Sebanyak 57 persen wisatawan domestik yang memahami awig-awig nomor 9 dan tidak melanggar awig-awig nomor 9.
Terdapat hubungan antara tingkat pemahaman wisatawan domestik terhadap tingkat pelanggaran awig-awig nomor 9. Semakin tinggi tingkat
pemahaman wisatawan domestik terhadap awig-awig nomor 9, maka semakin tinggi tingkat pelanggaran terhadap awig-awig nomor 9.
Sebanyak 27 persen wisatawan domestik tidak mengimplementasikan dan melanggar awig-awig nomor 9 mengenai zonasi khusus menyelam, minat
wisawatan domestik yang masih rendah terhadap edukasi kegiatan menyelam atau wisata bawah laut merupakan salah satu faktor penyebab wisatawan domestik
tidak mengimplementasikan awig-awig nomor 9. Kepedulian wisatawan domestik yang rendah menjadi salah satu faktor pendukung atas pelanggaran awig-awig
nomor 9. Sebanyak 73 persen wisatawan domestik mengimplementasikan awig- awig nomor 9, karena sebagian besar dari mereka mempunyai rasa ingin tau dan
tertarik terhadap zona khusus menyelam atau kegiatan menyelam. Awig-awig nomor 9 dapat dikatakan menempati tingkatan norma paling rendah yaitu
tingkatan norma cara usage, tingkatan norma cara usage merupakan suatu bentuk perbuatan yang dilakukan individu dalam suatu masyarakat tetapi tidak
secara terus menerus. Aturan awig-awig nomor 9 merupakan aturan yang belum terlalu tertanam di dalam adat istiadat masyarakat Gili Trawangan dan wisatawan
domestik, sehingga bila wisatawan domestik melanggar aturan tersebut masih dapat ditoleransi.
6.5 Efektivitas Kelembagaan
Lokal
Tingkat pelanggaran yang terjadi pada awig-awig dapat menggambarkan efektivitas awig-awig dalam mengatur perilaku wisatawan dan menjaga
lingkungan Gili Trawangan. Terdapat awig-awig dengan tingkat pelaksanaan yang tinggi dan tidak terjadi pelanggaran yang dapat menyatakan bahwa awig-
awig tersebut sangat efektif mengatur perilaku wisatawan. Terdapat awig-awig dengan tingkat pelanggaran yang paling besar pada wisatawan mancanegara
terdapat pada awig-awig nomor 1 mengenai larangan memakai bikini atau pakaian renang sebesar 33 persen dan awig-awig dengan tingkat pelanggaran paling besar
pada wisatawan domestik terdapat pada nomor 9 mengenai zona menyelam yaitu sebesar 27 persen. Tingkat pelanggaran yang terjadi masih di bawah 35 persen
yang membuktikan bahwa awig-awig masih cukup efektif mengatur perilaku wisatawan. Dari seluruh wisatawan yang berkunjung kurang dari setengahnya
masih mentaati aturan lokal yang ada di Gili Trawangan. Gili Trawangan masih terjaga keutuhannya karena aturan lokal yang ada cukup efektif mengatur perilaku
wisatawan sehingga berdampak baik pada masyarakat dan lingkungan Gili Trawangan serta menjaga keselarasan dengan kegiatan wisata yang berjalan di
Gili Trawangan.
6.6 Ikhtisar
Terdapat hubungan tingkat pengetahuan, pemahaman dan implementasi wisatawan domestik dan mancanegara terhadap pelanggaran awig-awig.
Hubungan tingkat pengetahuan, pemahaman dan implementasi wisatawan dengan tingkat pelanggaran yang terjadi pada aturan lokal dapat menunjukan efektivitas
aturan lokal untuk mengatur perilaku wisatawan mancanegara dan domestik. Untuk menunjukan efektivitas dipilih aturan lokal yang memiliki jumlah
pelanggaran tertinggi dan jumlah pelanggaran Aturan lokal dengan jumlah pelanggaran terendah pada wisatawan mancanegara dan domestik merupakan
awig-awig nomor 4, yaitu aturan mengenai larangan melakukan tindak kriminal. Aturan lokal dengan jumlah pelanggaran tertinggi dibagi menjadi dua bagian,
yaitu aturan lokal dengan jumlah pelanggaran tertinggi pada wisatawan mancanegara dan aturan lokal dengan jumlah pelanggaran tertinggi pada
wisatawan domestik. Aturan lokal dengan jumlah pelanggaran tertinggi pada wisatawan mancanegara merupakan awig-awig nomor 1, yaitu aturan mengenai
larangan memakai bikini atau pakaian renang di kawasan penduduk. Aturan lokal dengan jumlah pelanggaran tertinggi pada wisatawan domestik merupakan awig-
awig nomor 9, yaitu aturan mengenai zona khusus menyelam. Awig-awig nomor 4 mengenai larangan melakukan tindak kriminal sangat
efektif mengatur perilaku wisatawan mancanegara dan domestik karena tidak terjadi pelanggaran pada awig-awig nomor 4. Awig-awig nomor 4 dapat
dikatakan menempati tingkatan norma paling tinggi yaitu tingkatan norma adat istiadat, tingkatan norma adat istiadat merupakan tata kelakuan yang paling tinggi
kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat. Aturan awig- awig nomor 4 merupakan aturan yang sudah sangat tertanam di dalam adat
istiadat masyarakat Gili Trawangan dan wisatawan mancanegara dapat melihat bahwa aturan tersebut sangat penting bagi Gili Trawangan.
Awig-awig nomor 1 mengenai larangan memakai pakaian renang atau bikini di kawasan pemukiman penduduk merupakan awig-awig dengan tingkat
pelanggaran tertinggi pada wisatawan mancanegara, cukup besarnya persentase wisatawan mancanegara yang melanggar awig-awig nomor 1 dapat disebabkan
oleh perbedaan budaya wisatawan mancanegara dengan masyarakat lokal yang menjadi salah satu kendala pada penyampaian pesan aturan lokal awig-awig
nomor 1. Sanksi yang kurang berat pada awig-awig nomor 1 menjadi salah satu faktor penyebab awig-awig nomor 1 mempunyai tingkat pelanggaran yang cukup
tinggi bagi wisatawan mancanegara. Aturan awig-awig nomor 1 merupakan aturan yang belum terlalu tertanam di adat istiadat masyarakat Gili Trawangan
dan wisatawan mancanegara, sehingga dapat dilihat bahwa bila wisatawan mancanegara melanggar aturan tersebut masih dapat ditoleransi.
Awig-awig nomor 9 mengenai zona khusus menyelam merupakan awig- awig dengan tingkat pelanggaran tertinggi pada wisatawan domestik, cukup
banyaknya wisatawan domestik yang tidak mengimplementasikan awig-awig nomor 9 mengenai zonasi khusus menyelam, minat wisawatan domestik yang
masih rendah terhadap edukasi kegiatan menyelam atau wisata bawah laut merupakan salah satu faktor penyebab wisatawan domestik tidak
mengimplementasikan awig-awig nomor 9. Aturan awig-awig nomor 9 merupakan aturan yang belum terlalu tertanam di dalam adat istiadat masyarakat
Gili Trawangan dan wisatawan domestik, sehingga bila wisatawan domestik melanggar aturan tersebut masih dapat ditoleransi.
BAB VIII PENUTUP
8.1 Kesimpulan