2.3 Proyek
Soeharto 1995 menyatakan bahwa proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan alokasi
sumberdaya tertentu bertujuan untuk menghasilkan produk. Cleland dan Ireland 2002 menambahkan, proyek adalah serangkaian kegiatan yang berlangsung
dengan durasi tertentu, kompleksitas tertentu, pada area tertentu yang harus diakhiri dengan suatu accomplishment. Menurut Ervianto 2005, proyek memiliki
tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi, yaitu: bersifat unik, melibatkan sejumlah sumberdaya dan membutuhkan organisasi. Proyek dikatakan
unik karena suatu rangkaian kegiatan proyek hanya terjadi satu kali sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik, berbeda dari apa yang sudah dikerjakan
sebelumnya, maka tidak ada proyek yang sama sekali identik. Setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya, yaitu: pekerja, uang, mesin dan material.
Saifudin 1997 mengungkapkan bahwa tingkat kompleksitas kegiatan pelaksanaan proyek bergantung pada: jumlah kegiatan yang harus dikerjakan
dalam proyek, jumlah kelompok atau organisasi yang terlibat dalam proyek, serta keterkaitan antara kegiatan dan organisasi dalam proyek dengan pihak luar.
Terdapat tiga kendala triple constraint yang menjadi batasan penting dalam pelaksanaan pekerjaan, yaitu: anggaran, jadwal dan mutu. Ketiga hal ini
mempengaruhi satu sama lain. Suatu alat yang digunakan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan dalam proyek sehingga
pelaksanaan berjalan sesuai dengan tujuan disebut manajemen proyek.
2.4 Manajemen Proyek
Manajemen proyek digunakan sebagai tools and techniques untuk mengkaji masalah proyek konstruksi yang berkaitan dengan penjadwalan
pekerjaan, biaya proyek, pengorganisasian pekerjaan di lapangan. Menurut Soeharto 1995, dalam konsep manajemen proyek, terdapat dua komponen yang
saling berhubungan dalam menentukan keberhasilan suatu proyek, yaitu perencanaan dan pengendalian. Gambar 3 menunjukkan daur manajemen terkait
perencanaan dan pengendalian dalam suatu penyelenggaraan proyek. Perencanaan disusun oleh tim Manajemen Konstruksi MK. Unsur-unsur
perencanaan operasional proyek terdiri dari 1 perencanaan lingkup proyek, 2
organisasi proyek, 3 rencana jadwal kegiatan, 4 perkiraan biaya, 5 proyeksi
keperluan tenaga kerja, material, dan peralatan.
PERENCANAAN 1. Merancang Sasaran
Penentuan target - anggaran
- jadwal - program mutu
6.Tindakan Pembetulan - relokasi sumber
daya - jadwal alternatif
- prosedur metode - re-work
2. Lingkup Kerja Penyusunan Work
Breakdown Structure - per hirarki
- paket kerja - kode biaya
5. Mengkaji Menyimpulkan
- interpretasi data - biaya jadwal
penyelesaian - kualitas
- laporan 3. Standar Kriteria
- milestone - anggaran per
paket - standar mutu
- kinerja
4. Memantau Prestasi - mengukur
kinerjaproduktivitas - sumber daya
terpakai - kualitas
PENGENDALIAN
Gambar 3. Siklus Perencanaan dan Pengendalian Proyek
Sumber: Soeharto,1995
Pengendalian dilakukan untuk memantau pelaksanaan pekerjaan di lapang sebagai upaya untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya penyimpangan dari
tujuan. Sasarannya yaitu menghasilkan produk dengan batasan anggaran, jadwal, dan mutu yang telah ditentukan. Soeharto 1995, menguraikan proses
pengendalian sebagai berikut: 1. Menentukan standar dan kriteria
Standar dan kriteria diperlukan sebagai tolok ukur untuk membandingkan dan menganalisis hasil pekerjaan secara kuantitatif, sebagai indikasi untuk
mengukur pencapaian sasaran. Terdapat bermacam-macam kriteria, yaitu berupa jadwal, satuan uang atau berupa standar mutu, dan spesifikasi yang
berhubungan dengan kualitas material maupun hasil uji coba peralatan. 2. Merancang sistem informasi
Keterangan yang cepat dan akurat diperlukan untuk memantau prestasi pekerjaan dan mengolahnya menjadi suatu bentuk informasi yang dapat
dipakai untuk tindakan pengambilan keputusan, pemantauan, dan pelaporan hasil pelaksanaan pekerjaan.
3. Menganalisis hasil pekerjaan terhadap standar, kriteria, dan sasaran Data-data yang didapat dari sistem informasi kemudian dianalisis dan
dibandingkan dengan kriteria yang ditentukan. Hasil analisis dijadikan sebagai landasan tindakan pembetulan.
4. Mengadakan tindakan pembetulan Apabila hasil analisis menunjukkan adanya penyimpangan yang cukup berarti,
maka diperlukan tindakan pembetulan, dapat berupa realokasi sumber daya, menambah tenaga kerja dan pengawasan serta biaya, mengubah metode kerja
atau mengganti peralatan yang digunakan. Selanjutnya analisis dan pembetulan akan berguna sebagai umpan balik perencanaan pekerjaan
selanjutnya agar lebih baik.
2.5 Pekerjaan Pelaksanaan