Buku Putih Kota Jepara III-31
c. Pemindahan
Sampah yang dibawa oleh alat pengumpul dipindahkan langsung ke TPS atau kontainer yang nantinya dibawa oleh alat pengangkut. Armada
pengangkut memanfaatkan dump truk atau arm roll. Dump truk datang
dengan muatan kosong lalu menaikkan sampah langsung dari TPS atau kontainer.
Tipe pemindahan yang digunakan adalah transfer tipe II dan transfer tipe III. Terdapat TPS dengan transfer tipe II yaitu tempat pertemuan
antara alat pengumpul dan alat pengangkut. Sementara sisanya menggunakan transfer tipe III yaitu tempat pertemuan antara gerobak
dan kontainer dengan kapasitas 6 m
3
. Kontainer yang ada sebanyak 52 buah dengan kapasitas masing-masing 6 m
3
. Sebagian besar TPS dan kontainer ditempatkan di Kota Jepara. Kecamatan-kecamatan lain yang
dilayani antara lain : Kecamatan Tahunan, Kecamatan Pecangaan, Kecamatan Mlonggo, Kecamatan Kalinyamatan dan Kecamatan
Bangsri.
d. Pengangkutan
Operasi pengangkutan sampah dilakukan dari kontainer maupun TPS-TPS ke tempat pembuangan akhir. Pola pengangkutan sampah di
Kabupaten Jepara saat ini adalah dengan cara sarana pengangkut yang mengambil sampah di tempat pemindahan yang tersedia di TPS.
Setelah pengambilan dari TPS tersebut, truk pengangkut langsung menuju TPA.
Akan tetapi, terdapat pula pola pengangkutan sampah dari rumah- rumah biasanya di perumahan dan permukiman yang sudah cukup
padat jarak antar rumahnya dimana sampah yang dikumpukan oleh motor sampah tidak dibawa ke TPS dulu tetapi langsung dibawa ke
TPA. Pada saat ini ada 1 pos utama pool berpangkalnya truk pengangkut
sampah, yaitu : Dinas Permukiman, Tata Ruang dan Kebersihan DPTRK Kabupaten Jepara. Setiap sarana pengangkutan beroperasi 2
kali sehari, yaitu setelah mengambil sampah dari TPS langsung menuju TPA dan kemudian kembali ke TPS semula dan seterusnya.
e. Pembuangan Akhir
Buku Putih Kota Jepara III-32
• TPA Bandengan Tempat Pembuangan Akhir di Jepara sebenarnya ada 3 unit,
namun yang baru beroperasional sesuai prosedur baru 1 satu buah yaitu TPA Bandengan.
Gambar 3.11 TPA Bandengan
Sumber : Dokumentasi 2008
Luas TPA Bandengan Kecamatan Jepara 2.84 ha. Jarak TPA dengan perumahanpemukiman terdekat : 0,6 km, jarak TPA dengan
sungaibadan air terdekat : 2 km, jarak TPA dengan pantai : 5 km Metode secara umum yang digunakan adalah composing dengan
menggunakan 2 metode yakni : Vermikasi atau pengolahan sampah dengan memanfaatkan cacing tanah untuk dibuat kompos dan yang
kedua dengan menggunakan metode segitiga bamboo untuk proses
pelapukan sampah organik menjadi pupuk. Sedangkan untuk daur ulang sampah non organik dilakukan kerja
sama dengan pihak pemulung sebagaimana surat perjanjian tertanggal 1 Pebruari 2007 dan untuk memudahkan pelaksanaannya
telah tersedia seperangkat alat untuk pencacah plastik dan pencacah
sampah organik. Fasilitas yang dimiliki oleh TPA Bandengan telah disesuaikan
dengan prosedur yang disyaratkan, seperti pengelolaan di Tempat Pembuangan Akhir TPA dengan menggunakan 2 dua sistem,
yaitu: i. Controlled Land Fill
Sampah dibuang ke parit, daerah cekungan, atau derah lereng, kemudian ditimbun dengan lapisan tanah dan dipadatkan. Metode
ini mempunyai tiga macam cara yaitu metode area, metode trench
Buku Putih Kota Jepara III-33
dan metoda depression. Metode ini membutuhkan lahan yang luas dan tanah untuk menimbun dengan volume yang besar.
ii. Daur Ulang
Cell Daur Ulang Cell, merupakan metode lain yang digunakan dalam
TPA, yaitu dengan membuat kotak-kotak cell yang ditata berurutan untuk diisi dengan sampah organik. Sampah-sampah
tersebut kemudian dibiarkan minimal 2 – 3 tahun, setelah itu dibongkar dan diayak untuk dijadikan pupuk kompos. Sisa
produksi yang ada selama ini difungsikan menjadi tanah penutup untuk Controlled Land Fill.
