4.2.6 Satwa
Secara umum, jenis satwa eksisting yang sering dijumpai pada kawasan SCR cukup beragam. Jenis satwa yang dijumpai adalah kucing, anjing, tikus,
burung gereja Passer montanus, kodok budug Bufo melanosticus, kadal Mabuya multifascitae dan berbagai jenis serangga yang diperkirakan berasal dari
lingkungan sekitar kawasan.
4.3 Kondisi Umum Perusahaan
Nindya-TWW JO adalah nama kemitraan dari PT. Nindya Karya dan PT. Tuju Wali yang melakukan Joint Operation JO atau bentuk Kerja Sama Operasi
KSO antara kedua perusahaan penyedia jasa konstruksi. PT. Nindya Karya Persero merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang usaha jasa konstruksi yang mencakup pelaksanaan pekerjaan konstruksi, perencanaan dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa,
pekerjaan terintegrasi engineering, procurement dan constructionEPC, rancang bangun, building management, serta industri fabrikasi, mencakup konstruksi,
operasi, infrastuktur dan pemeliharaan baik proyek pemerintah maupun non pemerintah. PT Nindya Karya merupakan perusahaan konstruksi besar dengan
operasi yang bersifat regional, sehingga memiliki wewenang yang cukup besar untuk mengoperasikan bisnisnya di kabupaten atau berbagai daerah. Proyek
konstruksi dipegang oleh Dewan Direksi Operasi yang membawahi kantor wilayah Sumatera district office yang berlokasi di Kompleks Sudirman Business
Center JL. OK Jamil Blok A1-A2, Pekanbaru, Riau.
PT. Tuju Wali Wali merupakan salah satu dari 33 anak perusahaan Bosowa yang bergerak di bidang general construction atau kontraktor umum. PT
Tuju Wali Wali TWW berkedudukan di menara Bosowa Lt. 21 Jl. Jendral Sudirman No. 5, Makassar.
Pada hakikatnya proyek yang ditangani oleh kontraktor Nindya-TWW JO terdiri dari dua jenis, yaitu 1 Proyek Renovasi Stadion Kaharudin Nasution
Rumbai dan 2 Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai. Pelaksanaan kedua proyek tersebut berada pada lokasi yang sama, yaitu kawasan SCR. Penulis
terlibat dalam Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Manajemen Proyek
Proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Manajemen proyek konstruksi
adalah proses
penerapan fungsi-fungsi
manajemen perencanaan
dan pengendalian secara sistematis dengan menggunakan sumber daya secara efektif
dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. Pengaplikasian manajemen proyek pada kontraktor pelaksana adalah dengan cara mengelola dan
mengorganisir berbagai aset, sumber daya manusia, waktu serta kualitas pekerjaan proyek, sehingga proyek menghasilkan kualitas pekerjaan yang maksimal,
meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu. Menurut Soeharto 1995, manajemen perencanaan hanya berperan 20 dan sisanya terdiri dari manajemen
pelaksanaan. Kontraktor
bertanggung jawab
melakukan koordinasi
dan menyiapkan kebutuhan sumber daya konstruksi meliputi keuangandana,
sumberdaya manusiatenaga kerja ahli, material, peralatan dan menyusun metode kerja. Manajemen proyek meliputi langkah-langkah atau tahapan sebagai berikut:
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penyelesaian proyek. Pembahasan dikhususkan pada lingkup pelaksanaan dan pengawasan, yang tidak terlepas dari
fungsi pengendalian controlling dan pengawasan reporting.
5.1.1 Struktur Organisasi Formal Kontraktual
Dalam organisasi ditetapkan pedoman dan petunjuk kegiatan, pembagian tugas, komunikasi, jalur pelaporan dan tanggung jawab masing-masing individu.
Pihak-pihak yang terlibat di dalam suatu proyek memiliki tugas, tanggung jawab dan fungsinya masing-masing, disebut juga sebagai pelaku proyek. Hubungan
antar pelaku proyek memiliki dasar hubungan formal atau kontraktual, artinya pihak-pihak yang terlibat memiliki wewenang dan tanggung jawab sesuai kontrak
yang disetujui bersama. Kontrak berperan dalam pembatasan tanggung jawab, penentuan cakupan dan peranan penyelenggara proyek serta berkaitan dengan hak
dan kewajiban antara pengguna dan penyedia jasa. Skema hubungan kerja antar
pelaku proyek pada Proyek Penataan Kawasan SCR dapat dilihat di Gambar 15. Struktur organisasi menggunakan jasa konsultan manajemen konstruksi yang
bertindak sebagai manajer konstruksi dan wakil dari pemilik owner.
Owner
Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Riau DISPORA
Manajemen Konstruksi
PT. Riau Multi Cipta Dimensi
Konsultan Perencana
CV. Persada Nusantara Keterangan
Hubungan Kontrak Hubungan Fungsional
Kontraktor Pelaksana
Nindya-TWW, JO. Sub kontraktor
Supplier
Gambar 15. Struktur Organisasi Proyek Penataan Kawasan Sport Center Rumbai
Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011
Pemilik proyek owner adalah pihak yang memiliki gagasan mengenai proyek yang diinginkan dan berperan sebagai pihak pemberi tugas yang
memberikan Surat Perintah Kerja SPK kepada pemenang tender. Pada proyek penataan kawasan SCR, yang berperan sebagai owner adalah Kepala Dinas
Pemuda dan Olahraga Dispora Provinsi Riau, yaitu pejabat struktural instansi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan jasa, mengelola administrasi
kontrak dan mengendalikan pekerjaan. Konsultan perencana berperan sebagai pihak yang menerjemahkan dan
membuat gambaran yang jelas dari aspek-aspek teknis, arsitektur dan ekonomis mengenai proyek yang dicita-citakan oleh owner. Konsultan Perencana berperan
dalam pembuatan Rencana Kerja dan Syarat-syarat RKS. Begitu juga dalam pembuatan Rencana Anggaran dan Biaya RAB dari proyek tersebut. Konsultan
perencana merupakan badan atau perseroan yang membuat perencanaan bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil dan bidang-bidang terkait dengan
sistem bangunan, dalam proyek ini adalah CV. Persada Nusantara. Jenis proyek, kompleksitas dan volume pekerjaan mempengaruhi
pertimbangan akan pendekatan manajemen dalam suatu manajemen proyek. Pada
proyek berskala besar, biasanya pemilik proyek owner memberikan kepercayaan manajerial secara penuh pada manajemen konstruksi MK. Pengawasan proyek
dilakukan MK, mulai dari tahap pengembangan, perancangan, pelelangan, pelaksanaan, sampai pada tahap penyerahan proyek. Pada tahap pelaksanaan, MK
berfungsi sebagai
koordinator pengelola
pelaksanaan melalui
kegiatan pengendalian atau pengawasan. Keuntungan dari pengawasan langsung oleh MK
adalah durasi dan biaya terkontrol dengan baik. Sistem manajemen proyek konstruksi menerapkan pengawasan mutu Quality Control, pengawasan biaya
Cost Control dan pengawasan waktu pelaksanaan Time Control. Badan yang dipercaya sebagai Manajemen KonstruksiMK pada proyek Penataan Kawasan
SCR adalah PT. Riau Multi Cipta Dimensi. MK berwenang untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan dan memberikan konsultasi terkait teknis operasional
kepada pihak kontraktor, agar didapatkan hasil kerja terbaik sesuai RKS, memberikan peringatan terhadap pihak pelaksana jika terjadi penyimpangan
terhadap kontrak kerja, menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak memperhatikan peringatan yang diberikan, memeriksa gambar shop
drawings ,
melakukan pengontrolan
dalam pemesanan
material maupun
perlengkapan bangunan, serta melakukan perubahan melalui berita acara perubahan site instruction.
Kontraktor Pelaksana adalah pihak yang mendapat tugas dari pemilik proyek untuk melaksanakan proyek sesuai yang telah direncanakan konsultan
perencana, sesuai dengan gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak. Kontraktor adalah perusahaan berbadan hukum yang bergerak dalam bidang pemborongan
pembangunan suatu proyek sesuai dengan spesifikasi pekerjaan dan jadwal yang telah ditentukan. Kontraktor yang memenangkan pelelangan umum pada proyek
SCR adalah Nindya-TWW JO, yaitu gabungan dari dua perusahaan penyedia jasa konstruksi PT Nindya Karya dengan PT. Tuju Wali Wali TWW. JO atau Joint
Operation adalah kerjasama operasi dua badan atau lebih yang sifatnya sementara
hanya untuk melaksanakan suatu proyek tertentu sampai proyek tersebut selesai dikerjakan, tanpa pihak-pihak membentuk suatu badan hukum barutersendiri
sebagai badan yang mempunyai usaha tertentu. Kerja sama operasi ini tertuang pada
dokumen kontrak
dimana kedua
belah pihak
bersepakat untuk
menyelesaikan pekerjaan proyek penataan kawasan SCR dalam waktu tertentu, sesuai dengan kegiatan bersama dari masing-masing unit kerja dan pendanaan
bersama. Joint Operation merupakan salah satu upaya untuk meminimalisir faktor resiko dengan membentuk ikatan kerja sama finansial, dimana dua atau lebih
perusahaan kontraktor berkomitmen pada pembagian untung atau rugi, sesuai dengan presentase yang telah disepakati. Surat perjanjian kemitraan Kerja Sama
Operasi KSO atau Joint Operation Agreement disebutkan bahwa PT. Nindya Karya sebagai perusahaan utama leading firm. Keikutsertaan modal sharing
pada setiap perusahaan memiliki persentase yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran
2 . Adapun stakeholder yang berada di bawah tanggung jawab
kontraktor adalah supplier pohon dan sub kontraktor rumput. Supplier atau pemasok material pohon bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pohon
baik jenis maupun jumlah sesuai dengan dokumen kontrak yang telah disepakati, sedangkan sub kontraktor rumput memiliki kewajiban untuk bekerja memenuhi
kebutuhan rumput pada lanskap kawasan SCR sesuai dengan dokumen kontrak. Secara umum hubungan kerja antar pelaku proyek Penataan Kawasan SCR
dapat dikatakan baik, namun kehadiran suatu konflik adalah sesuatu yang wajar. Beberapa penyebab konflik yang umum terjadi adalah masalah komunikasi,
seperti perbedaan persepsi individual yang berhubungan dengan hasil akhir, kriteria dan prioritas, otoritas tugas dan keputusan. Hubungan kerja antara
pengawasMK dan kontraktor pelaksana dapat dikatakan kuat dikarenakan kantor direksi yang berada di dalam satu lokasi. MK sangat berpengaruh terhadap proses
pengambilan keputusan, hendaknya memberikan pengawasan yang netral dan objektif sehingga tercapai praktik manajerial profesional dan mengkomunikasikan
seluruh proses konstruksi kepada owner. Dalam beberapa kasus MK dapat dikatakan kurang netral dalam menjalankan tugasnya, misalnya pada pemesanan
material walaupun MK berwenang dalam memberikan usulan terkait operasional pelaksanaan, namun bukan berarti MK berhak menentukan siapa pemasoksub
kontraktor yang akan ditunjuk untuk bekerja sama dengan pihak kontraktor. Pada kasus pekerjaan softscape, MK merekomendasikan supplier tanaman, padahal
pihak kontraktor lebih berkenan jika penanaman dilakukan oleh sub kontraktor untuk mengecilkan kompleksitas proyek dan mentransfer risiko agar hasil
pekerjaan menjadi lebih terjamin. Kontraktor kurang tegas dan terpaksa menerima supplier
yang telah ditunjuk MK, padahal dari segi kualitas dan harga kurang kompeten. Kasus serupa terjadi kembali pada pekerjaan rumput, dimana owner
merekomendasikan sub kontraktor rumput, padahal pekerjaan penanaman rumput dapat diswakelola oleh kontraktor. Hendaknya kontraktor dapat menunjuk sendiri
sub kontraktorsupplier yang akan dijadikan partner kerjanya sehingga diharapkan terjadinya kerjasama dan koordinasi yang lebih baik.
5.1.2 Struktur Organisasi Pelaksana
Adanya kerja sama operasi melahirkan suatu susunan kemitraan jangka pendek dengan klasifikasi pekerjaan masing-masing, dapat dilihat pada bagan
struktur organisasi Gambar 16. Posisi penulis dalam kegiatan magang berada pada divisi engineering sebagai drafter dan merangkap sebagai landscape
assistant supervisor . Fokus penulis yaitu menangani pekerjaan softscape.
Project Manager PM Keselamatan dan Kesehatan
Kerja K3 Project Engineering
Site Manager Finance HRD
Logistic Equipment
Surveyor Finance
Cost Control Supervisor
Mekanikal- Accounting
Tax Quality Surveyor
QS Quality Control QC
Engineering Document
Administrator Elektrikal
Sipil Lanskap
Keterangan: Cashier
Security, Office Boy, Driver
Public Relation Posisi Mahasiswa Magang
Gambar 16. Struktur Organisasi Pelaksana Proyek Penataan Kawasan Sport Center
Rumbai
Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011
Struktur organisasi adalah diagram yang menunjukkan fungsi-fungsi departemen atau posisi dalam organisasi dan bagaimana mereka saling
berhubungan. Pada struktur organisasi proyek terlihat adanya pembagian pekerjaan, hirarki dan tipe-tipe pekerjaan yang harus dilaksanakan, antara lain:
1. Project Manager PM atau kepala proyek Project Manager
PM adalah wakil dari kontraktor yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan proyek, pembuat kebijakan mengenai ketentuan dan
penyelesaian masalah dalam pelaksanaan proyek. 2. Site Manager SM
Site Manager SM atau bisa juga disebut Construction Manager, bertanggung
jawab dalam: 1 mengkoordinasikan, merencanakan dan mengevaluasi kemajuan pekerjaan di lapangan serta menyusun laporan kemajuan proyek, 2
membuat metode kerja dan jadwal pelaksanaan, serta 3 mengendalikan sumber daya baik bahanmaterial, pemakaian alat, maupun upah dan tenaga
kerja. Pada proyek ini, Site Manager SM membawahi lima orang supervisor dan surveyor. Supervisor terdiri dari tiga orang pengawas sipil, satu orang
pengawas pekerjaan lanskap dan satu orang pengawas Mekanikal-Elektrikal ME. Ketiga pengawas sipil memiliki spesifikasi berbeda, dimana ada yang
bertanggung jawab atas pekerjaan saluran, pekerjaan pagar dan pekerjaan area parkir. Peranan dari supervisor dan surveyor, yaitu:
a Supervisor
atau pelaksana lapang Supervisor
bertanggung jawab dalam: 1 manajemen tenaga kerja di lapang, seperti menyiapkan tenaga kerja, mengkoordinasikan para mandor
dan mengatur jadwal tenaga kerja sehari-hari, 2 mampu memahami gambar kerja rencana, 3 melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program
kerja mingguan dan spesifikasi teknis, 4 membuat laporan harian tentang pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan di lapangan.
b Surveyor
Bertugas mengadakan pengukuran, pengolahan data survey dan ahli mengoperasikan alat pengukuran.
3. Divisi Teknik Berkaitan dengan masalah teknis. Dalam divisi ini terdapat:
a. Cost Control Bertugas mengendalikan aliran dana dengan progress di lapangan dan
menjaga agar biaya akhir proyek agar selalu terkendali. b. Quality Control QC Quantity Surveyor QS
QC bertugas menjamin mutu pekerjaan berdasarkan penggunaan waktu, mutu dan biaya yang disyaratkan, melalui pengendalian terhadap tenaga
kerja, perawatan peralatan, pemeriksaan terhadap bahanmaterial yang digunakan. Adapun QS adalah ahli dalam perhitungan volume pekerjaan
dan analisa satuan, bertugas dalam memperkirakan kebutuhan kuantitas material dan pengendalian biaya.
c. Drafter Bertugas dalam pembuatan gambar teknik, seperti revisi gambar rencana,
gambar kerja shop drawings dan lainnya. d. Engineer
Adalah ahli dalam teknologi pelaksanaan pekerjaan, perencanaan teknik, perhitungan dan pelaporan progressrealisasi pekerjaan di lapang.
e. Logistik Bertanggung jawab dalam pembelian peralatanbahan material serta
pengelolaannya di gudang, melakukan survey mengenai sumber dan harga material, membuat jadwal dan laporan managerial tentang penggunaan
material dan peralatan proyek. f. Administratif Manager
Bertanggung jawab atas segala hal yang menyangkut urusan administrasi kontraktor, juga bertugas untuk mengkoordinir akuntansi dan logistik.
4. Divisi Personalia dan Keuangan Personalia berkaitan dengan masalah administrasi umum dan undang-undang
keamanan sosial, sedangkan keuangan berhubungan dengan akuntansi, audit, pembiayaan dan pelaporan pajak, ketepatan waktu pembayaran gaji, serta
mengurusi konsekuensi yang timbul dari pendapatan pajak. 5. Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3
Tujuan K3 adalah menyediakan lingkungan pekerjaan serta fasilitas yang sehat, aman melalui pengawasan terhadap 4M Gambar 17.
Pengawasan 4M
Manusia Mesin
Material Metode
Lingkungan kerja yang
aman Tidak ada
kecelakaan Tidak ada
kerusakan kerugian
Gambar 17. Bagan Kerja Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3
Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011
Organisasi proyek memiliki arti unik dan dinamis. Dikatakan unik, karena dalam menghasilkan suatu produk, rangkaian kegiatan proyek hanya berlangsung
satu kali, dan di waktu berikutnya pekerjaan akan dilakukan di lokasi baru, dengan pola baru, dan di bawah kendali organisasi proyek yang baru pula.
Kedinamisan organisasi proyek terjadi karena hampir tidak pernah ada suatu organisasi yang bersifat tetap. Sering terjadi perubahan anggota dan komposisi
organisasi dari awal proyek berlangsung. Perusahaan kontraktor Nindya Karya memiliki banyak kantor cabang sehingga sering terjadi perputaran sumber daya
manusia dari satu proyek ke proyek lainnya, sedangkan perubahan anggota tim dalam suatu organisasi akan berdampak pada perubahan psikologis tim dan
budaya kerja. Namun sebagai satu tim kerja, semua dari hirarki tertinggi sampai terendah saling bekerja sama menciptakan konduktivitas kerja yang positif.
