-awig darat yang berisi tentang aturan-aturan yang
khusus melindungi lingkungan dibagian darat Gili Trawangan, yang kedua Awig- awig laut yaitu berisi aturan-aturan yang dibuat untuk melindungi lingkungan laut,
yang ketiga merupakan Awig-awig gubuk yang berisi khusus aturan mengenai tindakan kriminal dan yang keempat merupakan Awig-awig pergaulan sosial yang
berisi tentang aturan-aturan tata perilaku atau pergaulan di Gili trawangan. Awig- awig mempunyai wujud kontrol dan sosialisasi yang berupa sanksi sebagai wujud
kontrol masyarakat terhadap siapapun yang melanggar serta wujud sosialisasi dari masyarakat secara lisan dan langsung.
Kemampuan awig-awig dalam mengatur perilaku wisatawan relatif beragam. Terdapat hubungan tingkat pengetahuan, pemahaman dan implementasi
wisatawan domestik dan mancanegara terhadap pelanggaran awig-awig. Hubungan tingkat pengetahuan, pemahaman dan implementasi wisatawan dengan
tingkat pelanggaran yang terjadi pada aturan lokal dapat menunjukan efektivitas aturan lokal untuk mengatur perilaku wisatawan mancanegara dan domestik.
Untuk menunjukan efektivitas dipilih aturan lokal yang memiliki jumlah pelanggaran tertinggi dan jumlah pelanggaran terendah dihubungkan dengan
tingkat pengetahuan, pemahaman dan implementasi wisatawan untuk melihat efektivitas aturan lokal tersebut mengatur perilaku wisatawan mancanegara dan
domestik. Aturan lokal dengan jumlah pelanggaran terendah pada wisatawan mancanegara dan domestik merupakan awig-awig nomor 4, yaitu aturan mengenai
larangan melakukan tindak kriminal. Aturan lokal dengan jumlah pelanggaran tertinggi dibagi menjadi dua bagian, yaitu aturan lokal dengan jumlah pelanggaran
tertinggi pada wisatawan mancanegara dan aturan lokal dengan jumlah pelanggaran tertinggi pada wisatawan domestik. Aturan lokal dengan jumlah
pelanggaran tertinggi pada wisatawan mancanegara merupakan awig-awig nomor 1, yaitu aturan mengenai larangan memakai bikini atau pakaian renang di kawasan
penduduk. Aturan lokal dengan jumlah pelanggaran tertinggi pada wisatawan domestik merupakan awig-awig nomor 9, yaitu aturan mengenai zona khusus
menyelam. Awig-awig nomor 4 mengenai larangan melakukan tindak kriminal sangat
efektif mengatur perilaku wisatawan mancanegara dan domestik karena tidak terjadi pelanggaran pada awig-awig nomor 4. Aturan awig-awig nomor 4
merupakan aturan yang sudah sangat tertanam di dalam adat istiadat masyarakat Gili Trawangan dan wisatawan mancanegara dapat melihat bahwa aturan tersebut
sangat penting bagi Gili Trawangan. Awig-awig nomor 1 mengenai larangan memakai pakaian renang atau
bikini di kawasan pemukiman penduduk merupakan awig-awig dengan tingkat pelanggaran tertinggi pada wisatawan mancanegara, cukup besarnya persentase
wisatawan mancanegara yang melanggar awig-awig nomor 1 dapat disebabkan oleh perbedaan budaya wisatawan mancanegara dengan masyarakat lokal yang
menjadi salah satu kendala pada penyampaian pesan aturan lokal awig-awig nomor 1. Sanksi yang kurang berat pada awig-awig nomor 1 menjadi salah satu
faktor penyebab awig-awig nomor 1 mempunyai tingkat pelanggaran yang cukup tinggi bagi wisatawan mancanegara. Aturan awig-awig nomor 1 merupakan
aturan yang belum terlalu tertanam di adat istiadat masyarakat Gili Trawangan dan wisatawan mancanegara, sehingga dapat dilihat bahwa bila wisatawan
mancanegara melanggar aturan tersebut masih dapat ditoleransi. Awig-awig nomor 9 mengenai zona khusus menyelam merupakan awig-
awig dengan tingkat pelanggaran tertinggi pada wisatawan domestik, cukup banyaknya wisatawan domestik yang tidak mengimplementasikan awig-awig
nomor 9 mengenai zonasi khusus menyelam, minat wisawatan domestik yang masih rendah terhadap edukasi kegiatan menyelam atau wisata bawah laut
merupakan salah satu faktor penyebab wisatawan domestik tidak mengimplementasikan awig-awig nomor 9. Aturan awig-awig nomor 9
merupakan aturan yang belum terlalu tertanam di dalam adat istiadat masyarakat Gili Trawangan dan wisatawan domestik, sehingga bila wisatawan domestik
melanggar aturan tersebut masih dapat ditoleransi. Awig-awig cukup efektif mempengaruhi perilaku wisatawan karena
tingkat pelanggaran yang terjadi masih berkisar dibawah angka 35 persen. Awig- awig sangat efektif pada awig-awig Gubuk, yaitu awig-awig mengenai larangan
tindakan kriminal. Awig-awig nomor 4 mengenai larangan melakukan tindak kriminal sangat efektif mengatur perilaku wisatawan di Gili Trawangan. Hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya tingkat pelanggaran dari wisatawan mancanegara dan domestik terhadap awig-awig nomor 4. Salah satu peraturan yang ada pada
Awig-awig darat yaitu Awig-awig nomor 5 mengenai larangan memakai kendaraan bermotor, Awig-awig tersebut sangat efektif karena tidak ada
persentase tingkat pelanggaran yang terjadi karena tidak adanya kendaraan bermotor yang masuk ke kawasan darat Gili Trawangan. Awig-awig nomor 1
mengenai larangan memakai pakaian renang atau bikini di kawasan pemukiman penduduk masih belum cukup efektif untuk mengatur perilaku wisatawan
mancanegara karena masih banyak terdapat pelanggaran, sehingga dapat dikatakan peraturan ini masih belum cukup efektif dan perlu di tindak lanjuti
kembali. Awig-awig nomor 9 mengenai zona khusus menyelam masih belum cukup efektif untuk mengatur perilaku wisatawan domestik karena masih banyak
terdapat pelanggaran, sehingga dapat dikatakan peraturan ini masih belum cukup efektif mengatur perilaku wisatawan domestik dan perlu ditindak lanjuti kembali.
8.2 Saran