• TPA Gemulung TPA Gemulung berada di Kecamatan Pecangaan. Luas TPA
Gemulung adalah 2910 m
2
. Sistem pengolahan sampah dengan cara control landfill Uruk Tanah. Jangkauan pelayanan TPA Gemulung
meliputi Kecamatan Pecangaan, Mayong, Welahan dan Kedung.
Gambar 3.12 TPA Gemulung
Sumber : Dokumentasi 2008
• TPA Krasak TPA Krasak berada di Kecamatan Bangsri. Luas TPA Krasak
adalah 460 m
2
. Sistem pengolahan sampah dengan cara control landfill. Jangkauan pelayanan TPA Krasak mencakup Mlonggo,
Bangsri, dan Keling.
Buku Putih Kota Jepara III-34
Gambar 3.13 TPA Krasak
Sumber : Dokumentasi 2008
Upaya minimalisasi jumlah sampah di TPA ini di samping dengan mengandalkan pemulung dalam pemilahan sampah, juga digunakan
metode komposting, yaitu : a. Segitiga
Bambu Berupa metode pengomposan dengan menempatkan sampah-
sampah organik dalam segitiga bambu, ditutup dengan plastik, disiram air, dibalik beberapa kali dengan proses yang sama
selama 1 – 2 bulan. Pelapukan yang terjadi kemudianlah yang menjadikan menjadi pupuk kompos. Tingkat produksinya rata-rata
komposing sampah TPA dengan metode segitiga dan penambahan EM 4 dengan produksi + 4 tonbulan.
b. Vermikasi Vermikasi merupakan pengolahan sampah dengan memanfaatkan
budidaya cacing lumbricus rubellus. Metode ini adalah dengan memanfaatkan sampah organik dan sampah dari pasar yang
dicacah kemudian dicampu dengan kotoran sapi dan buangan RPH. Campuran inilah yang kemudian menjadi makanan bagi
cacing. Hasil buangan kotoran cacing kascing inilah yang dimanfaatkan sebagai pupuk. Tingkat produksinya rata-rata
komposing dengan sistem vermikasi dengan produksi + 4 tonbulan.
3.3.6 Peran serta Masyarakat dan Gender dalam Pengelolaan Sampah
Pengelolaan kebersihan dan persampahan tidak lepas dari kerja sama dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah wadah khusus dalam pelayanan
pengambilan sampah rumah tangga, yang melibatkan pihak swasta dan masyarakat itu sendiri. Keterbatasan SDM dan sarana prasarana pengelola
Buku Putih Kota Jepara III-35
kebersihan dan persampahan yang dimiliki pemerintah daerah menjadikan peran pihak ketiga menjadi besar sebagai pengelola sekaligus pemberdayaan
masyarakat dalam pengelolaan kebersihan, terutama di sekitar lingkungannya. Pemberdayaan ini penting untuk meningkatkan rasa memiliki dan menjaga
budaya bersih dan sehat di masyarakat, di samping faktor ekonomis yang ditawarkan terkait dengan share pembagian sebagian retribusi.
Pihak ketiga yang digandeng oleh pemerintah daerah dan turut berperan dalam pengelolaan kebersihan dan persampahan di Kabupaten Jepara antara
lain : Gemati
Merupakan pihak ketiga yang digandeng untuk pengelolaan kebersihan terutama di TPA. Retribusi mestinya 90 untuk pengelola
dan 10 masuk kas daerah. Namun dalam kenyataannya angka 10 yang terserap untuk daerah masih belum bisa dilaksanakan, karena
hampir 100 retribusi masih masuk ke pengelola. Paguyuban RT RW
Merupakan paguyuban yang dibentuk di setiap hierarkis RT dan RW yang bertanggungjawab dalam pelayanan kebersihan dan pengumpulan
sampah. Share retribusi yang ditawarkan oleh Pemerintah Daerah adalah 70 untuk pengelola dan sisanya 30 terserap untuk kas daerah.