Struktur organisasi dikatakan cukup baik karena memenuhi prinsip- prinsip penting dalam penyusunan organisasi di lapangan, yaitu jalur instruksi
yang langsung dan efektif, masing-masing staf memiliki uraian pekerjaan secara jelas, serta masing-masing individu berwenang mengambil keputusan sesuai
dengan jabatannya. Manajemen yang baik tercapai bila adanya kerjasama yang baik. Keterkaitan antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya membutuhkan
koordinasi, seperti pekerjaan penanaman softscape dan ME. Kurangnya koordinasi antar penanggungjawab dapat menyebabkan terjadinya keterlambatan.
5.1.3 Pengelolaan Proyek Penataan Kawasan
Sport Center Rumbai SCR
Tidak pernah dijumpai suatu proyek yang semua kegiatannya berjalan sesuai perencanaan dasar, terutama pada proyek besar dan kompleks. Namun
dengan adanya siklus perencanaan dan pengendalian yang terus menerus maka penyimpangan yang terjadi dapat ditekan sekecil mungkin. Dalam pengelolaan
proyek, fungsi perencanaan dan pengendalian tidak dapat dipisahkan.
5.1.3.1 Fungsi Perencanaan
Perencanaan operasional proyek Penataan Kawasan SCR, mencakup: perencanaan organisasi lapangan, perencanaan jadwal waktu pelaksanaan,
perencanaan tenaga kerja, serta perencanaan peralatan dan material. Unsur-unsur tersebut penting dalam perencanaan terkait proses pelaksanaan di lapang.
1. Jadwal
Jadwal adalah penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan langkah- langkah pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai sasaran. Metode yang digunakan
dalam menyusun jadwal proyek Penataan Kawasan SCR adalah analisis jaringan kerja network yang digambarkan dalam suatu grafik hubungan urutan pekerjaan.
Penjadwalan proyek penting dilakukan karena dapat membantu penggunaan tenaga kerja, uang, dan material dengan mengidentifikasi jalur kritis seefektif
mungkin. Visualisasi dari kurva S menggambarkan perbandingan antara kurva S rencana dengan realisasi tertera pada Gambar 18.
Setiap minggu diadakan pemeriksaan progress oleh engineer untuk memantau sejauh mana progress maupun deviasinya. Deviasi adalah adanya
perbedaan antara waktu rencana dengan waktu aktual, dinyatakan dalam persen. Besar persentase keterlambatan bersifat fluktuatif setiap satuan waktu. Jadwal
pelaksanaan dapat bersifat fleksibel karena pekerjaan yang satu terkait dengan pelaksanaan pekerjaan lain, menyebabkan adanya keterlambatan suatu pekerjaan
dapat menghambat pekerjaan lain. Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan softscape
dilakukan atas dasar kebijakan PM sebagai upaya untuk mengejar deviasi keterlambatan pada bulan ke 3-5. Pekerjaan softscape seharusnya
dilakukan pada akhir proyek yaitu bulan ke 14-18, tetapi pada realisasinya pelaksanaan pekerjaan ini dimajukan menjadi bulan ke 6-9, terlihat kurva realisasi
meningkat tajam. Namun, percepatan pekerjaan lanskap pada bulan ke 6-9 tidak diiringi dengan percepatan pekerjaan ME, padahal terdapat keterkaitan antar
kedua pekerjaan tersebut. Pelaksanaan pekerjaan softscape telah dimulai sejak pertengahan April, sedangkan pekerjaan ME baru dilaksanakan pada bulan
Agustus. Hal ini menyebabkan 3 polybag Palem Putri dibongkar ulang karena terkena pekerjaan pondasi ME. Ketidakselarasan antara pekerjaan ME dan
pekerjaan lanskap juga mengganggu pekerjaan penanaman rumput.
JADWAL WAKTU PELAKSANAAN KURVA-S PEKERJAAN PENATAAN KAWASAN SPORT CENTER RUMBAI MULTIYEARS, PEKANBARU, RIAU.
Gambar 18. Jadwal Perencanaan dan Realisasi Proyek Penataan Kawasan Sport Center
Rumbai
Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011 Keterangan:
Kurva Rencana Januari 2011-Juni 2012 Kurva Realisasi Januari 2011-Agustus 2011
Adapun Tabel 4 adalah time table process khususnya pelaksanaan pekerjaan Pagar, Parkir dan Softscape yang penulis bahas pada skripsi ini.
Tabel 4. Time Table Process Pelaksanaan Pekerjaan Pagar, Parkir dan Softscape
Pekerjaan Bulan
April Mei
Juni Juli
Agustus 1. Pekerjaan Pagar
- Pekerjaan Pendahuluan - Pekerjaan Pondasi
- Pekerjaan Struktur - Pekerjaan Dinding
- Pengecatan 2.a. Pekerjaan Parkir Selatan
- Pekerjaan pendahuluan - Pekerjaan Tanah
- Pemasangan Paving block - Finishing
b. Pekerjaan Paving Utara - Pekerjaan pendahuluan
- Pekerjaan Tanah - Pemasangan Paving block
- Finishing 3.a. Pekerjaan Softscape Selatan
- Pekerjaan Tanah Penggalian - Pekerjaan Penanaman Pohon
- Pekerjaan Penanaman Rumput - Finishing
b. Pekerjaan Softscape Utara - Pekerjaan Tanah Penggalian
- Pekerjaan Penanaman Pohon - Pekerjaan Penanaman Rumput
- Finishing
Adapun keterlambatan pekerjaan softscape berhubungan dengan keterlambatan fabrikasi kansteen. Penanaman tanaman dan rumput dilakukan pada pulau jalan
traffic island memerlukan kansteen yang sudah terpasang, agar dapat ditimbun oleh top soil setinggi 20 cm sebagai media rumput. Jika tidak, maka hasil
pekerjaan penanaman rumput akan kurang memuaskan, seperti tinggi permukaan top soil
kurang merata. Solusi yang bisa ditawarkan adalah mengganti kansteen sementara dengan bekisting sehingga pekerjaan penimbunan top soil dan
penanaman rumput menjadi lebih rapi. Kesimpulannya, pada awal pelaksanaan proyek
Desember-Mei terdapat
deviasi keterlambatan
yang cukup
mengkhawatirkan yaitu sebesar -10.05 , namun kontraktor mengupayakan perbaikan sehingga pada Juni-Agustus 2011 persentase deviasi berkurang menjadi
-5.94. Hal ini membuktikan bahwa kualitas sistem informasi sudah cukup baik, sehingga tindakan koreksi yang diambil tepat dalam menyelesaikan masalah.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja inti dimobilisasi dari Jakarta, Medan dan Makassar, sedangkan tenaga kerja harian diambil dari penduduk lokal. Berdasarkan jenis
kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi dua yaitu pekerja harian dan pekerja borongan. Berdasarkan sistem pembayarannya, pembayaran tenaga kerja harian
berdasarkan jam kerja normal yaitu 8 jam per hari, sedangkan untuk pekerja borongan akan dibayar penuh setelah item pekerjaan selesai seluruhnya.
Tenaga kerja seringkali tidak mudah didapat, mahal, dan menimbulkan banyak persoalan, sehingga diperlukan perencanaan yang cermat mulai dari
perkiraaan jumlah total tenaga kerja, jenis dan sebagainya. Pemilihan tenaga kerja dapat berpengaruh terhadap keefektifan penggunaan waktu dan biaya. Pekerja
yang sudah terampil dapat menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan memuaskan daripada pekerja yang belum berpengalaman. Jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan berimplikasi secara langsung terhadap pengeluaran biaya. Semakin cepat pekerjaan selesai, maka pembayaran tenaga kerja harian dan penyewaan alat
akan semakin rendah, dan sebaliknya. Kebijakan daerah dapat mempengaruhi keefisienan penggunaan sumberdaya. Pada tahun 2011 UMP Upah Minimum
Provinsi Riau berkisar sekitar Rp. 1.238.000,00. berdampak terhadap tingginya upah para pekerja lokal. Pada beberapa kasus, kontraktor cenderung lebih memilih
jika pekerja harian didatangkan dari Sukabumi, Cianjur dan sekitarnya, karena bersedia dibayar Rp. 50.000,00 per hari tanpa termasuk uang makan. Berbeda
dengan pekerja lokal yang tidak bersedia dibayar dengan upah sama. Jika diakumulasi, mendatangkan pekerja dari luar daerah, lebih dapat menekan
anggaran proyek, walaupun biaya transportasi dan biaya akomodasi ditanggung oleh kontraktor. Kurangnya tenaga kerja baik dari segi jumlah maupun kualitas
merupakan masalah dalam tenaga kerja. Rendahnya jam kerja efektif pekerja taman disebabkan oleh panasnya suhu udara, pekerja cepat lelah sehingga lebih
sering beristirahat, serta upah yang kurang memadai Rp 50.000,00 per hari tanpa termasuk biaya makan dapat menurunkan gairah kerja dan berdampak pada
keterlambatan pekerjaan. Untuk menyiasatinya, diperlukan alokasi biaya tambahan sebagai insentif bagi pekerja yang giat. Keberadaan suatu proyek tidak
dapat dipisahkan dari peran masyarakat setempat, namun kadang kala pekerja
lokal memiliki kisaran upah yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan produktifitas kerja yang baik sehingga sering memicu ketegangan bekerja.
Misalnya, di sekitar lokasi proyek SCR, terdapat preman setempat yang sering berlaku meresahkan apabila tidak diikutsertakan dalam bongkar muat material.
Sebaiknya kehadiran mereka dijadikan sebagai bahan pertimbangan, misalnya diikutsertakan dalam tenaga keamanan, dan sebagainya agar tidak menimbulkan
kerugian finansial bagi kontraktor. 3.
Kebutuhan Material dan Peralatan Berbagai alat berat dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan penataan Kawasan SCR tertera pada gambar 19.
a Excavator b Buildozer
c Vibro roller
d Motor grader e Concrete mixer
f Concrete pump truck
g Dump truck h Pick up
i Mesin pencetak paving
j Genset k Bar bendercutter
l Concrete vibrator
Gambar 19. Alat Berat dan Mesin yang Digunakan pada Proyek Sport Center Rumbai
Secara umum, berbagai material yang diperlukan dalam pekerjaan konstruksi proyek penataan Kawasan SCR tertera pada Gambar 20. Kebutuhan
bahan dikendalikan oleh bagian logistik dan disesuaikan dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan dengan mengikuti jadwal dan spesifikasi teknik.
a Agregat kasar
d Kayu perancah
g Semen b Sirtu
c Agregat halus
e Kabel Mekanikal-Elektrikal f Besi
h Kayu bekisting i Bata
Gambar 20. Material yang Digunakan pada Proyek Sport Center Rumbai Pemilihan peralatan baik dari segi jenis, kapasitas, maupun jumlahnya
disesuaikan dengan kondisi lapangan agar sasaran pelaksanaan pekerjaan tercapai, yaitu tepat biaya, tepat mutu, dan tepat waktu. Alat-alat berat didatangkan dari
Pekanbaru, Medan dan sekitarnya. Perencanaan material dan peralatan berkaitan erat dengan ketepatan jadwal waktu penyerahan di lokasi proyek dan diusahakan
tidak terlalu awal maupun terlambat. Misalnya, untuk peralatan yang pengadaannya memerlukan waktu lama, seperti mesin paving block dan generator
listrik perlu dianalisis kurun waktu fabrikasi dan transportasinya. Peralatan mekanik seperti excavator, loader, crane truck, dan sebagainya di samping jadwal
tersedianya peralatan di lokasi hendaknya juga dipertimbangkan keputusan
apakah lebih baik menyewa atau membeli, karena faktor ini cukup besar pengaruhnya terhadap aliran kas dan biaya konstruksi secara keseluruhan.
Untuk lebih terperinci, langkah-langkah berikut merupakan tahapan pengadaan material softscape pohon:
a Approval Material
Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kontraktor akan mengajukan approval material
yang telah disesuaikan dengan spesifikasi teknis yang diminta Konsultan Perencana kepada Konsultan Pengawas,
b Pembuatan Shop Drawing dan ijin pelaksanaan pekerjaan di lapangan
IPP. c
Pembelian Material Purchasing Sebelum proses pembelian material dilaksanakan terlebih dahulu harus
melalui proses pengajuan permintaan material yang diajukan pelaksana dan disetujui owner. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengajuan
permintaan material, yaitu; -
volume material harus sesuai dengan shop drawing yang disetujui MK, -
spesifikasi teknis material harus sesuai dengan approval material yang sudah disetujui oleh MK,
- waktu kebutuhan dari material harus disesuaikan dengan schedule
pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Langkah selanjutnya adalah survai ke lokasi penyedia material. Kegiatan
survai menghasilkan beberapa calon mitra kerja. Pemilihan mitra kerja tersebut berdasarkan penawaran harga yang terendah, lokasi karena
berhubungan dengan pengangkutan material, serta mutukualitas material. Kemudian dilakukan negosiasi harga, waktu pengiriman, cara pembayaran
dan syarat lainnya. Hal-hal tersebut kemudian dilampirkan pada surat pemesanan dan dokumen kontrak. Penulis berperan dalam pembuatan
dokumen kontrak dan berhubungan secara langsung dengan supplier dan sub kontraktor penyedia material tanaman dan rumput. Dokumen kontrak
material pohon dan rumput tertera pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Pembuatan dokumen kontrak mengacu pada spesifikasi teknis yang tertera
pada dokumen kontrak umum.
d Penyimpanan Material
Pada saat material yang dipesan sampai di lokasi proyek dilakukan pembuatan berita acara serah terima yang ditandatangani kedua belah
pihak yaitu kontraktor dan penyedia barang suppliersubkontrakor. Berita acara serah terima pohon tertera pada Lampiran 5. Selanjutnya
diadakan seleksi material dengan mengacu pada spesifikasi yang telah disepakati dalam kontrak. Spesifikasi tersebut mencakup jenis pohon,
ukuran atau dimensi material tinggi pohon, dan diameter batang, kondisi fisik daun dan batang, dan sebagainya. Berdasarkan kontrak, pohon yang
ditanam pada pekerjaan softscape proyek penataan kawasan SCR masing- masing memiliki ketentuan tinggi batang 2 meter, tidak termasuk cabang
tajuk, tanaman bebas dari hama dan penyakit, serta memiliki sifat fisik daun, batang, dan cabang yang baik. Jika hal-hal tersebut telah terpenuhi
maka material tersebut diijinkan masuk ke area penyimpanan yang telah diatur sedemikian rupa sehingga mempermudah dalam pendataan atau
pemeriksaan kembali dan dicatat dalam buku stock material agar jumlah material tersebut dapat diketahui setiap saat.
Untuk keperluan alat seperti cangkul, ember, gerobak, sprayer serta bahan seperti pupuk urea, pestisida dan lain-lain dilakukan pemesanan atau pengajuan
permintaan kebutuhan alat dan bahan kepada divisi logistik. Adapun pembayaran pekerjaan sub kontraktor rumput dilakukan dengan
cara opname lapang. Opname lapang atau mutual check merupakan pemeriksaan dan pengukuran oleh pelaksana atau supervisor landscape dan diketahui oleh Site
Manager SM terhadap paket-paket pekerjaan lanskap yang dilaksanakan oleh
sub kontraktor rumput. Pembayaran opname dilakukan berdasarkan kontrak harga satuan. Kontrak harga satuan adalah jenis kontrak kerja konstruksi untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan terhadap setiap satuanunsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu,
yang kuantitas pekerjaannya masih bersifat sementara.
5.1.3.2 Fungsi Pengendalian
Dalam pelaksanaan suatu perencanaan, tidak jarang ditemui adanya penyimpangan-penyimpangan dalam mencapai target. Urgensi dari kegiatan
pengendalian adalah sebagai usaha berkelanjutan yang bertujuan untuk memeriksa sampai seberapa jauh hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana. Apabila
terdapat perbedaan yang signifikan, maka dilakukan pengkajian dan analisis atas permasalahan yang terjadi di lapang serta pengambilan tindakan koreksi. Berikut
merupakan sistem pengelolaan proyek yang ditetapkan oleh Nindya-TWW JO. 1.
Sistem Informasi sebagai Pengendalian Proyek Kegiatan pengendalian dilakukan terhadap jadwal waktu pelaksanaan serta
jadwal penggunaan peralatan, material dan tenaga kerja. Jadwal yang telah tersusun dipantau realisasinya di lapang kemudian dilaporkan progresnya dalam
bentuk Laporan Hasil Pekerjaan. Laporan dibuat oleh penyedia jasa serta diketahui, diperiksa oleh direksi teknis, dan disetujui oleh direksi pekerjaan.
Laporan Hasil Pekerjaan terdiri dari: a. Laporan harian, memuat informasi secara kuantitatif untuk setiap pekerjaan
yang telah dilaksanakan untuk memudahkan pemantauan dan tindakan antisipasi terhadap kendala yang muncul di lapang. Laporan harian berisi:
- tugas, penempatan dan jumlah tenaga kerja di lapangan
- jenis dan kuantitas bahan di lapangan
- jenis, jumlah, dan kondisi peralatan di lapangan
- jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan
- cuacaperistiwa alam lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan
b. Laporan mingguan, terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan mingguan serta catatan yang dianggap perlu.
c. Laporan bulanan, terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan bulanan, tabulasi pengeluaran dan overlay jadwal
yang direncanakan dengan realisasi pelaksanaan di lapang. d. Catatan atau kelengkapan laporan yang dianggap perlu, seperti lampiran foto-
foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan. Selain berguna untuk memantau proyek, laporan berperan penting pada saat
pemeriksaan dilakukan. Pada serah terima proyek terdapat auditpemeriksaan data dan informasi hasil pekerjaan berdasarkan laporan dan cross-check terhadap
pengukuran fisik di lapang, misalnya meter kubik pengerukan timbunan, berapa banyak gambar konstruksi yang telah diselesaikan dan sebagainya. Audit proyek
dapat mengindikasikan kemungkinan adanya penyimpangan terhadap prosedur yang diberlakukan, baik berasal dari pemerintah maupun internal perusahaan.
