BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara megabiodiversiti kedua di dunia, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Indonesia merupakan negara
yang mempunyai sejuta potensi keunikan alam dan budaya yang melimpah. Indonesia mempunyai potensi besar dalam perkembangan pariwisata. Pariwisata mulai tampak
ketika pembangunan sarana dan prasarana mulai gencar dilakukan diberbagai daerah wisata. Pariwisata sebagai industri mulai gencar dilakukan ketika banyak wisatawan yang
tertarik untuk datang ketempat wisata dan melakukan beberapa transaksi. Dalam melakukan beberapa transaksi terciptalah sebuah kegiatan ekonomi dalam industri
pariwisata. Kegiatan ekonomi dalam sektor ini telah berhasil memperbesar penerimaan devisa negara, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta berperan
mendorong pembangunan prasarana dan sarana didaerah, merupakan segi positif yang berkaitan dengan ekonomi fisik dan perolehan devisa. Bila dilihat dari Undang Undang
nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN 2005 – 2025 yang menjadi acuan dari setiap perencanaan pembangunan ditingkat daerah
berdasarkan kewenangan otonomi. Mengacu pada UU Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan secara
sukarela bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan obyek dan
daya tarik wisata, serta usaha-usaha terkait di bidang tersebut. Pariwisata mempunyai pengertian suatu perjalanan wisata daerah yang masih
alami, dimana pariwisata selalu menjaga kualitas, keutuhan, dan kelestarian alam serta budaya. Kegiatan pariwisata dapat menimbulkan dampak negatif dan dampak positif bagi
sektor sosial, ekologi dan ekonomi. Diperlukannya kajian yang menyinggung mengenai dampak sosial, ekologi dan ekonomi pariwisata terhadap masyarakat dan lingkungan
setempat tanpa melupakan kelestarian alam serta kelestarian budaya setempat. Bila menyinggung mengenai kelestarian, kita harus memperhatikan sistem pengelolaan
pariwisata. Dalam sistem pengelolaan pariwisata terdapat seperangkat ketentuan atau aturan yang mengatur masyarakat atau sumberdaya manusia yang berperan penting dalam
pengelolaan pariwisata. Pariwisata dalam suatu daerah dapat lestari bila terdapat kelembagaan yang baik serta berperan penting dalam pengelolaan pariwisata. Menurut
Schmid 1987 dalam Kartodihardjo et al 2004, Kelembagaan adalah seperangkat ketentuan yang mengatur masyarakat, yang mana mereka telah mendefinisikan
kesempatan-kesempatan yang tersedia, mendefinisikan bentuk-bentuk aktivitas yang dapat dilakukan oleh pihak tertentu terhadap pihak lainnya, hak-hak istimewa yang telah
diberikan, serta tanggung jawab yang harus mereka lakukan. Kelembagaan tersebut mencangkup kelembagaan formal dan kelembagaan informal, dimana dalam
kelembagaan informal terdapat kelembagaan lokal yang dibentuk oleh masyarakat sendiri dan kelembagaan formal datang dari pemerintahan.
Kelembagaan lokal dapat mejadi jalur alternatif yang baik bagi sistem pengelolaan pariwisata, karena aturan lokal yang datang dari dalam diri masyarakat setempat sendiri
akan mempermudah menjalankan aturan tersebut sesuai nilai dan norma masyarakat itu dan di damping oleh sosialisasi dan kontrol yang baik. Menurut Braun 2008
mengatakan bahwa aturan formal sering kali di tolak oleh masyarakat dan tidak cocok dengan aturan informal. Dalam sistem pengelolaan pariwisata sangat perlu sistem
manajemen yang baik dan berasal dari masyarakat lokal sehingga tercipta sistem pengelolaan yang lebih baik bagi lingkungan masyarakat lokal. Menurut Aulia 2010
mengatakan bahwa kearifan lokal tetap dipertahankan masyarakat dan efektif dalam mengatur kehidupan masyarakat dan alam. Kesinergisan antara kelembagaan formal dan
informal dapat menjadikan pariwisata menjadi lebih terorganisir dengan baik dan meminimalisir dampak negatif dari pariwisata. Kelembagaan yang baik dalam sistem
pengelolaan tidak lupa didukung oleh sosialisasi dan kontrol yang baik sehingga kelembagaan dapat berjalan efektif.
1.2 Masalah Penelitian