Bentuk peran serta masyarakat Kabupaten Jepara terhadap pengolahan sampah, antara lain:
1. Pengumpulan sampah dari RT sampai ke TPS oleh paguyuban sampah bersama.
2. Penetapan SALAM BERLIAN Sapu Halaman Bersihkan Lingkungan Anda terutama untuk jajaran Dinas, Instansi, Lembaga
PemerintahSwasta. 3.
Partisipasi dari pengusahawiraswasta berupa pengadaan lomba, percetakan stiker dan poster, bantuan sarana dan prasarana kebersihan.
4. Kegiatan-kegiatan penyuluhan. Sedangkan kegiatan 3R telah dilakukan pada beberapa lokasi
sebagaimana yang dtuangkan pada Tabel 3.12.
Buku Putih Kota Jepara III-36
Tabel 3.14 Lokasi Kegiatan 3R Yang Dilakukan Masyarakat
No Lokasi Alamat
Jenis Kegiatan
Pemanfaatan Vol. yang
diolah m
3
bln Pelaksana
1 Perumahan RW I Kel.
Panggang Pemilahan dan
Pengolahan Sampah
Pupuk Kompos
7,5 Warga Perumahan
Gang Maju Kel.
Panggang Pemilahan dan
Pengolahan Sampah
Pupuk Kompos
7,5 Warga Perumahan
Gang Arjuna Kel.
Panggang Pemilahan dan
Pengolahan Sampah
Pupuk Kompos
7,5 Warga RW.VI Kel.
Demaan Pemilahan dan
Pengolahan Sampah
Pupuk Kompos
7,5 Warga Perumahan
Griya Tahunan
Indah Pemilahan dan
Pengolahan Sampah
Pupuk Kompos
7,5 Warga Perumahan
Kapling Pengkol
Pemilahan dan Pengolahan
Sampah Pupuk
Kompos 7,5 Warga
2 Pasar Pasar
Jepara I Pemilahan dan
Pengolahan Sampah
Pupuk Kompos
60 – 90 Pengelola
Pasar
Pasar Jepara II
Pemilahan dan Pengolahan
Sampah Pupuk
Kompos 150 – 180
Pengelola Pasar
kerjasama dengan
Yayasan Danamon
Peduli Pasar
Tahunan Pemilahan dan
Pengolahan Sampah
Pupuk Kompos
60 – 90 Pengelola
Pasar
3 Perkantoran Kantor
Bupati Jepara
Pemilahan dan Pengolahan
Sampah Pupuk
Kompos 4 – 6
Cleaning service
Setda
Buku Putih Kota Jepara III-37
No Lokasi Alamat
Jenis Kegiatan
Pemanfaatan Vol. yang
diolah m
3
bln Pelaksana
Bappeda Pemilahan dan
Pengolahan Sampah
Pupuk Kompos
4 – 6 Pegawai di
Bappeda Dipenda
Pemilahan dan Pengolahan
Sampah Pupuk
Kompos 4 – 6
Pegawai di Dipenda
Sekretariat DPRD
Pemilahan dan Pengolahan
Sampah Pupuk
Kompos 4 – 6
Pegawai di Setwan
Kec.Jepara Pemilahan dan
Pengolahan Sampah
Pupuk Kompos
4 – 6 Pegawai di
Kec.Jepara 4 Sekolah
SDN 1,2,5,6,9
Panggang Pemilahan dan
Pengolahan Sampah
Pupuk Kompos
4 – 6 Guru dan
murid SDN
4 Panggang
Pemilahan dan Pengolahan
Sampah Pupuk
Kompos 4 – 6
Guru dan murid
SDN 1,2 Mulyoharjo
Pemilahan dan Pengolahan
Sampah 1.Pupuk
Kompos 2.Kerajinan
Tangan dari Sampah
Anorganik 4 – 6
Guru dan murid
SMPN 2,5,6 Pemilahan dan
Pengolahan Sampah
Pupuk Kompos
4 – 6 Guru dan
murid SMAN 1
Pemilahan dan Pengolahan
Sampah Pupuk
Kompos 4 – 6
Guru dan murid
SMKN 2, 3 Pemilahan dan
Pengolahan Sampah
Pupuk Kompos
4 – 6 Guru dan
murid 5 Terminal
Terminal Bus Jepara
Pemilahan dan Pengolahan
Sampah Pupuk
Kompos 4 – 6
Pengelola Terminal
6 RS
Puskesmas RSU Kartini
Pemilahan dan Pengolahan
Sampah Proses dalam
incinerator Bagian
IPAL RSU Puskesmas
Kota Pemilahan dan
Pengolahan Sampah
Pupuk Kompos
4 – 6 Pegawai
Puskesmas
Buku Putih Kota Jepara III-38
3.3.7 Permasalahan dalam Pengelolaan Sampah
Beberapa hal yang menjadi kendala dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Jepara adalah :
1. Potensi masyarakat secara umum cukup besar, hanya saja belum dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai potensi untuk meningkatkan
efektifitas program persampahan. 2. Adanya anggapan di masyarakat bahwa pengelolaan persampahan
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah. 3. Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam memelihara kebersihan
lingkungan khususnya dalam hal kebiasaan membuang sampah pada tempatnya.