2. Rapat Koordinasi
Terdapat beberapa macam rapat koordinasi diantaranya: 1 pre construction meeting
atau biasa disebut kick off meeting merupakan rapat resmi pertama antara direksi pekerjaan Dispora, direksi teknis MK, penyedia jasa
kontraktor dan perencana yang dilakukan sebagai tanda dimulainya proyek. Rapat ini bertujuan untuk menyamakan presepsi diantara semua pihak terkait hal-
hal yang belum tertera dalam dokumen kontrak, antisipasi terhadap kendala yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, serta prosedur dan
teknis pelaksanaan proyek; 2 site meeting rapat lapangan merupakan rapat formal internal yang rutin dilakukan dalam rangka koordinasi kegiatan
pelaksanaan, melibatkan pihak kontraktor PM, SM, Project Engineer, Engineer, Cost Control
, QC QS, Logistic, Supervisor dan MK; 3 show cause meeting merupakan rapat yang dilakukan apabila kontraktor tidak mampu menyelesaikan
pekerjaan sesuai jangka waktu sesuai dokumen kontrak. Pada site meeting, kontraktor diminta mempresentasikan progress
pekerjaan, kemudian dibahas apakah progress nyata di lapang sudah sesuai dengan target, jika belum sesuai project engineer mengecek berapa persen deviasi
selisih antara target dan realisasi. Lalu diadakan diskusi bersama, apa kendala yang menyebabkan pekerjaan tersebut tidak tepat waktu dan bagaimana cara
untuk mengejar keterlambatan tersebut, apa saja alternatif yang dapat memperbaiki keadaan. Perbaikan dapat dilakukan melalui penjadwalan ulang,
penggantian metode kerja, penambahan tenaga kerja, pengadaan waktu lembur, atau pengadaan peralatan tambahan dan sebagainya.
Jika terdapat perbedaan signifikan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan dokumen kontrak maka pengguna jasa bersama penyedia jasa
dapat melakukan Perubahan Kontrak Contract Change OrderCCO yang meliputi;
a. menambahmengurangi kuantitas pekerjaan pada kontrak, b. menambahmengurangi jenis pekerjaanmata pembayarannya,
c. mengubah spesifikasi teknis dan gambar pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan.
MK merupakan perpanjangan tangan dari owner Dispora. MK diberikan kepercayaan manajerial secara penuh untuk menggantikan posisi Dispora di lokasi
proyek sehingga pada saat site meeting keputusan MK merupakan mandat tertinggi.
Rapat koordinasi penting dilakukan, karena perlunya komunikasi terbuka antar pihak yang berkepentingan sehingga hambatan pelaksanaan dapat dipantau
dan diminimalisir. Namun berdasarkan pengamatan yang dilakukan, selama lebih dari empat bulan penulis menjalankan magang, didapatkan bahwa site meeting
dilaksanakan secara insidental saja dan tidak teratur. Pada implementasinya dapat dikatakan koordinasi yang dilakukan oleh Nindya-TWW JO masih tergolong
lemah dan perlu ditingkatkan. Hendaknya rapat koordinasi dilakukan secara rutin sekali dalam satu minggu dan kontinyu.
3. Quality Control
Pengendalian mutu dilakukan melalui pengendalian terhadap tenaga kerja, perawatan peralatan, material yang digunakan melalui tesuji coba yang dilakukan
di lapangan dan laboratorium serta pemeriksaan terhadap metode pelaksanaan dengan mengacu pada prosedur yang telah teruji. Program mutu berisi informasi
pengadaan, organisasi proyek pengguna jasa dan penyedia jasa, prosedur pelaksanaan pekerjaan, prosedur instruksi kerja, pelaksanaan kerja. Program Mutu
disusun oleh penyedia jasa dan disepakati oleh Pengguna Anggaran dan dapat direvisi sesuai kebutuhan. Gambar 21 merupakan gambaran kebijakan manajemen
konstruksi yang diaplikasikan Nindya-TWW JO dalam proses pengendalian mutu. Seringkali penyedia jasa yang memenangkan pelelangan adalah yang
menawarkan harga terendah, dengan kata lain mereka lebih banyak memangkas keuntungan yang akan mereka dapatkan dibandingkan dengan peserta lelang
lainnya. Hal ini lantas tidak seharusnya membuat perusahaan kontraktor yang terpilih, mengurangi kualitas produk yang dihasilkannya. Biaya proyek adalah
anggaran total yang diperlukan dalam menyelesaikan sebuah proyek, dimulai dari tahap persiapan, sampai dengan berakhirnya tahapan serah terima, termasuk masa
retensi garansi. Hal yang kurang disadari bahwa peningkatan kualitas akan
menurunkan biaya produksi, antara lain menurunkan resiko re-work, menghemat waktu, meminimalisir bahan yang terbuang scrap dan biaya garansi, sehingga
apabila diakumulasi akan berpengaruh terhadap biaya jangka panjang yang dikeluarkan perusahaan. Kesimpulannya, biaya total mungkin berada pada titik
minimum di saat 100 barang atau jasa sempurna dan bebas dari cacat. Produk berkualitas rendah tidak hanya mengakibatkan biaya produksi yang lebih tinggi,
tetapi juga dapat menyebabkan kecelakaan bahkan tuntutan hukum. Selain itu ada banyak pihak yang terlibat, penanggung jawab, pimpinan proyek, pengawas,
pekerja, pemasok, pemerintah dan masyarakat. Pada akhirnya, reputasi merupakan nafas dari keberlanjutan organisasi pelaksana, yaitu memenangkan pelanggan.
Perencanaan Planning
Pembiayaan Proyek
Perencanaan mutu
Time schedule
Schedule
peralatan
Schedule tenaga kerja
Penyerahan Hand Over
Daftar perbaikan Pemeliharaan rutin
Kepuasan pelanggan
Pengadaan Procurement
Seleksi vendorsupplier Seleksi sub kontraktor
Seleksi tenaga kerja
Pelaksanaan Project Execution
Penalarantraining - Schedule
- Target mutu - SafetyK3
Pengendalian mutu - Assessment board
- prosedur Pemantauan
- Tingkat kantor cabang, wilayah, pusat
- Tingkat proyek
Gambar 21. Proses Pengendalian Mutu oleh Nindya-TWW, JO.
Sumber: Nindya-TWW JO, 2011
5.1.4 Area Kerja Proyek
Sport Center Rumbai
Tata ruang di lahan proyek dapat mempengaruhi keefisienan berjalannya aktivitas proyek karena berhubungan dengan sirkulasi sumberdaya, seperti
peralatan, material, lalu lintas kendaraan dan sirkulasi pekerja. Gambar 22 merupakan area kerja proyek SCR.
SCR Nindya-TWW, JO Jalan Kerja
Papan
Batas Kawasan SCR Batas
Proyek Penataan Kawasan
Gambar 22. Area Kerja Proyek Sport Center Rumbai
Sumber: Googleearth, 2011. Digitasi oleh Pertiwi, 2011 Keterangan: 1 Pos satpam, 2 Kantor kontraktor, 3 Mushola, 4 Kantor Manajemen
Konstruksi MK, 5 Fabrikasi besi 6 Bar benderBar cutter 7 Barak pekerja, 8 GudangWorkshop, 9 Fabrikasi paving, 10 Stock pasir, 11 Stock batu bata, 12 Borrow
pit lokasi penimbunan.
Penjelasan mengenai bagian dari area kerja proyek SCR sebagai berikut: 1. Kantor PelaksanaKantor Direksi
Direksi keet bertempatkan di lokasi proyek penataan kawasan SCR seperti yang tertera pada Gambar 23 berguna untuk memperpendek rantai komunikasi
antara pengambil keputusan, pelaksana, mandor dan pekerja, sehingga proses pekerjaan dan kontrol dapat berjalan cepat.
a b
a Direksi Keet Nindya-TWW JO
b proyekinformasi
Gambar 23. Kantor Pelaksana Proyek Sport Center Rumbai
Proyek bersifat kompleks, menuntut fleksibilitas yang ekstrim, maka pembangunan Direksi Keet dibuat di dalam lokasi proyek agar mempermudah
monitoring dan
mengendalikan berjalannya
proyek. Kantor
kontraktor ditempatkan berdampingan dengan kantor MK agar mempermudah koordinasi.
2. Pos Jaga Pagar pengaman proyek dibangun di sekeliling lokasi proyek Gambar 24.
Pos jagapos keamanan dibangun di pintu masuk proyek dan di area strategis dengan menempatkan tenaga-tenaga pengaman sesuai dengan kebutuhan.
Gambar 24. Pagar Pengaman Lokasi Proyek Sport Center Rumbai 3. Jalan Kerja
Untuk memperlancar pelaksanaan proyek diperlukan akses jalan yang baik, karena pelaksanaan pekerjaan tidak akan pernah terlepas dari mobilisasi
sumberdaya baik material, bahan, ataupun alat yang diperlukan. Pengadaan jalan kerja dan perbaikan jalan kerja telah meningkatkan kinerja pelaksanaan proyek
Penataan Kawasan SCR. Gambar 25.a merupakan jalan kerja yang telah diaspal, melingkari pusat kawasan SCR, sedangkan Gambar 25.b menunjukkan jalan kerja
yang belum diaspal, namun cukup berfungsi baik.
a Jalur utama jalan kerja b Jalur sekunder jalan kerja
Gambar 25. Jalan Kerja di Lokasi Proyek Sport Center Rumbai
4. Gudang, Stok Material dan Peralatan Mekanik Gudang adalah tempat penyimpanan material dan peralatan tertentu. Material
yang ditempatkan di gudang, yaitu pupuk, semen, kabel listrik, cat dan sebagainya, sedangkan jenis peralatan, yaitu genset, sprayer, spot light untuk
pekerjaan lembur malam. Penempatan stok material untuk keperluan fabrikasi pembesian dan bekisting disesuaikan dengan lokasi pekerjaan tersebut. Adapun
alat-alat berat seperti excavator diparkirkan pada lokasi yang terpantau security. Pada saat pekerjaan dilaksanakan, peralatan tersebut dimobilisasi ke lokasi
pekerjaan, namun peralatan sewaan seperti dump truck masuk ke lokasi proyek ketika dibutuhkan saja. Pada area gudang, terdapat bengkel kerja di mana
peralatan yang mengalami kerusakan diperbaiki kembali. Penataan area kerja pada proyek penataan kawasan SCR sudah cukup
efektif, karena baik dari segi penataan lay out jalan kerja dapat memudahkan aksesibilitas dan mobilisasi kendaraan baik kendaraan bermuatan besar untuk
bongkar-muat material maupun kendaraan pribadi pekerja. Selain itu penempatan material terpakai, timbunan quarry maupun tempat pembuangan disposal area
sudah tepat karena tidak menghambat pergerakan alatkendaraan sehingga menunjang keefisienan kerja. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah
kebersihan dan kerapihan area proyek. Kondisi proyek yang bersih dan rapi dapat memberikan kenyamanan serta menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja.
Toilet kantor direksi kurang terawat, serta sering terjadi mati air menyebabkan para pegawai muslim perlu pergi ke mesjid yang jauh letaknya untuk
melaksanakan ibadah shalat. Selain itu kurangnya sumber tenaga listrik cadangan genset menyebabkan pemborosan jam kerja, terlebih hampir tiga kali dalam
seminggu Kota Pekanbaru mengalami mati listrik. Diperlukan pembuatan sumber tenaga listrik cadangan dan peningkatan supply kebutuhan air bersih.
5.2 Pekerjaan Studio
Pekerjaan studio merupakan bagian dari lingkup kerja divisi engineering. dan berkaitan dengan penyesuaian gambar-gambar kerja sehingga siap
diimplementasikan pada pelaksanaan pekerjaan di lapang. Terdapat tiga jenis gambar yang saling berkaitan, yaitu: 1 gambar rencana, 2 shop drawing dan
3 as-built drawing. Adapun jenis gambar yang wajib diproduksi kontraktor
adalah shop drawing dan as built drawing. Proses dan keterkaitan pekerjaan studio dengan pelaksanaan di lapang terdapat pada Gambar 26. Penulis hanya
terlibat dalam pembuatan shop drawing dan as-built drawing pekerjaan softscape dan tidak terlibat dalam pembuatan shop drawing pekerjaan hardscape.
Gambar 26. Prosedur Pekerjaan Studio
Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011
5.2.1 Gambar Rencana
Gambar rencana atau gambar kontrak adalah gambar yang diproduksi oleh konsultan perencana, yaitu CV Persada Nusantara yang telah mengacu pada BQ
Bill of Quantity dan spesifikasi yang tertera pada dokumen kontrak. Gambar asli disimpan oleh direksi, sedangkan gambar-gambar detail pelaksanaan harus dibuat
sendiri oleh kontraktor dan bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan di lapang. Gambar rencana dijadikan sebagai acuan pada proses pembuatan shop drawing.
Kontraktor harus melakukan pengkajian ulang review design, karena sering kali desain rencana tidak detail dalam hal dimensi dan spesifikasi material sehingga
tidak dapat langsung diaplikasikan di lapang. Ada kalanya terjadi perbedaan menyangkut item atau volume pekerjaan antara gambar rencana, BQ dan RKS.
Untuk itu shop drawing berperan dalam memperbaiki perbedaan tersebut, karena saat pembuatan shop drawing akan dihitung volume pekerjaan yang dilaksanakan.
5.2.2 Shop Drawing
Shop drawing adalah gambar yang dibuat oleh kontraktor yang menjadi
dasar dalam pelaksanaan pekerjaan di lapang. Shop drawing berperan sebagai media komunikasi antara perencanaan dan pelaksanaan, berisi tentang detail dari
pembuatan komponen konstruksi dan digunakan pada proses instalasi untuk mempermudah proses pemasangan. Pembuatan shop drawing merupakan bagian
penting dari proses konstruksi, karena; -
shop drawing berperan sebagai acuan yang jelas dan detail bagi pelaksana
di lapang agar terhindar dari kesalahan yang mengakibatkan re-work, pembengkakan waktu dan biaya,
- shop drawing
dapat membantu kegiatan pengendalian pada kegiatan perhitungan terhadap kebutuhan jumlahvolume material, sehingga
optimalnya ketepatan perhitungan biaya dan pembelian suatu material. Adapun shop drawing yang baik memenuhi kriteria sebagai berikut;
- adanya keyplan memuat posisi pekerjaan yang jelas,
- menggunakan notasi gambar dan legenda yang jelas untuk jenis material,
-
skala, elevasi dan dimensi yang akurat pada tiap item pekerjaan,
-
gambar sesuai dengan kondisi lapang dan dapat diaplikasikan di lapang. Pembuatan shop drawing pekerjaan softscape yang dilakukan penulis, mencakup:
revisi elemen softscape dari segi jumlahbobot dan lay out penanaman, serta memberikan saran atas pemilihan jenis dan jumlah tanaman yang sesuai kondisi
tapak SCR. Tahapan pembuatan shop drawing pekerjaan softscape, yaitu: 1. Memperlajari Dokumen Kontrak
Pentingnya mempelajari dokumen kontrak sebagai acuan dalam perhitungan dan memahami analisis kebutuhan material. Dokumen kontrak mencakup: gambar
rencana, RKS, BQ Bill of Quantity dan spesifikasinya. Peninjauan ulang atau review design
terhadap gambar rencana Gambar 27 dilakukan engineering bersama MK. Permasalahan yang ditemukan, yaitu terdapat ketidaksesuaian
antara jumlah tanaman pada gambar rencana dengan jumlah tanaman di dokumen BQ. Di dalam gambar rencana, tanaman berjumlah 506 pohon, sedangkan
dokumen BQ menunjukkan jumlah pohon yang harus ditanam adalah 948 pohon. Kesimpulannya, terdapat selisih sebanyak 442 tanaman yang harus ditambahkan.
MK memberikan masukan-masukan dan pemecahan masalah berupa rekomendasi penambahan jumlah pohon pada gambar shop drawing agar sesuai
dengan dokumen BQ yang dijadikan acuan. MK bersama engineering melakukan perhitungan-perhitungan teknis, analisis teknis, tinjauan metode kerja, dan
tinjauan penggunaan material, kemudian menyerahkannya kepada Dispora untuk diperiksa kelayakannya. Penulis juga melakukan wawancara dengan pihak MK,
hasilnya diketahui bahwa tidak ada penerapan konsep khusus dalam tata hijau kawasan SCR yang dibuat oleh Konsultan Perencana. Karena itu penulis
berinisiatif mengajukan pembuatan konsep penanaman pekerjaan softscape dan mendapat persetujuan MK.
Perubahan yang terjadi tidak merubah nilai kontrak dan waktu pekerjaan, hanya saja yang berubah adalah jumlahkuantitas material yang dipakai. Hasil
perubahan tersebut oleh PM dan MK diwujudkan dalam bentuk justifikasi yang merupakan pembenaran secara teknis terhadap adanya perubahan yang terjadi.
Justifikasi teknis tersebut dituangkan dalam CCO yang ditindak lanjuti dengan pembuatan amandemen kontrak. Analisis justifikasi teknis dan tinjauan material
softscape dapat dilihat pada Tabel 5.
2. Penyesuaian Data Survai oleh Surveyor Adjustement
Dalam pembuatan gambar kerja, engineering membutuhkan data-data terkini mengenai kondisi lapang yang didapatkan dari tim surveyor. Surveyor bertugas
untuk melakukan peninjauan kondisi tapak, seperti pengukuran ulang terhadap topografi, luasan tapak, jarak antar batas tapak, dan sebagainya. Kemudian
diadakan penyesuaian adjustment data survai, dengan gambar rencana. 3. Justifikasi Teknis
Justifikasi teknis adalah kesepakatan tertulis yang dibuat oleh kontraktor, MK, dan owner mengenai perubahan spesifikasi material yang digunakan pada suatu
pekerjaan. Pada justikfikasi teknis, terdapat tinjauan material softscape yang berisi tentang pertimbangan mengenai jenis material tanaman apa saja yang
ditambahkan, maupun pengurangan jenis tanaman tertentu yang dinilai kurang tepat. Penulis berkontribusi dalam memberikan masukan terkait tanaman apa saja
yang perlu dipilih dan tidak. Justifikasi teknis terdiri dari dua tahap. Tahap pertama yaitu revisi atas kekeliruan jumlah pohon pada gambar rencana. Adapun
tahap kedua dikarenakan permintaan owner yang menginginkan adanya penambahan pohon sebanyak 270 batang.
a. Justifikasi Teknis Material Tanaman I Justifikasi teknis tahap I dilakukan karena terdapat perbedaan antara gambar
Gambar 27.