4. Kurangnya partisipasi warga masyarakat dalam pengelolaan
persampahan. 5. Keterbatasan luas lahan untuk lokasi TPA Tempat Pembuangan Akhir.
6. Kurangnya jumlah armada atau prasarana pengangkutan mengakibatkan sampah yang terlambat diangkut, sehingga menimbulkan bau dan lindi di
TPS dan transfer depo.
3.4 Pengelolaan Drainase
3.4.1 Landasan HukumLegal Operasional
Landasan hukum pengelolaan drainase adalah : 1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 239KPTS1987 tentang
Fungsi Utama Saluran Drainase Sebagai Drainase Wilayah dan Sebagai Pengendalian Banjir.
2. Kepmen Kimpraswil Nomor 5342001 tentang Standar Pelayanan Minimal Drainase.
3.4.2 Aspek Institusional
Institusi yang berwenang dalam pengelolaan drainase adalah DPU ESDM dan DPTRK. DPU ESDM menangani masalah pembangunannya dan
DPTRK menangani pemeliharan saluran drainase. Sedangkan BLH menangani masalah promosi dan advokasi PHBS dengan memasang pesan-pesan di
Billboard supaya masyarakat tidak membuang sampah di sungai, kegiatan pembersihan sampah disepanjang pantai wisata dengan melibatkan
masyarakat setempat, memberikan bantuan bibit tanaman untuk penghijauan ke sekolah-
sekolah, membuat biopori didaerah resapan air hujan, tanaman untuk taman-
Buku Putih Kota Jepara III-39
taman kota. Pendanaan yang disediakan oleh BLH untuk kegiatan ini rata-rata sebesar Rp. 50 juta pertahun.
Struktur organisasi PU ESDM yang mengurus masalah drainase dan air limbah adalah sebagai berikut dibawah ini:
‐ Kepala Dinas
‐ Sekretaris a. Sub Bagian umum dan Kepegawaian
b. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi c. Sub Bagian Keuangan
‐ Bidang Bina Marga yang terdiri dari a. Seksi Pembangunan Jalan,
b. Seksi Jembatan dan Sarana Prasarana Umum ‐ Bidang Cipta Karya yang terdiri dari :
a. Seksi Penataan Lingkungan Dan Air Bersih b. Seksi
Pemukiman ‐ Bidang Pengairan yang terdiri dari:
a. Seksi Bina
Manfaat b. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan
‐ Bidang ESDMyang terdiri dari: c. Seksi Energi
d. Seksi Sumber Daya Mineral ‐ UPT DPU ESDM
3.4.3 Cakupan Pelayanan
Pengelolaan drainase di Kabupaten Jepara yang menjadi tanggung jawab DPU ESDM sudah meliputi seluruh wilayah kota dengan cakupan
pelayanan meliputi : tidak ada luas genangan yang lebih dari 10 hektar, lama waktu genangan tidak lebih dari 2 jam dan tinggi genangan tidak lebih dari 30
cm. Pembangunan saluran drainase lingkungan saluran tersier menjadi tanggungjawab masyarakat. Layanan yang diberikan DPTRK pada aspek
pemeliharaan meliputi: melakukan pengedukan lumpurwaledsedimen pada saluran drainase, memelihara ketertiban penggunaan saluran drainase serta
melakukan pemusnahan dan pemanfaatan hasil pembersihan saluran drainase, air kotor supaya berdaya guna dan tidak menimbulkan pencemaran
lingkunganbanjir. Sedangkan BLH melakukan pemasangan pesan-pesan PHBS kepada masyarakat disepanjang pinggir sungai, supaya tidak membuang
sampah di sungai.
Buku Putih Kota Jepara III-40
3.4.4 Aspek Teknis dan Operasional
Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air atau ke bangunan resapan buatan. Ditinjau dari fungsi
pelayanan, drainase terdiri atas : 1. Drainase utama makro
2. Drainase lokal mikro Drainase utama makro yaitu sistem saluran yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan catchment area. Biasanya sistem ini menampung aliran yang berskala besar dan luas. Di
Kabupaten Jepara yang termasuk dalam drainase utama makro ada 4 sungai yaitu Kali Kanal, Kali Wiso, Kali Sikembu dan Kali Sampok.. Pada Kali Kanal dan
Kali Wiso yang berada pada daerah perkotaan sebagian besar sudah di tanggul. Drainase lokal mikro yaitu sistem saluran yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan yang sebagian besar berada di dalam wilayah kota. Biasanya sistem ini menampung aliran yang
berskala lebih kecil dari drainase utama makro. Di Kabupaten Jepara yang termasuk dalam drainase lokal mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan
protokol saluran drainase sekunder dan saluran di lingkungan pemukiman saluran drainase tersierdrainase lingkungan. Karakteristik sistem saluran di
wilayah kota sudah permanen, pada umumnya masih terbuka dan dimensi sekitar 0,3 – 2 m. Pada umumnya saluran drainase mengikuti alur jalan yang
ada, dimulai dari pintu air Demaan dan terbagi menurut hirarki sistem menjadi 7 sistem pelayan I – VIISistem Sikembu. Ada yang bermuara ke sungaikanal,
ada yang langsung ke laut dan ada yang masuk ke rencana pembangunan polder dekat terminal Jepara. Panjang saluran drainase yang melayani 7 sistem
pelayanan tersebut sekitar 24.236 m, terdiri dari : Sistem I = 4.681 m
Sistem IV = 3.152 m Sistem VII
= 2.676 m Sistem II = 6.042 m
Sistem V = 1.300 m Sistem III = 2.625 m
Sistem VI = 3.760 m Secara umum, saluran drainase lingkungan di pemukiman ada berupa
saluran alami dan buatan baik terbuka atau tertutup, pasangan beton maupun galian tanah. Berdasarkan hasil Studi EHRA Jepara Juli 2010, sekitar 39,48
responden memiliki saluran air drainase. Kondisi fisik saluran drainase dari 39,483 tersebut, sekitar 17,32 saluran menggunakan tutup dan sekitar 42,21
saluran airnya mengalir.
Buku Putih Kota Jepara III-41
K E L . J O B O K U T O K E L . B U LU
K E L . K A U M A N
K E L . D E M A A N K E L . P O T R O Y U D A N
K E L . P A N G G A N G
K E L U R A H A N S A R IP A N
S ta d io n K a m a l J u n a e d i
S ka la :
2 50 5 00 m
K E L U R A H A N P E N G K O L K E L U R A H A N M U L Y O H A R JO
K E L U R A H A N U JU N G B A T U
Gambar 3.14 Peta Jaringan Drainase dan Lokasi Daerah Genangan
Sumber : Detail Plan Drainase Kota Jepara
Buku Putih Kota Jepara III-42
3.4.5 Peran Serta Masyarakat dan Gender Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan
Peran serta masyarakat diperlukan dalam pengelolaan drainase lingkungan antara lain:
1. Pembersihan saluran dengan cara kerja bakti di setiap lingkungan.
2. Membayar retribusi sampah sehingga tidak membuang sampah ke saluran drainase.
3. Membuat saluran pembuangan air limbah rumah tangga ke belakang rumah. Saluran drainase yang ada di depan rumah hanya untuk
pematusan air hujan saja. 4. Mentaati slogan-sloga himbauan yang telah dipasang oleh BLH
Kabupaten Jepara di tempat - tempat strategis pinggiran sepanjang sungai, supaya masyarakat ikut menjaga kebersihan sungai dengan
tidak membuang sampah pada sungai.
3.4.6 Permasalahan
Di Kabupaten Jepara muncul permasalahan dalam pengelolaan drainase lingkungan yaitu :
1. Ketidakmampuan saluran untuk mengalirkan air yang disebabkan oleh endapan sedimen, serta dimensiukurannya kecil.
2. Adanya sampah-sampah yang menyumbat saluran. Hal ini akan menyebakan berkurangnya kapasitas saluran.
3. Banyak terdapat lokasi-lokasi yang rendah disekitarnya sudah ditinggikan untuk bangunan menyebabkan sulitnya mengarahkan
saluran dengan air. 4. Tingginya permukaan air laut pada saat pasang dan rendahnya
permukaan tanah menyebabkan air hujan tidak dapat lancar mengakir ke laut. Perlu penanganan sedini mungkin genangan yang diakibatkan
oleh ROB, sebelum meluas sampai ke area perkotaan .