Gambar Rencana
Pekerjaan
rencana dengan dokumen BQ. Volume tanaman dari 506 pohon menjadi 948 pohon, sehingga dilakukan penambahan sebanyak 442 pohon agar sesuai dengan
dokumen BQ. Dari hasil wawancara dengan MK didapat bahwa pada perancangan tata hijau Kawasan SCR, konsultan tidak menggunakan pertimbangan khusus
dalam pemilihan jenis tanaman. Penulis menemukan beberapa penempatan tanaman-tanaman tertentu yang kurang sesuai baik secara fungsi maupun
penggunaannya. Misalnya, terdapat beberapa pohon yang ditempatkan pada media tanam yang sempit padahal memiliki tipe pertumbuhan akar secara horizontal dan
riskan terhadap struktur pagar dan saluran drainase. Sebaiknya sebelum membuat rencana penanaman, konsultan perlu memperhatikan hal-hal seperti sifat fisik
warna, tekstur, ukuran, tekstur, aroma, fungsi dan mempertimbangkan sifat ekologis tanaman, seperti persyaratan tumbuh tanaman terhadap iklim, tanah, air,
udara, perbanyakan, asosiasi antar tanaman dan pemeliharaan. Karena itu, justifikasi teknis yang diberikan kepada pihak MK berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tersebut. b. Justifikasi Teknis Material Tanaman II
Dispora meminta diadakan penambahan pohon sebanyak 270 batang yang berfungsi sebagai pengarah jalan. Pohon pengarah jalan adalah pohon yang
memiliki karakteristik pembentuk vertical plane dengan arsitektur batang ataupun tajuk yang berbentuk kolumnar, oval, menjurai dan ditanam secara
koridormemanjang. Penambahan volume pohon merupakan sumbangan dari Jamsostek, sehingga kembali diadakan justifikasi teknis. MK kemudian
mengeluarkan Enginer’s Estimate yang berisi daftar tambahan tanaman berikut jumlah dan jenisnya. Penulis berperan dalam memberikan saran atas
pemilihan jenis dan jumlah tanaman berdasarkan pertimbangan sifat fisik dan ekologisnya. Pertimbangan dalam pemilihan tanaman mencakup: tingkat
ketoleranannya terhadap struktur pagar dan drainase, sifat pertumbuhan akar tanaman, fungsi tanaman secara arsitektur, sifat fisik dan nilai estetisnya.
Adapun jumlah total dari perubahan Justifikasi Teknis I dan II apabila dijumlahkan: 948 + 270 menjadi 1218 polibag adalah jumlah keseluruhan
tanaman yang ditanam pada pekerjaan softscape proyek Penataan Kawasan SCR. Hasil analisis justifikasi teknis I dan II tertera pada Tabel 5.
5. Analisis Justifikasi Teknis I dan II Material Softscape
Gambar Morfologi
Syarat Ekologi Volume
Volume Rekomendasi
Alasan Gambar
Shop drawing Rencana
Polibag Polibag
ah Kategori pohon sedang, tinggi
mencapai 15 m. Daun Adaptif terhadap dataran
tinggi, dataran rendah, pantai. 15
40 Dipertahankan Membutuhkan media ta
jumlah pohon yang lebar, minima majemuk dan menyirip,
berjumlah ganjil serta berwarna hijau.
Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh sedang.
Kebutuhan cahaya matahari tetap
dikarenakan akarn tunggang dan tumb
horizontal, sehingg penuh dan langsung.
Perbanyakan dengan biji, cangkok, stek batang.
merusak konstru bangunan. Kebu
penyiraman inte aja
Memiliki batang yang kokoh, tinggi mencapai 25-30 m.
Daun berwarna hijau segar berbentuk menyirip. Pelepah
yang rontok akan meninggalkan bekas lingkaran
atau garis berwarna abu-abu putih pada batang palem raja.
Adaptif terhadap dataran tinggi dan dataran rendah.
Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat.
Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung.
Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan
45 91
Ditambahkan sebanyak 46
polibag Untuk kebutuhan a
pada media jalan d yang sempit lingk
dan area parkir ken dan welcome area
akar serabut yang t merusak konstruks
menciptakan suasa
biji. bergaya formal d
fungsi utama seb tanaman pengara
tri Bentuk pohon tidak terlalu
besar. Tajuk menjurai. Daun berwarna hijau dan bertekstur
sedang. Bunga berwarna kuning dan tidak beraroma.
Sebaiknya ditanam di tanah Adaptif terhadap dataran
tinggi atau dataran rendah, dan pantai. Kelembaban sedang.
Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari
penuh dan langsung. 25
85 Ditambahkan
sebanyak 60 polibag
Memiliki fungsi se pelengkap pada tam
bergaya formal, po interest
taman, tan pengarah jalan jika
massal sejajar. yang mengandung pasir dan
bebas genangan air. Kebutuhan penyiraman semi
intensif. Perbanyakan dengan biji.
Gambar Morfologi
Syarat Ekologi Volume
Volume Rekomendasi
Alasan Gambar
Shop drawing Rencana
Polibag Polibag
ah ys
Batang berwarna merah menyala yang tampak kontras
dengan warna hijau daunnya. Daun berbentuk lanset yang
tumbuh di tangkai daun. Adaptif terhadap dataran tinggi
atau dataran rendah. Kelembaban lambat. Kecepatan
tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari seminaungan.
35 45
Ditambahkan sebanyak 10
polibag Memiliki kesan vi
baik pada batang y berwarna merah da
merumpun. Dapat pada media yang s
Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan
biji dan anakan.
Daunnya berwarna hijau dan bertekstur kasar. Bunga
berwarna putih, tidak beraroma. Saat muda buah
kelapa berwarna hijau, lalu Adaptif terhadap dataran
rendah dan pantai. Kelembaban sedang.
Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya matahari
45 50
Ditambahkan sebanyak 5
polibag Memiliki fungsi se
pembentuk arsitek formal, pencipta su
taman rekreasi dan pengarah jalan.
menguning saat tua. penuh dan langsung.
Kebutuhan penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan
biji. Tinggi dewasa mencapai 10-15 Adaptif terhadap dataran
18 104
Ditambahkan Untuk arsitektura
m. Daun berwarna hijau mengkilap, berbentuk lanset
memanjang, bagian ujung menyempit, dan tepi daun
berombak. Bunga kecil-kecil berwarna kuning kehijauan
muncul dari ketiak daun. Buah tinggi atau dataran rendah.
Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat.
Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung.
Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan dengan
sebanyak 86 polibag
media tanam semp meter serta memil
tumbuh memanjan dan memiliki pertu
akar yang toleran t konstruksi jalan da
bangunan. Tanama
glodokan tiang berbentuk bulat biji dan cangkok.
memanjang. pengarah jalan d
penghalang tabir jika ditanam seja
tajuknya yang m
Gambar Morfologi
Syarat Ekologi Volume
Volume Rekomendasi
Alasan Gambar
Shop drawing Rencana
Polibag Polibag
Kategori pohon tinggi, mencapai 20 m. Bunga
berwarna merah menyala hampir memenuhi tajuknya.
Buahnya termasuk buah polong yang pipih. Jumlah biji
pada setiap polong sekitar 10- 15 polong.
Adaptif terhadap dataran tinggi, dataran rendah dan
pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat.
Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung.
Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan dengan
25 40
Ditambahkan sebanyak 15
polibag Akar memiliki sifa
tumbuh menjalar s horizontal dan men
pada permukaan ta Jumlah selisih seba
disubtitusi dengan yang cocok ditanam
media tanam yang
biji, cangkok dan batang. sempit seperti gl
tiang. Kategori pohon tinggi,
mencapai 35 m. Bentuk tajuk bertingkat. Daun tunggal dan
letak daunnya tersebar. Helaian daun berbentuk bulat
telur, liat seperti kulit, Adaptif terhadap dataran
tinggi atau dataran rendah. Kelembaban sedang.
Kecepatan tumbuh lambat. Kebutuhan cahaya semi
naungan. Kebutuhan 20
60 Ditambahkan
sebanyak 40 polibag
Berfungsi sebagai naungan pada med
parkir utara. Cocok peneduh pada laha
dan sebagai tanam pengarah jalan.
berwarna hijau. Ketika akan rontok, daun berubah warna
menjadi jingga. Berbunga majemuk berwarna putih.
Buah ketapang termasuk buah batu yang berwarna merah tua.
penyiraman intensif. Perbanyakan dengan biji dan
cangkok.
Kategori pohon berukuran sedang, tinggi mencapai 15 m.
Bentuk tajuk indah, berdaun hijau mengkilap. Buah matang
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah.
Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat.
20 100
Ditambahkan sebanyak 80
polibag Berfungsi sebagai
tabir jika ditanam m sejajar sebagai tana
peneduh dan peng
berwarna merah jingga. Termasuk jenis pohon
bergetah Kebutuhan cahaya matahari
penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman
intensif. Perbanyakan dengan biji dan cangkok.
Gambar Morfologi
Syarat Ekologi Volume
Volume Rekomendasi
Alasan Gambar
Shop drawing Rencana
Polibag Polibag
Kategori pohon tinggi, mencapai 20 meter ukuran
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah.
45 45
Dipertahankan Berfungsi sebagai tanam jumlah pohon peneduh karena taju
dewasa. Batangnya besar, kokoh dan tegak.
Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh sedang.
tetap lebar dan memberi
sebagai kawasan h Kebutuhan cahaya matahari
penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman semi
intensif. Perbanyakan dengan biji, cangkok dan stek batang.
dan jika ditanam berfungsi sebaga
jalan.
ps Kategori pohon berukuran
sedang, tinggi mencapai 10-15 meter. Pohon ini memberikan
aroma. Adaptif terhadap dataran tinggi
atau dataran rendah. Kelembaban sedang. Kecepatan
tumbuh sedang. Kebutuhan 25
40 Ditambahkan
sebanyak 15 polibag
Memiliki akar tung akarnya tumbuh se
horizontal, maka s jumlah pohon dituj
cahaya matahari penuh dan langsung. Kebutuhan
penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji,
cangkok dan stek batang. untuk substitusi
yang lebih cocok pada media tana
sempit atau mem kurang dari 1.5 m
glodokan tiang.
Kategori pohon tinggi, mencapai 30 m. Buah
Adaptif terhadap dataran tinggi dan rendah. Kelembaban
25 25
Dipertahankan Berfungsi sebagai tanam jumlah pohon peneduh, tanaman p
berwarna cokelat. Berdaun majemuk,menyirip genap
berwarna hijau tua. Buah sedang. Kecepatan tumbuh
lambat. Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung.
tetap jalan dan akar toler
terhadap konstruks bangunan.
berwarna cokelat, menyerupai bola, dan bertangkai.
Kebutuhan penyiraman intensif. Perbanyakan stek
batang.
Gambar Morfologi
Syarat Ekologi Volume
Volume Rekomendasi
Alasan Gambar
Shop drawing Rencana
Polibag Polibag
na Kategori pohon
tinggi,mencapai 30-40 m. Berbatang tegak. Berdaun
besar, berbentuk elips dengan lebar 30-60 cm saat dewasa,
meranggas di musim kemarau. Buah berbentuk bulat sedikit
Adaptif terhadap dataran rendah dan pantai.
Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat.
Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung.
Kebutuhan penyiraman 18
20 Ditambahkan
sebanyak 2 polibag
Berfungsi sebagai peneduh, tanaman
jalan jika ditanam sejajar, dan membe
kesan alami jika di secara acak menye
hutan tropis.
gepeng dan berambut kasar. Buah tersungkup oleh
perbesaran kelopak bunga yang menyerupai balon kecil.
intensif. Perbanyakan dengan biji. Cocok hidup di tanah
yang tidak dibanjiri air. -
Tinggi mencapai 45 m. Batang pohon berdiameter 100-160
cm. Berbunga merah jingga, ketika mencapai 4-5 tahun.
Menyukai tanah yang lembab dan kering, namun tidak
Membutuhkan pencahayaan penuh. Kecepatan tumbuh
lambat. Adaptif di dataran tinggi dan dataran rendah,
kelembapan sedang. Penyiraman semi-intensif.
25 35
Ditambahkan sebanyak 10
polibag Mudah pemelihara
perawatan seperti t memerlukan pema
karena pada masa pertumbuhan caba
rontok sendiri self
menyukai tanah yang tergenang air.
Pertumbuhan san dibandingkan de
keras lainnya, tid terkena serangan
penyakit.
- Kategori pohon sedang, tinggi
rata-rata 10-15 m. Termasuk dalam famili Leguminosae dan
merupakan sinonim dari pohon trembesi, namun warna daun
kekuningan. Diameter kanopi Adaptif terhadap dataran
tinggi, rendah dan pantai. Kelembaban sedang.
Kecepatan tumbuh sedang. Kebutuhan cahaya matahari
penuh dan langsung atau semi 20
85 Ditambahkan
sebanyak 40 polibag
Berfungsi sebagai peneduh karena taj
yang sangat lebar s memberikan kenya
suhu pada jalan da parkir.
lebih besar dari tingginya. naungan. Kebutuhan
penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji dan
cangkok.
Gambar Morfologi
Syarat Ekologi Volume
Volume Rekomendasi
Alasan Gambar
Shop drawing Rencana
Polibag Polibag
Kategori pohon sedang ,tinggi 10-15 meter. Mampu bertahan
pada Dry season atau bahkan dapat hidup lebih lama
tergantung usia, ukuran pohon dan tanah. Keistimewaan
Adaptif terhadap dataran tinggi atau dataran rendah dan
pantai. Kelembaban sedang. Kecepatan tumbuh lambat.
Kebutuhan cahaya matahari penuh dan langsung maupun
100 95
Dikurangi sebanyak 5
polibag Memiliki akar tung
tumbuh menjalar. S selisih jumlah dapa
substitusi untuk tan identitas Provinsi R
seperti palem nibu
terletak pada tajuk bagus, daun rimbun, bunga indah
berwarna merah putih. semi naungan. Kebutuhan
penyiraman semi intensif. Perbanyakan dengan biji dan
cangkok. ji
i- Kategori pohon sedang, tinggi
mencapai 15 m. Berdaun majemuk, berbentuk bulat
Adaptif terhadap dataran tinggi dan rendah.
Kelembaban sedang. -
80 Diadakan
sebanyak 80 polibag
Berfungsi sebagai peneduh, tanaman
jalan, dan point of telur. Berbunga tidak beraturan
Kecepatan tumbuh lambat. dan berbilangan lima. Buahnya
Kebutuhan cahaya matahari taman jika ditan
individu. berbentuk polongan pipih.
penuh dan langsung. Kebutuhan penyiraman
intensif. Perbanyakan dengan biji dan cangkok.
a Kategori palem, tinggi
mencapai 25 m, merumpun, Adaptif terhadap dataran
tinggi atau dataran rendah. -
15 Diadakan
sebanyak 15 Merupakan tanam
Provinsi Riau sehin kokoh dan kuat, jumlah anakan Kelembaban sedang.
hingga 50 batang. Batang dan Kecepatan tumbuh lambat.
daun berduri keras berwarna Kebutuhan cahaya matahari
hitam dan panjang. Berdaun penuh dan langsung.
majemuk menyirip tunggal Kebutuhan penyiraman semi
pinnatus yang berkesan intensif. Perbanyakan dengan
dekoratif. Berbunga kuning biji.
polibag dari segi syarat e
dan dapat menjad tanaman lokal pa
kawasan. Fungsi tanaman pelengk
taman bergaya fo point of interest
t
keunguan yang menyerupai tandan.
Gambar Morfologi
Syarat Ekologi Volume
Volume Rekomendasi
Alasan Gambar
Shop drawing Rencana
Polibag Polibag
Tanaman asal Madagaskar ini memiliki daun yang berbentuk
kipas lebar dan tumbuh pada ujung pangkal tanaman, ujung
daun bergerigi, memiliki buah Pencahayaan penuh.
Kecepatan tumbuh sedang. Adaptif di dataran rendah.
Kelembapan sedang. penyiraman semi-intensif.
- 13
Diadakan sebanyak 13
polibag Berfungsi sebagai
pengarah jalan dan interest.
Pemelihar bersifat ekstensif y
frekuensi pemupuk berwarna ungu kehitaman.
sekali dan peman dilakukan saat d
mengering.
is kor
Bentuk daunnya mirip ekor ikan, kulit daun mengilap,
tingginya mencapai 3-5 meter, buah berbentuk bulat dan
Pencahayaan penuh. Kecepatan tumbuh sedang.
Adaptif di dataran tinggi, dan dataran rendah. Kelembapan
- 14
Diadakan sebanyak 14
polibag Berfungsi sebagai
pengarah jalan dan interest.
Pemelihar bersifat ekstensif.
berwarna hijau kehitaman dengan sedikit kemerah-
merahan. sedang. Penyiraman semi-
intensif.
Dominan hijau dapat tumbuh merumpun sehingga
memberikan kesan sejuk. Tinggi hingga 6 meter. Warna
buah merah merekah dan tumbuh bergerombol pada
Pencahayaan penuh maupun semi-naungan. Kecepatan
tumbuh lambat. Adaptif di dataran tinggi dan dataran
rendah. Kelembapan sedang. Penyiraman semi-intensif
- 25
Diadakan sebanyak 25
polibag Berfungsi sebagai
pengarah jalan jika secara linier memb
koridor. Pemelihar ekstensif yaitu pem
setiap 6 bulan seka
tandan panjang. pemangkasan sa
mengering.
Gambar Morfologi
Syarat Ekologi Volume
Volume Rekomendasi
Alasan Gambar
Shop drawing Rencana
Polibag Polibag
Tinggi mencapai 20 m, dengan diameter batang 30 cm.
Berkanopinya padat, kompak dan berbentuk
silinder. Daunnya berbentuk elips, bertekstur halus dan
mengkilap, berwarna hijau, sedangkan daun muda
berwarna merah terang. Bunganya kecil berwarna putih
atau cream dan Adaptif terhadap dataran
tinggi dan rendah. Kecepatan tumbuh cepat. Penyinaran
secara langsung. Penyiraman semi intensif. Pemeliharaan
bersifat ekstensif. Pemangkasan dilakukan
secara ekstensif karena ranting dan daun jarang
rontok. Tahan terhadap hama dan penyakit
- 62
Diadakan sebanyak 62
polibag Berfungsi sebagai
pengarah jalan, ke teknik dan arsitekt
media tanam semp 1-2 meter. Pertumb
toleran terhadap ko jalan dan bangunan
Berpotensi sebaga yang baik karena t
yang masif , dapat kebisingan, polusi
tidak mencolok. visual.
r Bentuk kumpulan daunnya
menyerupai ekor tupai, daun berwarna hijau tua menjuntai,
tinggi mencapai 6 meter. Membutuhkan pencahayaan
penuh. Kecepatan tumbuh lambat. Adaptif di dataran
tinggi dan dataran rendah. -
48 Diadakan
sebanyak 48 polibag
Berfungsi sebagai pengarah jalan jika
secara linier memb koridor. Tanaman i
gle images, 2011 dan Lestari, 2008. Kelembapan sedang.