Saat ini Pemerintah Kabupaten Jepara sedang melakukan studi untuk
penanggulangan akibat ROB..
Buku Putih Kota Jepara III-43
3.5 Penyediaan Air Bersih
3.5.1 Landasan HukumLegal Operasional
1. Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 69KPTSCKII1993
Tahun 1993 tentang Pengelolaan BPAM Diserahkan Dari Pemerintah Provinsi Jawa Tangah Kepada Pemerintah Kabupaten Jepara
2. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 3 Tahun 1993 tentang Perubahan Status BPAM Menjadi Perusahaan Daerah Air Minum
PDAM Kabupaten Jepara
3.5.2 Aspek Institusional
PDAM adalah Badan Usaha Milik Daerah BUMD Pemerintah Kabupaten Jepara, yang secara terus menerus dituntut meningkatkan pelayanan
air bersih ke masyarakat, meningkatkan kinerja perusahaan serta berusaha memberikan kontribusi untuk Pendapatan Asli Daerah PAD kepada Pemerintah
Kabupaten Jepara.
3.5.3 Cakupan Pelayanan
Hingga akhir tahun 2009, diidentifikasi bahwa cakupan pelayanan PDAM Kabupaten Jepara sebesar : 1 Kabupaten : 11,13; 2 Perkotaan : 84,8; dan
3 Pedesaan : 18,3. Adapun jumlah sambungan rumah SR mencapai 22.115 pelanggan. Sedangkan besarnya angka kehilangan air mencapai 21,64.
Efisiensi penagihan rekening sebesar 80 dan panjang pipa terpasang ± 387,46 km. Adapun kapasitas produksi sebesar ± 281,7 literdetik dan kapasitas
terpasang 354,5 literdetik. Berdasarkan Studi EHRA Jepara Juli 2010, diketahui bahwa sebagian besar dominan rumah tangga di wilayah studi lebih memilih
untuk memanfaatkan sumur borsumur pompa yaitu sebesar 53,84 dibandingkan air ledeng PDAM yang hanya berjumlah 30,42. Walaupun secara
khusus, data tentang jumlah sumur galisumur bor yang dimiliki oleh masyarakat rumah tangga di Kota Jepara belum terdata terdokumentasi dengan baik.
Dalam rangka penyediaan air bersih yang dbutuhkan oleh masyarakat Kabupaten Jepara, maka kegiatan atau usaha-usaha yang dilakukan oleh PDAM
Kabupaten Jepaera antara lain : 1. Menjaga kelestarian air baku, sehingga fungsi pengelolaan pelayanan
air minum kepada masyarakat dapat tercapai.
Buku Putih Kota Jepara III-44
2. Menjaga kuantitas air baku, sehingga kontinuitas pelayanan melalui peningkatan dan kapasitas produksi di masa yang akan datang dapat
terpenuhi. 3. Meningkatkan profesionalisme karyawan sehingga kinerja manajemen
yang berorientasi kepada pelanggan dapat berjalan baik. 4. Meningkatkan fasilitas pelayanan air bersih kepada masyarakat.
5. Meningkatkan image dan kinerja perusahaan.
3.5.4 Aspek Teknis dan Operasional
Langkah-langkah PDAM Kabupaten Jepara untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut adalah dengan membuat sumur dalam pengeboran air bawah
tanah ± 150 m yang digerakkan oleh tenaga listrik dan genset. Unit produksi yang dimiliki oleh PDAM antara lain :
1. Unit Produksi Sumur Dalam Jepara
Sumur Bor Dalam Jepara sejumlah 23 unit dengan kapasitas terpasang 138,8 literdetik
2. Unit Produksi Sumur Dalam Bangsri
Sumur Bor Dalam Bangsri sejumlah 2 unit dengan kapasitas terpasang 20,5 literdetik.
3. Unit Produksi Sumur Dalam Mlonggo
Sumur Bor Dalam Mlonggo sejumlah 3 unit dengan kapasitas terpasang 34,4 literdetik.