Penyiraman semi-intensif toleran di tanah y
mengandung pas tergenang air.
948 1218
Tambahan sebanyak 270 polibag
4. Identifikasi Tanaman Setelah menetapkan permasalahan yang ada pada gambar rencana,
dilakukan identifikasi jenis-jenis tanaman pada dokumen BQ, kemudian mahasiwa mengindentifikasi tanaman yang digunakan dalam penaatan kawasan
SCR sebagai potensi. Dua aspek yang diidentifikasi yaitu karakter tanaman dan fungsinya. Karakter tanaman berupa sifat fisik, seperti bentuk, tekstur, warna, dan
ukuran tanaman, dapat menciptakan efek visual yang kuat apabila dikomposisikan sesuai dengan tujuankonsep perancangan elemen softscape Gambar 28.
meter 40
30 25
20 15
10 5
8 7
6 5
4 3
2 11
40 meter 30
25 20
15 10
5
23 22 21 20 19 18 17 16 15
14 13
12 11
10 9
Gambar 28. Identifikasi Pohon Berdasarkan Tinggi
Sumber: Lestari, 2008. Digambar ulang oleh Pertiwi, 2011 Keterangan: 1 Jati Tectona grandis, 2 Jabon Antocephalus cadamba, 3 Ketapang
Terminalia catappa, 4 Mahoni Swietenia mahagoni, 5 Palem Raja Roystonea regia, 6 Trembesi Samanea saman, 7 Munggur Pithecollobium saman, 8 Nibung Oncosperma
tigillarium , 9 Kempas Koompassia malaccensis, 10 Flamboyan Delonix regia, 11
Glodogan tiang Polyalthia longifolia, 12 Kamper Dryobalanops camphora, 13 Dadap merah Erythrina cristagalli, 14 Tanjung Mimusops elengi, 15 Asam kranji Pithecellobium
dulce , 16 Kelapa Gading Cocos sp.Var. Eburnea, 17 Pucuk merah Syzygium oleana, 18
Palem Bismark Bismarckia Nobilis, 19 Palem Merah Cyrtostachys lakka, 20 Palem Ekor tupai Caryota mitis, 21 Palem Putri Veitchia merilii, 22 Palem Hijau Ptychosperma
macarthurii , 23 Palem Ekor ikan Wodyetia bifurcata.
Kemudian keseluruhan pohon diidentifikasi berdasarkan fungsinya. Hasil identifikasi tersebut menjadi dasar peletakan tanaman atau pembuatan lay out tata
hijau kawasan SCR Tabel 6.
Tabel 6. Identifikasi Tanaman Sport Center Rumbai Berdasarkan Fungsi
Tinggi Bentuk
No Nama Tanaman
Maksimal m
Tajuk Fungsi
Peletakan
1 Jati Tectona grandis
30
Bulat Penaung
Backdrop 2
Jabon Antocephalus cadamba
3 Ketapang Terminalia
30
Irregular Penaung
Foreground
30
Spreading Penaung
Backdrop catappa
4 Mahoni Swietenia mahagoni
30
Kubah Penaung
Backdrop 5
Palem Raja Roystonea regia
25
Menjari Aksen,
Foreground pembingkai,
6 Trembesi Samanea saman
25
Spreading Penaung
Backdrop 7
Munggur Pithecollobium saman
8 Nibung Oncosperma
tigillarium 9
Kempas Koompassia
25
Spreading Penaung
Backdrop
25
Irregular Aksen
Soliter
20
Irregular Penaung
Foreground malaccensis
10 Flamboyan Delonix regia
10
Spreading Penaung
Backdrop 11
Glodogan tiang Polyalthia longifolia
12 Kamper Dryobalanops
15
Kolumnar Pengarah
jalan,
15
Irregular Aromatik,
Boundary Foreground
camphora 13
Dadap merah Erythrina cristagalli
penaung
15
Kubah Aksen
Foreground 14
Tanjung Mimusops elengi
15
Bulat Dominant,
unity, link Foreground
15 Asam kranji Pithecellobium
15
Irregular Unity,
Foreground dulce
16 Kelapa Gading Cocos sp.Var. Eburnea
repetation
15
Menjari Aksen
Soliter 17 Pucuk merah Syzygium
10
Oval Pengarah
Boundary oleana
18 Palem Bismark Bismarckia Nobilis
19 Palem Merah Cyrtostachys lakka
20 Palem Ekor tupai Caryota mitis
jalan
6
Kipas Aksen
Welcome area
5
Irregular Aksen
Boundary
4
Menjurai Border, kesan Boundary
lembut 21 Palem Putri Veitchia merilii
3
Menjari Border
Boundary 22 Palem Hijau Ptychosperma
macarthurii 23 Palem Ekor ikan Wodyetia
3
Menjari Border
Boundary
3
Irregular Border
Boundary bifurcata
Sumber: Lestari, 2008
5. Pengembangan Ide Ideation Mengembangkan ide atau gagasan dalam memecahkan permasalahan
tapak. Berdasarkan hasil identifikasi, penulis menerapkan konsep „enframement ,
yaitu penggunaan vista pada perancangan shop drawing softscape pada kawasan SCR Gambar 29.
Gambar 29. Contoh Penerapan Konsep Vista
Sumber: Simond dan Starke, 2006
Simond dan Starke 2006 menyatakan vista adalah objek yang terbingkai. Enframement
atau progressive realization, adalah suatu transisi perjalanan sebelum sampai ke objek utama. Pengaplikasikan konsep vista bertujuan untuk
menghadirkan ruang
terbuka hijau
yang fungsional
dan estetik,
serta mengintegrasi kesatuan kawasan SCR. Obyek yang ditonjolkan adalah venues
atau gedung-gedung olahraga. Pembingkaian dengan menggunakan elemen softscape
sebagai frame. Komposisi softscape memvariasikan bentuk, ukuran, dan fungsinya, menciptakan siluet dan skyline yang baik sehingga menghasilkan
visual interest pada gedung-gedung olahraga SCR. Gambar 30 a adalah Stadion
Rumbai yang terletak di welcome area utama kawasan SCR. Bangunan berskala raksasa jika tidak diberi elemen softscape akan terkesan kaku dan datar karena
tidak dapat menciptakan efek visual yang kontras. Berbeda dengan Gambar 30 b ketika welcome area tersebut telah diberi frame dengan elemen softscape, mampu
menghadirkan suasana monumental sehingga dapat mengaksentuasi venue.
a
b
Gambar 30. Konsep Vista pada Perancangan Tata Hijau Kawasan Sport Center Rumbai.
Sumber: Nindya-TWW, JO. 2011 digambar oleh Pertiwi, 2011
Tahapan selanjutnya kemudian dilakukan pengembangan ide desain terhadap gambar shop drawing. Gambar 31 adalah shop drawing pekerjaan
softscape yang telah dibuat oleh penulis. Perbedaan antara gambar rencana dan
shopdrawing terletak pada: jenis, jumlah dan tata letak tanaman. Pada gambar
rencana, jumlah pohon sebanyak 506 pohon sebanyak 16 jenis, sedangkan pada shop drawing
jumlah tanaman bertambah menjadi 1020 pohon, sebanyak 23 jenis sebagaimana telah disesuaikan dengan dokumen BQ dan justifikasi teknis.
Penempatan atau tata letak tanaman-tanaman tertentu disesuaikan dengan sifat perakaran dan fungsi arsitekturalnya.
Untuk mempermudah penanaman di lapang, shop drawing dilengkapi dengan gambar rencana penanaman planting plan yang terbagi menjadi 6 zonasi.
Pada planting plan tercantum spesifikasi jenis pohon, jumlah pohon dan jarak tanam. Gambar 32 merupakan keyplan planting plan tata hijau kawasan SCR.
Gambar 33 adalah planting plan zona 1, yaitu area parkir yang terletak di kawasan selatan. Gambar 34 adalah planting plan zona 2 yang merupakan area buffer
welcome area . Gambar 35 adalah planting plan zona 3 lingkar stadion Kaharudin
Nasution. Gambar 36 adalah planting plan zona 4, yaitu area parkir yang terletak di kawasan utara. Gambar 37 adalah planting plan zona 5 area buffer welcome
area . Adapun Gambar 38 adalah planting plan zonasi 6 area buffer utara.
Pekerjaan instalasi
tanaman membutuhkan
gambar detil
konstruksi pohonconstruction details dapat dilihat pada Gambar 39. Pengaplikasian konsep
enframement pada Gambar 40, yaitu tampak potongan tata hijau kawasan SCR.
Walaupun tata hijau SCR menerapkan konsep vista, namun hal tersebut kurang bisa terealisasi karena dibutuhkan jarak pandang minimal 50 meter, sedangkan
lebar jalan depan depan stadion hanya 14 meter. Menurut Booth 1983, perbandingan rasio antara jarak ideal terhadap tinggi bangunan ideal adalah 2:1.
Artinya apabila tinggi maksimal pohon Palem Raja sebagai frame stadion adalah 25 meter, jadi jarak pandang ideal adalah 50 meter.
6. Persetujuan Shop drawings Shop drawing
yang dibuat oleh drafter harus dikoreksi oleh Project Engineer untuk menjamin ketepatan metode yang telah disepakati dan kesesuaian dengan
kontrak. Koordinasi dengan pengawasMK diperlukan untuk menjamin apa yang
drawing Pekerjaan
Softscape
plan Planting
plan Tata
Hijau Kawasan
ting plan
Zonasi 1
ng plan
Zonasi 2
anting Plan
Zonasi 3
ng plan
Zonasi 4
Planting plan
Zonasi 5
ng plan
Zonasi 6
Gambar 39. Construction Drawing Pekerjaan Softscape
Sumber: Dokumen Shop drawing Nindya-TWW, JO. Digambar oleh: Pertiwi, 2011
TID A
K DI
S E
TUJ U
I TI
D A
K D
IS ETUJ
U I
telah digambar sesuai dengan maksud perencanaan. Gambar 41 adalah prosedur persetujuan shop drawing. Dalam pembuatan shop drawing softscape terjadi dua
kali revisi ketika diajukan kepada Project Engineering. Revisi pertama terjadi karena kesalahan redaksional yaitu kesalahan penulisan jumlah material per zona,
adapun revisi kedua dilakukan karena format gambar belum sesuai dengan format baku perusahaan, seperti penamaan kop surat dan penomoran gambar. Setelah
disetujui oleh Project Engineering kemudian MK langsung menyetujui shop drawing softscape
yang diajukan. Secara keseluruhan Project Engineer dan MK telah menyetujui konsep tata hijau SCR yang diajukan.
Konsultan perencana Gambar rencanagambar tender
Drafter Kontraktor
Shop drawings Project Engineer
Pemeriksaan Shop drawings
DISETUJUI
Konsultan PengawasMK Pemeriksaan Shop drawings
DISETUJUI
Distribusikan ke lapangan
Gambar 41. Diagram Alur Persetujuan Shop drawing
Sumber: Clough and Sears,1994
7. Pelaksanaan lapang Setelah shop drawings mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas
MK, maka shop drawings segera dapat didistribusikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu site manager SM dan supervisor. Pelaksanaan pekerjaan
di lapang dapat dilakukan setelah shop drawings disetujui agar didapatkan surat IPP atau Ijin Pelaksanaan Pekerjaan. IPP berisi keterangan mengenai pekerjaan
apa yang akan dilaksanakan, materialbahan apa yang dibutuhkan, berapa volume pekerjaan yang akan dilakukan, dan dengan metode seperti apa. IPP tersebut
dilampirkan shop drawings, kemudian diajukan kepada Konsultan Perencana dan SM untuk ditandatangani. Tanpa IPP, kegiatan pelaksanaan pekerjaan tidak dapat
dilaksanakan. IPP pekerjaan softscape dan pekerjaan rumput dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7. Setelah didapatkan IPP, tim surveyor dapat segera membuat
pematokan pada lokasi pekerjaan yang telah ditentukan di lapang. Supervisor menerjemahkan shop drawings ke dalam bentuk petunjuk pengerjaan, berupa
penjelasan teknis kepada mandor. Para mandor kemudian membagikan tugas kepada masing-masing pekerjanya. Selama proses pengerjaan berlangsung,
supervisor secara langsung mengawasi kegiatan pekerjaan yang dilakukan oleh
mandor dan pekerja. Hasil pekerjaan tersebut kemudian diperiksa ulang oleh MK. Apabila hasil pekerjaan tidak sesuai dengan shop drawing tanpa ada konfirmasi
sebelumnya, MK akan meminta pertanggungjawaban kepada SM dan berhak membuat instruksi tertulis agar pekerjaan tersebut dibongkar dan diulang sampai
sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah disepakati. Setiap kemajuan progress selalu dicatat oleh supervisor untuk dilaporkan kepada SM. SM membuat laporan
proyek untuk dilaporkan secara berkala kepada PM.
5.2.2 As Built Drawing
As-built drawing adalah gambar realisasi yang sesuai dengan keadaan di
lapangan, baik pemasangan, peletakan dan bentuk, pada saat pembangunan konstruksi selesai. As-built drawing menunjukkan adanya perubahan yang terjadi
antara gambar rencana, shop drawing, dan realisasinya. Seiring proses pelaksanaan suatu pekerjaan ada saatnya pekerjaan yang dilaksanakan mengalami
sedikit modifikasi dari rencana yang sudah disetujui oleh pemilik proyek karena berbagai hal. Modifikasi tersebut ditampung dalam as-built drawing, dilengkapi
oleh berita acara lapangan serta foto-foto dokumentasi. Data-data ini berguna untuk pengelolaan fisik suatu proyek setelah pelaksanaan konstruksi diselesaikan.
Kontraktor diharuskan merekap semua perubahan yang terjadi
sebagai amandemen terhadap dokumen kontrak asli. Pembuatan as-built drawing dimulai
pada saat bersamaan pekerjaan penanaman dimulai, agar seluruh informasi mengenai perubahan dapat tertuang tanpa terlupa. Pada akhir Agustus,
pelaksanaan lanskap baru terimplementasi pada zona 1 dan 4, menyebabkan penulis hanya terlibat pada pembuatan as-built drawing di zona 1 Gambar 42
dan zona
4 Gambar
43 saja.
lt Drawings
Pekerjaan Softscape
Zona 1
Pekerjaan penanaman pada kedua zona tersebut belum selesai seluruhnya, akibat lahan tanam yang belum siap 100. Penanaman segera dilakukan ketika
lahan siap. Pada As-built drawing zona 1 notasi tajuk pohon yang berwarna hitam menunjukkan tanaman yang telah ditanam, warna merah menunjukkan perubahan
yang terjadi dari gambar shop drawing, sementara garis putus-putus menunjukkan tanaman yang belum ditanam. Terdapat perubahan antara shop drawing dan as-
built drawing zona 1, yaitu adanya perubahan tata letak pohon Asam kranji di
depan Hall Basket. Rencana penanaman sedikit diubah karena terdapat pohon eksisting, sehingga solusi di lapang adalah memindahkan sebagian pohon Asam
kranji ke samping turap dan memperpendek jarak tanamnya. Hal yang sama terjadi pada pohon Trembesi pada area parkir motor. Pemadatan jarak tanam
dilakukan agar jumlah pohon yang dialokasikan pada area tersebut tetap dan tidak merubah keseluruhan lay-out penanaman yang telah ditentukan. Adapun pada
zona 4 tidak ada perubahan antara shop drawing dan as-built drawings. Secara keseluruhan, proses pekerjaan studio mulai dari analisis gambar
rencana, pembuatan shop drawing sampai pada as-built drawing berjalan lancar. Faktor-faktor yang menyebabkan gambar kerja tidak dapat direalisasikan secara
langsung di lapang adalah data survai yang kurang akurat yang menyebabkan tanaman eksisiting tidak terekam seluruhnya, karena itu diperlukan penyesuaian
luasan area, dimensi dan sebagainya dengan kondisi lapang. Sebagian tanaman eksisting dipertahankan atas kebijakan owner, sedangkan sebagian lainnya
ditebang karena mengganggu proses pelaksanaan pekerjaan hardscape. Justifikasi teknis merupakan perubahan tertulis yang telah disepakati bersama oleh
kontraktor, MK, dan DISPORA. Hasil perubahan gambar diperiksa oleh Project Engineering
dan disetujui MK.
5.3 Pekerjaan
Softscape
Dalam spesifikasi teknis pekerjaan taman disebutkan bahwa lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi: 1 pekerjaan pendahuluan, 2
pekerjaan tanah, 3 pekerjaan bangku, 4 pekerjaan batu sikat, 5 pekerjaan batu bata, 6 pekerjaan beton, 7 pekerjaan adukan dan plesteran, 8 pekerjaan
pengecatan, 9 pekerjaan penanaman pohon, serta 10 pekerjaan penanaman
rumput. Namun, dikarenakan keterbatasan waktu magang, pekerjaan yang ditangani penulis pada saat kegiatan magang berlangsung hanyalah pekerjaan
softscape yaitu pengawasan pekerjaan penanaman pohon dan rumput. Kegiatan
pelaksanaan pekerjaan, yaitu melakukan pengawasan terhadap; -
pematokan titik-titik penanaman pohon bersama surveyor, -
pembuatan lubang tanam oleh pekerja harian, -
pekerjaan timbunan top soil dan pengolahan media tanam, -
penanaman pohon dan pemberian steger, -
pekerjaan sub kontraktor rumput, dan -
pemeliharaan. Berikut adalah penjelasan umum mengenai pekerjaan softscape.
1. Luasan Lahan Pekerjaan Lanskap Luasan area pekerjaan lanskap yaitu 47183.16
untuk penanaman 22 jenis pohon sebanyak 1218 polibag serta 10.000
untuk penanaman rumput Axonopus compressus
. 2. Jenis dan alat yang digunakan
Alat: cangkul, penggaruk, ember, gerobak dorong, selang, drumtangki air, sprayer
, paranggolok, mobil angkut, excavator dan sebagainya. Bahan: top soil
, air, soft materials berupa pohon dan rumput, pupuk NPK, pupuk hijau, urea, steger, pestisida, tali dan sebagainya.
3. Tenaga Kerja Kebutuhan tenaga kerja disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang sedang
dilakukan. Pada tahap persiapan lahan dan penimbunan tanah pada kanstin diperlukan jumlah pekerja yang banyak, yaitu 6 orang. Pada waktu pekerjaan
penanaman, jumlah pekerja bertambah menjadi 8 orang. Pada waktu pemeliharaan tanaman, jumlah pekerja dikurangi hingga menjadi 2 orang
karena pekerjaan yang dilakukan tidak terlalu berat. Dalam pekerjaan ini, peran supervisor sangat dibutuhkan. Penulis terlibat
sebagai supervisor yang bertugas memonitoring proses berjalannya pekerjaan penanaman. Pelaksanaan pekerjaan softscape mengacu kepada Spesifikasi Teknis
Persyaratan Umum Taman, Pasal 7 : Pekerjaan Penanaman. Tahapan pelaksanaan pekerjaan softscape akan dideskripsikan berikut ini.
5.3.1 Pekerjaan Persiapan
Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi, akan selalu diawali dengan pekerjaan pendahuluan untuk mengkondisikan lapang agar sesuai dengan
perencanaan. Setelah dokumen kerja berupa shop drawing dan ijin pelaksanaan di lapangan IPP selesai, dilanjutkan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan Lahan a. Pekerjaan Pengukuran Level Tanah
Dilakukan foto eksisting dan mutual check awal UitzetMC.0. Pengukuran elevasi rencana bangunan dan mutual check awal menggunakan theodolite,
waterpass dan roll meter. Setelah pengukuran dilaksanakan, selanjutnya
dilakukan mutual check awal sebagai titik awal dari pelaksanaan pekerjaan.
Kemudian dilanjutkan
dengan pengukuran
lokasi dan
penentuan elevasi galian dan timbunan. Setelah itu, dilakukan pengukuran dan penempatan garis batas pada lokasi galian cutting dan timbunan
sesuai dengan jarak-jarak dan elevasi rencana yang telah ditentukan. b. Pekerjaan Landclearing
Pekerjaan pembersihan landclearing adalah tahapan yang dilakukan untuk menghilangkan lokasi dari puing-puing, gulma, sampah berlumpur
dan bahan lain yang tidak dikehendaki. Pekerjaan landclearing dilakukan secara mekanik dan manual Gambar 44. Cara mekanik Gambar 44.a
dilakukan dengan alat berat buldozer dan excavator untuk menghilangkan sisa-sisa akar, puing-puing, top soil, dan sebagainya dengan cara
digalidikeruk, sedangkan cara manual Gambar 44.b digunakan untuk menebang pohon besar dengan menggunakan parang atau chainsaw.
a Pembersihan lahan secara mekanik
b Pembersihan lahan secara manual
Gambar 44. Pembersihan Lahan
2. Pekerjaan Tanah a. Galian dan Timbunan
Kemudian dilakukan pekerjaan timbunan atau leveling, yaitu penyesuaian level tanah sampai memiliki ketinggian sesuai batas atau patok yang telah
ditentukan. Penggalian dilakukan pada daerah-daerah yang memiliki ketinggian lebih. Galian tersebut kemudian diratakan dan disesuaikan
dengan ketinggianpeil
yang dikehendaki.
Kemudian dilakukan
penimbunan tanah secara bertahap dan merata sesuai dengan batas ketinggian dimana pada tahap akhir pembentukan muka tanah sudah dalam
kondisi padat dan tidak terjadi penyusutan atau penurunan ketinggian Gambar 45.a. Proses pemadatan tanah harus berlangsung secara alamiah
dan tidak diperkenankan menggunakan zat pengeras tanah. Selama dan sesudah pemadatan tanah, tidak diperkenankan adanya air yang
menggenang di atas tanah. Pemotongan tanah cut and fill dilakukan dengan excavator, perataan dan pemadatan tanah menggunakan bulldozer,
pemadatan material galian menggunakan vibro roller dan pengangkutan serta penghamparan menggunakan dump truck. Tanah yang dipakai untuk
menutupi area tanam harus memiliki kualitas yang baik tanah hitam. Namun pada implementasinya, tanah yang digunakan terdiri dari dua jenis,
yaitu tanah galian setinggi 15 cm sebagai dasar, dan tanah humustanah hitam setinggi 20 cm sebagai lapisan atas Gambar 45.b. Ketinggian tanah
hitam merupakan batas minimum perkembangan akar rumput .
a Pembentukan muka tanah dan b Penggunaan tanah hitam
pemadatan
Gambar 45. Pekerjaan Tanah b. Pengelolaan Tanah
Pengelolaan tanah bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanah. Perbaikan kondisi fisik tanah dapat dilakukan dengan penggemburan tanah. Upaya
penggemburan media tanam secara mekanik oleh excavator. Kondisi tanah subur yang diharapkan adalah bertekstur lempung dengan pH 6.5 untuk
kedalaman setinggi 150 cm. Penanaman pohon digali sedalam 80-100 cm. Lapisan top soil ditambahkan kompos dengan perbandingan 1:15, padahal
idealnya menggunakan perbandingan 3:1. Gambar 46 merupakan proses pengelolaan tanah SCR. Tahap pertama dilakukan pelangsiran tanah
humus dari quarry ke area yang dibutuhkan menggunakan dump truck Gambar 46.a. Kemudian tanah humus dialokasikan pada pada area
kanstin Gambar 46.b. Perataan tanah humus secara manual, perataan tanah sampai batas -5 cm dari permukaan kanstin Gambar 46.c. Hasil
akhir top soil yang sudah diratakan dapat dilihat pada Gambar 46.d.
a Pelangsiran tanah humus b Pengalokasian tanah humus
c Perataan tanah humus d Top soil yang diratakan
Gambar 46. Pengelolaan Tanah
5.3.2 Pekerjaan Penanaman
Proses pekerjaan ini memegang peranan penting terhadap keberhasilan pekerjaan softscape. Proses penanaman yang salah akan mengakibatkan periode
stress tanaman yang sangat lama bahkan menyebabkan kematian yang menimbulkan kerugian material dan finansial.
1. Penanaman Pohon Pelaksanaan penanaman yang baik adalah pada saat musim hujan, tetapi
penanaman pada musim kemarau juga diperbolehkan dengan syarat sumber air
yang tersedia mencukupi kebutuhan. Penanaman yang paling ideal dilakukan pada pagi hari sebelum pukul 10.00 WIB atau sore hari setelah pukul 16.00
WIB. Proses penanaman pohon terdiri dari beberapa tahapan, antara lain: a. Pengukuran dan Pematokan
Pengukuran lokasi
dan pematokan
untuk memplotkan
titik-titik penanaman pada lapang sesuai dengan gambar rencana Gambar 47.a.
Titik-titik penanaman ditandai dengan patok yang diberi warna pada ujungnya Gambar 47.b. Titik ini merupakan tanda untuk pekerjaan
penggalian, pengurugan dan penanaman.
a Pematokan titik pohon b Pematokan traffic island
Gambar 47. Pematokan b. Penggalian Lubang Tanam
Seharusnya lubang tanam untuk pohon digali sebesar 1x1x1 meter. Namun pada implementasinya hanya terealisasi 60x60x60 cm pada penggalian
manual tahap I yang menggunakan tenaga manusia Gambar 48.a. Tahap ke II penggalian merupakan alat berat excavator dengan dimensi 1x1x1
meter Gambar 48.b.
a Penggalian secara manual b Penggalian secara mekanik
Gambar 48. Penggalian Tanah untuk Penanaman Pohon c. Pemupukan Tanah
Lubang galian diisi dengan tanah yang sudah diolah, yaitu tanah humus yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1 dan
dibiarkan selama 1 minggu sebelum berlanjut pada proses penanaman. Kemudian tanah galian dicampur kembali dengan pupuk kandang dengan
ukuran 0.043 ±1 karung untuk 1 pohonperdu. Akan lebih baik pada
dasar lubang diberikan 10 gram furadan, sebelum diberi campuran pupuk, namun pada implementasinya hal tersebut tidak dilakukan. Gambar 49
adalah proses pengelolaan tanah sebelum dilakukan penanaman.
a Pupuk kandang b Pencampuran top soil dan
pupuk kandang
c Pendistribusian media tanam d Pelangsiran campuran
Gambar 49. Pengelolaan Tanah d. Penanaman
Bibit tanaman berada dalam kondisi siap tanam dan sudah mengalami masa penyesuaian aklimatisasi. Proses penanaman dimulai dengan
pengangkutan material ke lokasi penanaman Gambar 50.a. Material tanaman diletakkan di sisi lubang tanam, sementara itu lubang tanam diisi
tanah hitam Gambar 50.b. Pada saat pelaksanaan penanaman, bola akar dijaga agar tidak pecah atau mengalami kerusakan, pangkal akar tanah
sejajar dengan permukaan tanah Gambar 50.c dan penegakan batang tanaman dan pemadatan permukaan tanah pada pangkal akar bedengan
agar pada saat hujan tidak ada genangan air yang dapat menyebabkan kebusukan akar Gambar 50.d. Kemudian batang tanaman ditegakkan dan
terakhir dilakukan pemberian steger untuk memperkokoh tegakan tanaman Gambar 50.e. Penstegeran disesuaikan dengan jenis dan tinggi pohon.
a Pengangkutan material b Pengisian lubang tanam dengan
Untuk tanaman palem-paleman dan kelapa gading, steger menggunakan sistem tripot Gambar 50.f.
tanah hitam
c Penanaman pohon d Pembuatan bedengan
e Hasil akhir penanaman
f Penstegeran
Gambar 50. Proses Penanaman Pohon 2. Penanaman Rumput
Rumput Paitan atau Axonopus compressus Gambar 51 ditanam pada median pulau jalan area parkir dan ruang terbuka kawasan. Pekerjaan rumput
ditangani oleh sub kontraktor, namun pelaksanaannya perlu diawasi.
Gambar 51. Rumput Axonopus compressus.
Permukaan tanah yang ditanami rumput sebelumnya digemburkan dan diratakan hingga rapi dan terbebas dari material tidak terpakai. Penggemburan
menggunakan cangkul hingga kedalaman 20 cm. Sebelum tanah ditanam, rumput dicacah dalam bentuk lempengan 20x20 cm dan tebal 3-5 cm. Rumput
ditanam dengan cara dibenamkan ke dalam tanah hingga seluruh akarnya tertimbun. Metode penanaman memakai sistem papan catur zigzag dimana
jarak dari as ke as rumput adalah 10 cm. Setelah rumput selesai ditanam, ditaburkan pupuk kandang di atasnya secara merata setebal 2-3 cm,
dimaksudkan untuk mempercepat proses merapatnya rumput. Kemudian permukaan rumput dipukul secara perlahan hingga akar melekat ke dalam
tanah. Proses perataan permukaan rumput menggunakan permukaan lebar batu bata atau balok kayu. Tahap terakhir yaitu penyiraman dengan air. Setelah dua
minggu kemudian, dilakukan penaburan pupuk urea dan NPK secara merata. Penanaman rumput pada median pulau jalan tertera pada Gambar 52. Adapun
keyplan pekerjaan rumput dapat dilihat pada Gambar 53.
a Penghamparan rumput b Hasil pekerjaan rumput
Gambar 52. Penanaman Rumput Paetan Berdasarkan pengamatan di lapang, secara keseluruhan pekerjaan
penanaman telah dilakukan dengan baik, namun terdapat beberapa tahapan yang tidak dilakukan kontraktor padahal hal tersebut terdapat pada RKS, seperti
pemberian pupuk yang tidak sesuai dengan perbandingan, tidak adanya pemberian furadan pra tanam dan pemberian mulsa pasca tanam. Hal tersebut dilakukan
kontraktor dengan alasan efisiensi biaya. Dampaknya adalah tanaman mengalami masa stress yang panjang, rentan terhadap hama, serta meningkatkan resiko
kematian. Tidak ada tindak lanjut dari MK. Solusi yang dilakukan oleh pelaksana yaitu perawatan yang intensif dan pemantauan secara berkala di lapang.
AREA PEKERJAAN RUMPU
A PEKERJAAN RUMPUT
4000
Gambar 53. Keyplan Pekerjaan Rumput
Sumber: Nindya TWW, JO. 2011. Digambar oleh Pertiwi, 2011
88 117
5.3.3 Pekerjaan Penyempurnaan
Pekerjaan penyempurnaan terdiri dari; 1 perbaikan bahan terpakai berupa tanaman, pemberian steger dan bedengan tanah yang belum sempurna, 2
pemeriksaan tahapan pekerjaan dan penyempurnaan bagian yang belum dilaksanakan, 3 pembersihan lokasi pekerjaan dari kotoran, bahan dan
perlengkapan yang tidak diperlukan lagi.
5.3.4 Pekerjaan Pemeliharaan
Pekerjaan pemeliharaan dilakukan untuk menjamin keberlangsungan hidup tanaman dan menjaga agar hasil pekerjaan tetap sesuai dengan desain
rencana. Pemeliharaan dilakukan sampai masa retensi berakhir yaitu selama enam bulan setelah serah terima proyek. Pekerjaan pemeliharaan terdiri dari:
1. Pekerjaan Penyiraman Kontraktor melakukan penyiraman dengan cara menggunakan genset untuk
menyedot air dari rawa atau parit yang terletak di sekitar SCR. Air tersebut ditampung ke dalam tangki yang diangkut menggunakan mobil pick up
Gambar 54.. Kemudian air tangki tersebut disalurkan ke tempat penampungan berupa drum-drum yang banyak tersebar di kawasan. Untuk
penyiraman pohon diambil dari tempat penampungan menggunakan ember. Adapun pengambilan air dengan mobil pick up dilakukan sebanyak empat rit,
yaitu dua rit untuk penyiraman pagi hari pukul 08.00-10.00 WIB dan dua rit untuk keperluan penyiraman sore hari 15.00-17.00 WIB. Frekuensi
penyiraman disesuaikan dengan keadaan iklim, jika hari hujan lebat maka penyiraman hari itu ditiadakan untuk menghindari keadaan jenuh air yang
dapat menyebabkan busuk akar ataupun rentan terhadap penyakithama.
Gambar 54. Pekerjaan Penyiraman
Permasalahan yang sering dialami terkait kendala teknis, misalnya genset yang hendak dipakai dalam keadaan tidak siap pakai, bensin habis, selang
bocor, atau mesin yang belum diservis. Selain itu sumber air yang dipakai diragukan kualitasnya. Dikhawatirkan air sudah tercampur dengan limbah
bahan-bahan kimia dari material konstruksi seperti semen, logam, minyak dan sebagainya yang tidak baik untuk tanaman.
Kegiatan penyiraman ini cukup memakan waktu yang lama karena tidak adanya titik-titik kran air pada kawasan, namun tidak ada tindak lanjut dari
konsultan ataupun MK. Titik-titik air hendaknya diantisipasi oleh konsultan perencana untuk memudahkan penyiramanpemeliharaan softscape pada masa
yang akan datang. Penggunaan alat berat seperti truk tangki tidak memungkinkan karena adanya pekerjaan pemasangan paving.
2. Pekerjaan Pemupukan Pemupukan anorganik dilakukan untuk mempercepat proses pertumbuhan.
Pemupukan dilakukan dengan ketentuan pemakaian pupuk NPK dengan konsentrasi N lebih besar 2-1-1.5 untuk perdu berdaun indah, sedangkan
untuk perdu berbunga indah dipakai NPK dengan konsentrasi P lebih besar 4- 5-3. Cara pemberian pupuk berbeda-beda tergantung jenis tanaman, yaitu
untuk pohon dan perdu pupuk dimasukkan ke dalam lubang melingkar dibawah tajuk sebanyak 0.20-0.25 kg pertanaman. Pemberian pupuk
dilakukan 1 bulan sekali setelah penanaman selama 3 bulan masa pemeliharaan, dan selanjutnya 3 bulan sekali.
3. Pekerjaan Penyiangan dan Pendangiran Pekerjaan ini meliputi pekerjaan penggemburan dan pembersihan tanah dari
gulma. Alat yang digunakan berupa garpu kecil sebagai alat penggaruk tanah, pisau kebun dan cangkul. Penyiangan dilakukan dua kali selama masa
pemeliharaan. 4. Pekerjaan Penyemprotan HamaPenyakit
Pencegahan dan pemberantasan hama dilakukan dengan penyemprotan, penaburan insektisida dan fungisida. Pekerjaan ini dilakukan untuk menjaga
tanaman dari kerusakan maupun terhambatnya pertumbuhan. Penyemprotan dilakukan dua kali selama masa pemeliharaan.
5. Pekerjaan Pemangkasan Dilakukan
untuk mengendalikan
pertumbuhan yang sudah
liar dan menimbulkan bentuk yang tidak diinginkan. Pemangkasan dilakukan satu kali
sebulan pada masa pemeliharaan. Pemangkasan rumput dilakukan pada saat usia penanaman mencapai 3-4 minggu.
6. Pekerjaan Penyulaman Penanaman kembali tanaman yang mati akibat perubahan media tanam, cuaca,
adaptasi, atau akibat kelalaian pelaksana baik pada saat penanaman atau pada masa pemeliharaan. Tanaman yang mati harus diganti dengan jenis dan
dimensi yang sama. 7. Pekerjaan Pemeliharaan I Pertama
Dilakukan selama 6 bulan atau sampai terlihat kondisi tanaman tersebut dalam keadaan baik. Kegiatan pemeliharaan diintensifkan karena terdapat lebih dari
lima pohon trembesi Samanea saman yang terjangkit oleh hama ulat. Kemungkinan hama tersebut terbawa pada saat serah terima material softscape
ke lokasi proyek. Solusi yang dilakukan, yaitu diadakan pemberantasan hama secara mekanik diambil dengan cara manual dan kimiawi penyemprotan
dengan pestisida. Pemberantasan hama dilakukan secara intensif untuk mencegah agar tidak menyebar ke tanaman lainnya.
Total pohon yang sudah tertanam pada akhir Agustus 2011 sebanyak 577 pohon, yaitu di 261 pohon kawasan Utara dan 316 pohon Selatan. Pada umumnya,
hasil pekerjaan penanaman pohon dapat dikatakan cukup baik karena persentase hidup tanaman mencapai 98 pasca tiga bulan setelah dilakukan penanaman,
terdapat 12 pohon Palem Putri yang mati akibat buruknya drainase. Akibat kelalaian kontraktor yang kurang mengantisipasi adanya genangan air, maka
tanaman yang mati ditanggung dan digantikan oleh pihak kontraktor. Adapun dari hasil kerja penanaman rumput yang dilakukan oleh sub kontraktor belum bisa
dikatakan memuaskan jika dilihat dari persebaran warna, kerapatan, dan kerapihan permukaan rumput yang kurang seragam. Setelah mendapatkan teguran dari
supervisor, kemudian sub kontraktor rumput melakukan perbaikan untuk
meningkatkan kualitas hasil pekerjaan rumput seperti penyulaman, penyiraman dan perawatan yang intensif serta meningkatkan pemantauan terhadap para
pekerjanya. Kekurangan lain pada pekerjaan softscape yaitu berdasarkan kualitas visual, tanaman dikatakan kurang baik karena tinggi untuk masing-masing jenis
tanaman tidak seragam. Berdasarkan spesifikasi teknis seharusnya tanaman memiliki tinggi batang minimal 2 meter tidak termasuk tinggi tajuk, namun pada
kenyatannya ada beberapa tanaman khususnya palem-paleman yang memiliki tinggi lebih dan kurang dari itu. Gambar 55 merupakan hasil akhir pekerjaan
penanaman pohon dan rumput pada traffic island di Kawasan Selatan Zona 1.
Gambar 55. Hasil Akhir Pekerjaan Softscape
5.4 Pekerjaan
Hardscape
Pada pelaksanaan pekerjaan hardscape, penulis sekedar mengamati proses pelaksanaannya secara visual, yaitu pada pekerjaan area parkir dan pekerjaan
pagar. Maka untuk mempermudah pemahaman mengenai tahapan ini, akan lebih banyak digunakan dokumentasi foto selama pelaksanaan berlangsung.
5.4.1 Pekerjaan Area Parkir
Sebagai pusat aktivitas, SCR ditunjang dengan fasilitas parkir untuk kendaraan jenis mobil dan motor. Tempat parkir kendaraan pada kawasan SCR
berbentuk parkir tegak lurus perpendicular. Keyplan dan detail construction pekerjaan paving area dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 9.
5.4.1.1 Fabrikasi P aving Block dan Cansteen
Untuk pengadaan material paving block, kontraktor memilih untuk mendatangkan mesin fabrikasi paving untuk produksi massal Gambar 56.
Fabrikasi paving membutuhkan ruang yang cukup luas, sehingga ditempatkan di kawasan Utara. Material yang digunakan untuk pembuatan paving block adalah
semen, mortar dan air. Adapun fabrikasi kansteen dilakukan secara tradisional menggunakan alat-alat pencetak dari kayu dan tuas yang telah dirakit.
Gambar 56. Mesin Fabrikasi Paving Block Proses fabrikasi kansteen dimulai dengan dimasukkannya mix beton ke
dalam cetakan kansteen menggunakan gerobak Gambar 57.a, kemudian mix beton dibiarkan sampai mengering. Setelah mix beton mengering lalu diangkat
dengan tuas dan siap digunakan Gambar 57.b
a Proses pencetakan mix beton b Hasil cetakan mix beton
Gambar 57. Proses Fabrikasi Kansteen
5.4.1.2 Proses Pelaksanaan Pekerjaan Area Parkir
Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan secara bertahap, yaitu dimulai dari zona selatan, kemudian berlanjut ke zona utara. Pada pelaksanaan pekerjaan area
parkir di kawasan selatan, penulis dapat melihat secara langsung pengerjaan paving
secara keseluruhan, mulai dari persiapan lahan sampai dengan finishing. Urutan tahapan pekerjaan area parkir sebagai berikut:
1. Pekerjaan Persiapan
Tahap awal pelaksanaan pekerjaan paving dimulai dengan pengukuran dan dilanjutkan dengan pekerjaan timbunan. Pekerjaan ini terdiri dari:
a. Pengukuranstaking out Staking out
dilakukan untuk pengecekan bench mark di lapangan untuk memastikan bahwa kondisi, titik koordinat, elevasi dan dimensi telah benar
sesuai shop drawing. Untuk mempermudah pelaksanaannya, digunakan
benang sebagai acuan bentuk dan acuan level dari curb. Permukaan tanah merupakan base bagi struktur dan pondasi paving.
b. Pekerjaan timbunan tanah bertujuan untuk penyesuaian elevasi tanah. Dilaksanakan secara mekanik dengan alat berat. Perataan timbunan tanah
menggunakan motor grader Gambar 58.a, sedangkan pemadatan tanah menggunakan vibro roller Gambar 58.b.
a Perataan timbunan tanah b Pemadatan tanah
Gambar 58. Pekerjaan Persiapan 2.
Pekerjaan Struktur Paving Mesin yang digunakan adalah: mesin fabrikasi paving, vibrating plate,
gerobak dorong dan cone block cutter. Material yang digunakan untuk pekerjaan pondasi paving adalah sirtu dan pasir urug. Tahapan pekerjaan struktur paving
dijelaskan sebagai berikut: a. Penghamparan material untuk pondasi paving block.
Sirtu digunakan sebagai sub base pondasi paving, dimobilisasi menggunakan dump truck
Gambar 59.a, kemudian sirtu dihampar menggunakan motor grader
lapis per lapis sesuai dengan garis kelandaian Gambar 59.b. Lalu sirtu diratakan sampai memiliki elevasi yang telah ditentukan Gambar 59.c.
Hamparan sirtu dipadatkan menggunakan vibro roller Gambar 59.d.
a Pelangsiran sirtu b Penghamparan sirtu
c Perataan sirtu d Pemadatan sirtu
Gambar 59. Proses Pembuatan Pondasi Paving b. Pemasangan Cone Block
Pekerjaan pemasangan terdiri dari pemasangan kansteen dan dilanjutkan dengan pemasangan paving block. Tahap awal dimulai dengan pemasangan
benang sebagai pembatas, selanjutnya dilakukan pemasangan kansteen secara manual Gambar 60.a. Pada bagian dan jarak tertentu dipasang kansteen yang
telah dipotong di bagian tengahnya sebagai lubang drainase air limpasan Gambar 60.b. Di atas sirtu dihamparkan pasir urug sesuai dengan ketinggian
benang yang dijadikan acuan kemudian permukan pasir urug diratakan secara manual Gambar 60.c. Pemasangan paving mengikuti sistem papan
caturtepas Gambar 60.d.
a Pemasangan kansteen b Kansteen khusus drainase
c Perataan permukan pasir urug d Pemasangan paving
Gambar 60. Proses Pemasangan Cone Block Pondasi kansteen menggunakan mortar dengan perbandingan campuran
semen:pasir = 1:3 dan dipasang dengan ketebalan 3 cm. Untuk nat antar
kansteen digunakan spesi yang sama dengan ketebalan 1.5 cm. Dalam
pemasangan kansteen hasil akhir harus rata tidak boleh ada sebagian yang menonjol ataupun turun diantara unit kansteen di sekitarnya.
3. Pekerjaan Finishing Paving Setelah Cone block terpasang rapi, kemudian ditaburkan sirtu diatas
permukannya. Selanjutnya taburan sirtu disapukan agar memenuhi celah antar cone block
sebagai nat Gambar 61.a, tahapan terakhir dilakukan pemadatan menggunakan vibrating plate Gambar 61.b.
a Pengisian nat antar paving b Pemadatan paving
Gambar 61. Pekerjaan Finishing Paving Hasil pekerjaan area parkir menunjukkan terdapat perbedaan antara
gambar rencana dengan shop drawing atas persetujuan MK. Pada gambar rencana, kapasitas parkir kendaraan yang dapat ditampung pada kawasan Utara dan Selatan
berjumlah 1460 mobil dan 545 motor, namun gambar rencana tersebut tidak dapat diaplikasikan karena tidak sesuai dengan hasil data survai. Kemudian diadakan
adjustment terhadap data tapak terbaru sehingga pada shop drawing, kapasitas
yang dapat ditampung kawasan Utara dan Selatan menjadi 1011 mobil dan 430 motor. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut antara lain:
setelah diadakan survai terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan keadaan sebenarnya pada lapang, misalnya pada gambar rencana tidak tertera
pohon eksisting padahal pada keadaan sebenarnya terdapat banyak pohon eksisiting yang tidak diizinkan ditebang oleh owner, sehingga luasan parkiran
otomatis berkurang. Selain itu pada gambar rencana tidak ada detail mengenai jenis paving yang akan digunakan pada area parkir. Adapun dalam shop drawing,
spesifikasi jenis paving diperinci. Terdapat tiga jenis paving block yang diproduksi, yaitu paving block jenis segi enam atau heksagonal Gambar 62.a,
paving block jenis bergerigi Gambar 62.b dan grass block Gambar 62.c.
Penempatan masing-masing jenis ini akan diimplementasikan pada lahan parkir, trotoar dan halaman stadion.
a Paving block heksagonal b Paving block bergerigi
c Grass block
Gambar 62. Jenis Paving Block Berdasarkan Bentuk Kendala yang mempengaruhi pelaksanaan pakerjaan paving adalah cuaca yang
buruk. Pada saat musim hujan terjadi genangan pada beberapa spot area parkir SCR. Genangan air yang berkepanjangan berpotensi mempercepat kerusakan
struktur dan material paving. Menghadapi ketidaksempurnaan pekerjaan paving, tidak ada tindak lanjut dari pihak kontraktor maupun MK. Gambar 63 merupakan
hasil akhir pekerjaan area parkir pada Kawasan Utara Zona 2.
Gambar 63. Hasil Akhir Pekerjaan Area Parkir
5.4.2 Pekerjaan Pagar
Pekerjaan ini dilaksanakan secara manual dengan tenaga manusia, dilakukan sepanjang batas tapak pada kawasan SCR. Penyelesaian pekerjaan
pagar dilakukan secara bertahap dari zona A lalu berlanjut ke zona B, C dan seterusnya. Keyplan, shops drawings dan tampak depan pagar dapat dilihat pada
Lampiran 10 dan Lampiran 11. Adapun detail construction pagar dapat dilihat pada Lampiran 12
5.4.2.1 Fabrikasi Pembesian Teralis Besi Pagar
Untuk menekan biaya proyek, kontraktor memproduksi sendiri pagar besi yang akan digunakan. Gambar 64 merupakan workshop fabrikasi besi. Sebaiknya
penempatan fabrikasi besi diperhitungkan agar tidak berdekatan dengan kantor direksi, karena menimbulkan kebisingan yang mengganggu kenyamanan staf.
Gambar 64. Fabrikasi Teralis Besi Pagar
5.4.2.2 Proses Pelaksanaan Pekerjaan Pagar
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan pagar, yaitu: cangkul, genset, las besi, ember, gerobak, kuas cat dan concrete mixer. Material yang dibutuhkan:
mix beton, air, pasir, batu alam, cat tembok, cat besi, batu bata, besi, papan
multiplek setebal 9 mm. Penjelasan mengenai tahapan pekerjaan sebagai berikut: 1.
Pekerjaan Persiapan Persiapan diawali dengan pengukuran jalur pagar Gambar 65.a dengan
cara penarikan benang pada titik-titik yang telah ditandai di atas bouwplank Gambar 65.b, dilanjutkan dengan galian tanah secara manual Gambar 65.c.
a Pengukuran jalur pagar b Penandaan bowplank
c Galian tanah
Gambar 65. Pekerjaan Persiapan Pagar 2.
Pekerjaan Struktur Pagar Pekerjaan pagar secara umum dilaksanakan secara manual, namun
penggunaan alat mekanik tetap diperlukan dalam pembuatan mix beton. Proses
pekerjaan pagar Gambar 66 dimulai dengan pemancangan kayu pada titik-titik kolom pagar sesuai jarak yang ditentukan Gambar 66.a, kemudian dilakukan
pembuatan lantai kerja untuk pondasi Gambar 66.b, selanjutnya pada as kolom pagar dibuat pondasi telapak. Pengerjaan pondasi telapak dan sloof dapat
dikerjakan bersamaan, diawali dengan pemasangan bekisting pada garis-garis posisi kolom dan pemasangan rakitan besi Gambar 66.c. Pengecoran dilakukan
setelah mendapat persetujuan dari direksi. Pengecoran dibantu dengan concrete vibrator
secara periodik agar didapatkan hasil beton yang padat. Hasil pengecoran dapat dilihat pada Gambar 66.d. Lalu dilakukan pemasangan batu bata sesuai
dengan ukuran gambar kerja Gambar 66.e. Dilanjutkan dengan plesteran dan pasangan batu alam serta pemasangan pagar besi bermotif pada struktur pagar
yang telah selesai dikerjakan Gambar 66.f. Penggabungan antara pagar besi dengan struktur pagar agar ditutup kembali dengan adukan beton.
a Pemancangan kayu pada titik b Pembuatan lantai kerja
kolom
a Pembuatan pondasi telapak b Pengecoran
c Pemasangan batu bata d Plesteran dan pemasangan pagar
Gambar 66. Proses Pelaksanaan Pekerjaan Pagar
Beton adalah elemen konstruksi yang terbuat dari campuran semen, pasir, batu, dan air. Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan
yang berlaku SNI03 – 2847 Tahun 2002. Sebelum pekerjaan pengecoran dilaksanakan, perlu dilakukan Trial Test dan Mix Design, yaitu uji awal sebelum
pengecoran dilaksanakan. Pengujian bertujuan untuk mengetahui takaran sesuai dengan mutu beton yang disyaratkan dan dipakai sebagai acuan untuk
pelaksanaan pekerjaan beton struktur. a. Pengujian Sifat Fisik
Perlu dilakukan pengujian sifat fisik beton melalui uji slump atau slump cone test
dengan menggunakan kerucut Abrams. Tujuannya untuk mengetahui mutu adukan beton dalam hal ini jumlah volume airnya, menjaga konsistensi
perbandingan air dan semen sehingga didapat mutu beton yang disyaratkan. Proses pengujian = adukan beton dimasukkan ke dalam kerucut Abrams
Gambar 67.a. Lalu ditusuk-tusuk dengan batang baja berdiameter 16 mm sebanyak 25 kali. Proses penusukkan dilakukan bertujuan untuk pemadatan
adukan beton agar tidak ada gelembung udara pada adukan beton. Kemudian permukaan atas diratakan dengan bibir atas kerucut. Mix beton dikeluarkan
dengan cara pegangan kerucut ditekan lalu kerucut diangkat ke atas Gambar 67.b. Turunnya puncak kerucut adukan beton disebut slump Gambar 67.c.
Selanjutnya penurunan slump yang terjadi dicatat. Slump minimum dan maksimum dari beton harus berkisar 15-25 cm. Pengujian ini dilaksanakan di
lokasi pekerjaan.
a Pemasukkan mix beton ke b Pengeluaran mix beton
c Pengukuran slump kerucut Abrams
Gambar 67. Pengujian Sifat Fisik Mix Beton b. Pengujian Sifat Mekanik
Pengujian sifat mekanik beton dilakukan dengan pengujian kuat tekan beton Gambar 68. Pembuatan cetakan beton dilakukan di lapang, sedangkan
nilai dari kuat tekan beton didapatkan dari laboratorium konstruksi beton.
Pembuatan mix beton kubus sebanyak 6 buah dicetak dalam cetakan kubus 15x15x15 cm, kemudian biarkan sampel mix beton selama 7 dan 28 hari Gambar
68.a. Dilakukan test uji tekan beton pada mesin tekan pada umur 7 dan 28 hari Gambar 68.b. Mesin tekan dioperasikan dengan cara pemberian beban yang
konstan antara 2-4 kgcm² per detik. Pembebanan ini dilakukan sampai benda uji hancur kemudian beban maksimum yang terjadi dicatat Gambar 68.c.
Sebelum pekerjaan pengecoran dinding beton dilaksanakan, dibuat suatu cetakan bekisting yang terbuat multiplek dengan ketebalan 9 mm, berkualitas baik
dan tidak pecahbocor. Bekisting dan besi yang sudah terpasang dibersihkan dari kotoran dan sampah lainnya dengan disiram air menggunakan air compressor.
Sebelum pengecoran dilakukan bekisting dilumuri mould oil hingga rata. Kebocoran bekisting telah dicek dan disumbat, kemudian sambungan pengecoran
sebelumnya telah disiram dengan calbond atau air semen. Pemasangan bekisting harus kuat dan dipastikan pada saat dilakukan pengecoran tidak mengalami
perubahan bentuk ataupun jebol. Penguatan bekisting dapat dilakukan dengan menggunakan kayu kaso sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lapang.
Pengecoran dilakukan menggunakan truck mixer yang kemudian didistribusikan ke titik lokasi dengan bantuan talang cor atau gerobak dorong secara manual.
Tinggi jatuh beton tidak boleh lebih dari 1.5 m untuk mencegah segregasi beton.
a Pembuatan mix beton b Test uji tekan beton
c Pencatatan beban maksimum
Gambar 68. Pengujian Sifat Mekanik Mix Beton 3.
Pekerjaan Finishing Tahapan pekerjaan finishing dapat dilihat pada Gambar 69. Pada tahap ini
dilakukan = pemberian ornamen pada dinding pagar sesuai gambar Gambar 69.a dan pembersihan teralis besi serta pengecatan struktur pagar dan besi spesifikasi
yang telah ditentukan Gambar 69.b. Gambar 69.c merupakan hasil akhir pekerjaan pagar pada Kawasan Selatan, namun belum dilakukan pekerjaan
penyempurnaan yaitu pengecatan dan pemasangan batu alam. Ilustrasi hasil
finishing pekerjaan pagar kawasan SCR dapat dilihat pada Gambar 69.d. Pada
pelaksanaan pekerjaan pagar di zona A, penulis dapat melihat secara langsung pengerjaan pagar dari tahap awal sampai pekerjaan struktur pagar.
a Pemberian ornamen b Pengecatan struktur pagar
c Hasil pekerjaan pagar d Ilustrasi pagar
Gambar 69. Pekerjaan Finishing Pagar Pekerjaan pagar mengalami keterlambatan dua bulan dari rencana
pelaksanaan karena masalah pengadaan tenaga kerja yang sulit. Dalam pembuatan pagar diperlukan tenaga ahli las besi. Untuk mengejar keterlambatan, supervisor
pagar mengadakan kerja lembur. Selain itu, terdapat perubahan antara gambar rencana dengan realisasi. Perubahan batas pagar terjadi pada pagar di kawasan
selatan dan utara yang dimundurkan sejauh 1.5 meter dikarenakan adanya pelebaran Jalan Caltex dan Jalan Paus sehingga pagar dimundurkan 2 meter dari
batas tapak. Perubahan ini menyebabkan letak saluran drainase yang awalnya berada di dalam pagar menjadi berada di luar pagar. Adapun pagar di kawasan
barat tidak ada perubahan dengan letak saluran drainase yang tetap berada di dalam pagar, sedangkan pekerjaan pagar di kawasan timur belum dilaksanakan.
Perbedaan tersebut terletak pada penggunaan spesifikasi material seperti jenis batu, warna cat teralis besi dan warna cat dinding pagar. Spesifikasi material
finishing pagar permanen antara lain = cat tembok merk Nippon Paint kode PRO
0256 Dimitry White, cat besi warna hitam dan emas merk Syncromate, batu alam pada kolom bermotif dan batu alam pada pasangan bata kode Purwakarta.
Peng ur
anga n
k u
ant itas
Ku ran
gny ai
nf or
masi fisi
k-b iofi
sik
ta p
ak
K eter
amp il
an j
um lah
p ekerjakurang
Pr o
fes ioa
n al
is me
Up ah
5.5 Permasalahan dan Potensi pada Pelaksanaan Proyek Penataan
Kawasan Sport Center Rumbai
Setelah penulis mengikuti tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan penataan kawasan SCR, ditemukan beberapa permasalahan yang muncul dalam
pelaksanaan proyek penataan kawasan SCR. Permasalahan ini terkait dengan pelaksanaan pekerjaan lanskap pada proyek Penataan Kawasan Sport Center
Rumbai mancakup manajemen proyek, pekerjaan studio, serta pelaksanaannya di lapang. Secara umum pengidentifikasian masalah ini lebih terfokus kepada
pekerjaan softscape. Penulis
mencoba merumuskan
permasalahan yang
terjadi pada
pelaksanaan proyek penataan kawasan SCR, terutama pada pelaksanaan pekerjaan lanskap. Dalam merumuskan masalah, digunakan salah satu metode TQM atau
Total Quality Management , yaitu diagram sebab akibat atau fish bone diagram
Heizer, J. dan Render, B. 2006. Diagram sebab akibat dapat dilihat pada Gambar 70.
SEBAB Bahan
baku
Mutu bahan kurang
Metode
Tidak ada instruksi kerja tertulis
memenuhi standar Tidak sesuai spesifikasi
Jam kerja produktif kurang Koordinasi antar penanggung
jawab pekerjaan lemah Kurangnya prestasi
gairah kerja Shop drawings
tidak konsisten
Perencanaan yang kurang matang
Beberapa peralatan yang masih tradisional
Mesin dalam keadaan tidak siap pakai
Pengadaan alat yang memakan waktu lama
AKIBAT
- Keterlambatan waktu
- Kerugian biaya - Mutu kurang
terjamin
Manusia AlatMesin
Gambar 70. Diagram Sebab Akibat
Sumber: analisis Pertiwi, 2011 mengacu pada Total Quality Management model Heizer, J. dan Render, B. 2006
Diagram sebab-akibat menunjukkan hubungan antara suatu masalah dan kemungkinan penyebabnya dan berguna untuk pengumpulan berbagai faktor
sebab dominan atas permasalahan yang terjadi sehingga mempengaruhi suatu hasil. Penyebab tersebut terdiri dari: bahan baku, metode, manusia dan mesin.
Dari diagram di atas, permasalahan yang terjadi disebabkan: 1. BahanMaterial
Terdapat pengurangan material yang tidak sesuai dengan spesifikasi, baik dari segi volume maupun standar mutu, sehingga kualitas akhir yang diharapkan
tidak tercapai. Contohnya pada pelaksanaan pekerjaan softscape, terdapat pengurangan kuantitas pupuk pada pekerjaan penanaman pohon, tidak
digunakannya furadan sebelum penanaman dilakukan, serta penggunaan material top-soil yang berkualitas sub standar.
2. Metode Pada proses konstruksi, kejelasan instruksi merupakan hal yang penting.
Sayangnya, tidak ada metode kerja tertulis yang dijadikan acuan oleh pelaksana lapang. Para pelaksana secara langsung melakukan instruksi di
lapang berdasarkan pengalaman kerja yang telah mereka dapatkan pada proyek-proyek sebelumnya. Padahal metode kerja yang tertulis dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi keberhasilan proyek dan penentu pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. Metode kerja perlu
diadakan secara tertulis, dapat berbentuk flow chart diagram. Tidak adanya titik-titik air untuk pekerjaan penyiraman softscape membuat
pekerjaan pemeliharaan softscape menjadi tidak efektif dan banyak menyita waktu. Disarankan agar membuat titik-titik sumber air pada area kawasan.
3. Sumber Daya Manusia Kurangnya tenaga kerja dari segi jumlah maupun kualitas, rendahnya jam
kerja efektif pekerja taman dikarenakan faktor cuaca Rumbai yang panas, serta rendahnya upah kerja harian Rp 50.000,00. Penyebab-penyebab tersebut
dapat menurunkan
prestasigairah kerja.
Hal ini
berdampak pada
keterlambatan pekerjaan. Selain itu sering kali pekerja lokal menuntut kisaran upah yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan produktifitas kerja yang baik.
Preman di sekitar Kawasan dijadikan sebagai potensi untuk dijadikan tenaga harian atau tenaga security untuk menjaga keamanan proyek.
4. MesinAlat Gudang bertanggung jawab atas pengadaan alatbahan yang dibutuhkan
pelaksana lapang. Sering kali dalam pengadaan suatu material membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu 3-4 hari dan itu cukup menunda pekerjaan yang
menyebabkan keterlambatan. Mesin atau alat yang hendak digunakan sering kali dalam keadaan tidak siap pakai sehingga mengulur waktu pelaksanaan,
misalnya genset penyedot air, lampu sorot untuk pekerjaan lembur. Faktor-faktor penyebab atau akar dari permasalahan apabila tidak
terantisipasi sejak awal akan mengakibatkan kerugian bagi pihak kontraktor maupun para stakeholder terkait. Berikut merupakan akibat dari permasalahan
yang terdapat pada proyek SCR: 1. Keterlambatan waktu
Terdapat perbedaan waktu antara realisasi aktual dengan rencana. Setelah diakumulasi mulai dari awal pelaksanaan proyek sampai penulis selesai
magang Desember 2010 - Agustus 2011, deviasi keterlambatan proyek sebesar -5.933. Deviasi normal adalah dibawah 5 , apabila sudah lebih
dari itu diperlukan adanya SCM Show Cause Meeting, yaitu rapat ketegasan dari owner terhadap kontraktor. Dalam perjanjian kontrak, disebutkan bahwa
owner akan memutus kontrak dengan pihak kontraktor apabila deviasi atau
keterlambatan proyek mencapai 20. 2. Kerugian biaya
Penulis tidak dapat menampilkan kerugian biaya yang diderita kontraktor karena merupakan hal yang tidak dapat dipublikasikan. Namun apabila
diidentifikasi dari berbagai keterlambatan pekerjaan dapat dipastikan bahwa memberi dampak negatif pada penggunaan biaya yang melebihi alokasi biaya.
Keterlambatan suatu pekerjaan tidak hanya berimbas pada keterlambatan pekerjaan lainnya dan penambahan waktu saja, tapi juga menyebabkan biaya
tambahan dikarenakan pengadaan pekerjaan tambahan, penambahan alat dan mesin, penambahan jumlah tenaga kerja dan lembur untuk mengejar
keterlambatan. Selain itu, adanya pekerjaan bongkar-pasang dan re-work memicu pembengkakan biaya.
3. Mutu kurang terjamin Kualitas adalah suatu kondisi dimana proyek telah sesuai dengan spesifikasi
teknis baik secara fungsi maupun penampakan fisik. Dimensi mutu mencakup: performa, keandalan reliability dan daya tahan durability. Dari hasil
wawancara dengan pelaksana pekerjaan paving didapatkan bahwa pelaksana atau supervisor mengakui pekerjaan yang dilakukan kurang maksimal, baik
dalam proses pengerjaannya maupun bahan yang digunakan. Pada pekerjaan paving
dalam jangka pendek sudah terlihat adanya kerusakan. Ditemukan beberapa spot dimana terdapat celah yang terlalu renggang antar paving block
yang satu dengan yang lain sehingga menyebabkan permukaan menjadi tidak rata. Ketidaksempurnaan ini akan menyebabkan spot tersebut tergenang ketika
terjadi hujan. Genangan air yang intensif dapat berpotensi merusak struktur paving
. Kerusakan tersebut tidak hanya merusak spot tersebut, namun dapat berpengaruh terhadap gaya ikat antar paving secara agregat. Pada pekerjaan
pagar tidak ada permasalahan yang berarti terkait dengan mutu. Adapun pada pekerjaan softscape, material yang digunakan kurang baik sehingga
mempengaruhi kualitas hasil pekerjaan secara keseluruhan, yaitu tanah humus yang kurang baik, campuran pupuk yang kurang memadai, material tanaman
yang sudah terjangkit hama pada awal pengangkutan serta tinggi tanaman yang kurang seragam. Pada pekerjaan paving dan pagar, tidak ada tindak
lanjut dari MK dan supervisor, namun pada pekerjaan softscape, supervisor berupaya untuk menanggulangi hama dengan penyemprotan pestisida,
memperbaiki kualitas tanaman dengan pemberian pupuk dan penyiraman yang teratur. Penggunaan material yang kurang berkualitas berpengaruh pada mutu
pekerjaan, ada pun tugas supervisor hanyalah mengawasi pekerja di lapang agar mengikuti metode kerja yang telah ditetapkan, namun kebijakan dalam
memutuskan bahan.material yang digunakan merupakan tanggung jawab pembuat kebijakan.
Keberhasilan proyek dipengaruhi oleh baik tidaknya manajerial proyek. Kegiatan evaluasi proyek dilakukan pada setiap tahap mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan pasca-pelaksanaan. Evaluasi kinerja berguna untuk memperoleh masukan mengenai perkembangan pelaksanaan proyek, apakah tujuan telah sesuai
dengan sasaran kinerja atau tidak. Kemudian dilakukan perbandingan antara kondisi riil terhadap standar. Standar yang dapat digunakan untuk menilai
parameter keberhasilan suatu proyek. menurut Soeharto 1995 antara lain: a. Kriteria pengendalian proyek yang efektif, yaitu:
- tepat waktu dan peka terhadap penyimpangan
- bentuk tindakan yang diambil tepat dan benar
- mampu mengkomunikasikan masalah dan penemuan
- memberikan petunjuk berupa perkiraan hasil pekerjaan yang akan datang
b. Adapun kriteria pengendalian proyek yang tidak efektif, yaitu: -
tidak memahami karakteristik proyek secara menyeluruh, antara lain keadaan fisik dan biofisik tapak, peserta organisasi yang kompleks, lokasi
kegiatan, metode komunikasi dan koordinasi. -
kualitas informasi yang tidak tepat pada waktunya, sumber informasi yang tidak valid, menyimpulkan informasi menjadi suatu laporan yang
terkonsolidasi Tolak ukur dari penentu keberhasilan suatu proyek adalah tercapai atau
tidaknya tujuan goal. Tujuan pada kegiatan pelaksanaan, yaitu menyelesaikan proyek tepat waktu, sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, dan berkualitas
baik serta terpenuhi kepuasan klien. Dari beberapa kriteria yang telah didapatkan, penulis menyimpulkan bahwa pelaksanaan pekerjaan dan pengelolaan proyek
Penataan Kawasan SCR secara keseluruhan sudah cukup baik. Berdasarkan kegiatan pelaksanaan di lapang, penulis mengukur efektifitas pekerjaan atas dasar
kualitas dan waktu. Adapun mengenai efektivitas penggunaan biaya, penulis tidak dapat menjelaskan karena tidak memiliki data terkait. Dari segi jadwal, walaupun
pada awal pelaksanaan proyek terdapat deviasi keterlambatan yang cukup mengkhawatirkan -10.05 , namun seiring dengan waktu kontraktor dapat
mengejar keterlambatan sehingga deviasi berhasil ditekan menjadi -5.94. Hal ini membuktikan bahwa kualitas sistem informasi sudah cukup baik, sehingga
tindakan koreksi yang diambil tepat dan menyelesaikan masalah. Apabila metode pemecahan masalah ini dipertahankan dan dikembangkan dengan baik, besar
kemungkinan kontraktor akan mampu mengejar keterlambatan hingga normal. Selanjutnya, berdasarkan kualitas, terdapat beberapa pekerjaan yang hasilnya
kurang memuaskan. Faktor kualitasmutu dipengaruhi oleh aplikasi metode kerja serta penggunaan bahan dan alat. Kekurangan kontraktor terletak pada kelalaian
dalam memahami karakteristik aspek biofisik dan fisik, khususnya tanah sehingga kualitas pekerjaan softscape kurang maksimal.
Keunggulan dari manajemen proyek Nindya-TWW Jo, yaitu solidnya tim organisasi kerja. Kekompakan team work tercipta dari rutinitas-rutinitas formal
seperti pengadaan apel pagisafety talk dan kebersamaan dalam kegiatan non- formal seperti olahraga rutin yang dilaksanakan setiap akhir pekan. Kekompakan
tim dapat menciptakan atmosfir kerja yang positif, sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan loyalitas pekerja. Disamping keunggulan, terdapat kelemahan
yaitu masalah kedisplinan kerja. Perlu diadakan perbaikan dan monitoring yang kontinyu untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk meningkatkan kepuasan
klien, kinerja kontraktor masih dapat diperbaiki, di antaranya dengan cara menjadikan keluhan dan kritikan sebagai saran yang membangun. Perlu diingat
bahwa faktor kepuasan tidak hanya didapat selama proses konstruksi berlangsung namun terlebih akan dirasakan pada saat serah terima terlaksana.
5.6 Strategi dan Tindakan Koreksi
Permasalahan yang ditemukan pada pelaksanaan proyek perlu dianalisis sebagai umpan balik agar perencanaan proyek selanjutnya dapat lebih baik.
Umpan balik tersebut berguna untuk memperbaiki dan meminimalisir masalah yang berpengaruh pada waktu pelaksanaan proyek.
1. Dari Segi Manajerial dan Administrasi a. Metode
- proses berfikir lengkap merencana dan melaksana adalah hal yang
penting dalam proyek pelaksanaan. Inventarisasi yang lengkap, perencanaan yang tepat, pelaksanaan yang baik dan pemeliharaan yang
berkesinambungan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terkait. -
meningkatkan kegiatan pemantauan, inspeksi dan audit di berbagai lini, mulai dari bagian keuangan, engineering, sampai pelaksana.
b. Sumber Daya Manusia -
meningkatkan intensitas koordinasi terkait pelaksanaan. Site meeting sangat bermanfaat sebagai sarana komunikasi antara MK dan
kontraktor pelaksana dalam mengontrol pelaksanaan pembangunan di lapang. Koordinasi penting dilakukan sebagai alat pengendalian.
Diperlukan adanya pengkajian ulang review bersama secara periodik karena sifat kegiatan proyek yang dinamis, kemungkinan ada bagian-
bagian yang belum sepenuhnya terantisipasi. -
sistem manajemen sumber daya manusia perlu ditingkatkan karena keterampilan pekerja mempengaruhi cepatlambatnya pekerjaan.
Pemberian insentif dan reward dapat meningkatkan semangat pekerja, selain itu pemberian sanksi tidak kalah penting untuk menegakkan
kedisiplinan kerja bagi pelanggar SOP. c. Alat dan Bahan
- dalam penggunaan material kontraktor seharusnya tidak hanya
berorientasi pada efisiensi biaya saja tanpa memikirkan kualitasmutu yang dihasilkan.
- menambah jumlah alat sehingga mencukupi kebutuhan pelaksanaan.
- terkait dengan administrasi pengadaan material, jumlah supplier untuk
suatu jenis material diusahakan lebih dari satu. Memastikan pengiriman material dengan meminta bukti-bukti pengiriman material,
melakukan pengecekan langsung terhadap lokasi material yang akan dikirim ke proyek, inspeksi atau pengecekan material dilakukan
kembali pada saat material sampai ke proyek. -
perlunya meningkatkan sistem manajerial untuk menjaga keawetan alat dan mesin seperti inventarisasi dan perawatan berkala agar selalu
dalam kondisi siap pakai ketika dibutuhkan serta memastikan tersedianya suku cadang terutama pada elemen alat yang bersifat aus.
- mengganti alat yang memiliki kapasitas yang lebih besar sesuai dengan
perkembangan teknologi, misal pemasangan paving secara manual disubtitusi dengan penggunaan mesin pemasang paving otomatis agar
pelaksanaan pekerjaan lebih efisien. 2. Dari Segi Pelaksanaan Hardscape dan Softscape
Pelaksanaan konstruksi terdiri atas pekerjaan-pekerjaan yang saling terkait satu sama lain. Hubungan antar pekerjaan sangat menentukan strategi atau metode
yang tepat dalam melakukan percepatan proyek. Strategi percepatan pelaksanaan pekerjaan softscape dan hardscape pada proyek Penataan Kawasan SCR, yaitu:
a. Metode Pelaksanaan -
memprioritaskan pekerjaan yang termasuk ke dalam jalur pekerjaan kritis agar tidak menghambat pekerjaan lain. Pada pekerjaan softscape
yang termasuk ke dalam pekerjaan kritis adalah perataan top soil pada pulau jalan sebagai media tanam rumput. Pakerjaan ini merupakan
pekerjaan yang memakan waktu terlama dikarenakan jumlah pekerja yang bertugas sangat terbatas 4 pekerja sedangkan area kerja
sangatlah luas, yaitu 10.000 . Oleh karena itu perlu dilakukan
teknik percepatan, misalnya pekerjaan perataan top soil dikerjakan tanpa menunggu pekerjaan pemasangan dan finishing kansteen selesai
atau dengan menambah tenaga kerja, lembur, atau penggunaan alat berkapasitas lebih besar agar durasi pekerjaan menjadi lebih singkat.
- cuaca dan iklim perlu diperhitungkan dalam pembuatan metode kerja.
Perlu antisipasi terhadap dampak cuaca buruk, misalnya menyediakan atap terpal sehingga pekerjaan dapat terus dilaksanakan walaupun
terjadi hujan. -
aktif mengevaluasi metode pelaksanaan yang ada untuk mengantisipasi kendala sehingga didapatkan metode pelaksanaan yang paling efektif.
- sesegera mungkin memulai suatu pekerjaan dimana lahan telah siap.
b. Material dan Alat -
aktif memonitor agar penggunaan material dan alat sesuai dengan prosedur.
- membuat sumber tenaga listrik cadangan sebagai antisipasi jika terjadi
mati listrik. c. Sumber Daya ManusiaTenaga Kerja
- aktif memantau kedisiplinan tenaga kerja dan pengawasan ketat
terhadap tenaga kerja yang kurang produktif. Durasi pekerjaan proyek konstruksi sangat tergantung pada produktifitas tenaga kerja.
- menambah jam kerja atau lembur jika diperlukan.
- aktif berkomunikasi dengan pekerja mengenai kesulitan pelaksanaan.