4. Unit Produksi Sumur Dalam Pecangaan
Sumur Bor Dalam Pecangaan sejumlah 3 unit dengan kapasitas terpasang 8,1 literdetik.
5. Unit Produksi Sumur Dalam Tahunan
Sumur Bor Dalam Tahunan sejumlah 5 unit dengan kapasitas terpasang 22 literdetik.
6. Unit Produksi Sumur Dalam Pakis Aji
Sumur Bor Dalam Pakis Aji sejumlah 3 unit dengan kapasitas terpasang 23,1 literdetik.
7. Unit Produksi Sumur Dalam Kalinyamatan
Sumur Bor Dalam Kalinyamatan sejumlah 2 unit dengan kapasitas terpasang 20,2 literdetik.
8. Unit Produksi Sumur Dalam Kedung I
Buku Putih Kota Jepara III-45
Sumur Bor Dalam Kedung I sejumlah 2 unit dengan kapasitas terpasang 13,4 literdetik.
9. Unit Produksi Sumur Dalam Kedung II
Sumur Bor Dalam Kedung II sejumlah 2 unit dengan kapasitas terpasang 17,1 literdetik.
10. Unit Produksi Sumur Dalam Batealit Sumur Bor Dalam Batealit sejumlah 1 unit dengan kapasitas terpasang
7,1 literdetik. Untuk lebih memperjelas seberapa besar cakupan layanan PDAM, dapat
dilihat Peta Jaringan Air Bersih Kabupaten Jepara yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
3.5.5 Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi oleh PDAM Kabupaten Jepara sebagai unit usaha yang berkewajiban menyediakan sarana akses air bersih di
Kabupaten Jepara dapat adalah sebagai berikut : 1.
Kurangnya monopoli dalam pengelolaan air minum, yang terlihat dengan banyaknya masyarakat yang lebih memilih untuk memanfaatkan sumur
galisumur bor sebagai sarana akses mereka untuk pemenuhan kebutuhan air bersih.
2. Kurangnya manajemen PDAM
3. Kurang disiplinnya pelanggan dalam membayar tagihan rekening air minum.
4. Semakin banyaknya usaha air isi ulang di Kabupaten Jepara yang membuat semakin berkurangnya pelanggan air PDAM.
5. Tingkat kehilangan air yang relatif tinggi yaitu sebesar 21,64 pada tahun 2009 diharapkan dapat segera tertangani, sehingga
pendistribusian air bersih menjadi lebih efisien. 6. Berkurangnya
catchment area di Kabupaten Jepara mengakibatkan ketersediaan air baku untuk PDAM semakin menipis.
Selain itu ketidaksediaan data jumlah sumur galisumur bor yang dimiliki rumah tangga di masing-masing kelurahan oleh pihak DKK Jepara berakibat
pada sulitnya pengawasan dan pemantauan terhadap kualitas sumur galisumur bor yang dimiliki masyarakat rumah tangga di Kabupaten Jepara. Beberapa
kegiatan yang dilakukan oleh DKK Jepara hanya terbatas pada pemeriksaan
Buku Putih Kota Jepara III-46
sampling kualitas air bersih yang dilakukan di permukiman padat penduduk dan kumuh di wilayah Kabupaten Jepara. Hasil uji kualitas air sumur dangkal di
wilayah pemukiman penduduk dapat dilihat pada Lampiran 3.
Gambar 3.15
Sumber : PDAM Kabupaten Jepara
Buku Putih Kota Jepara III-47
3.6 Komponen Sanitasi Lainnya
3.6.1 Penanganan Limbah Industri
Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara, khususnya BLH dalam upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan,
khususnya yang diakibatkan karena pembuangan limbah cair industri, antara lain dengan :
1. Pengujian Limbah Air Sungai
2. Pengembangan Penataan Ruang Terbuka Hijau pada Lokasi Pemukiman, Industri, Pusat Perdagangan dan Padat Lalu Lintas
3. Pembinaan pada Pengusaha Industri untuk memiliki Dokumen Pengelolaan Pemantauan Lingkungan
Kondisi pencemaran limbah cair industri pada umumnya di Kabupaten Jepara masih dibawah ambang batas pencemaran. Walaupun begitu, dalam
jangka panjang perlu adanya penataan industri di lokasi tertentu sehingga dengan mudah untuk meminimalkan terjadinya Pencemaran Limbah Cair Industri
tersebut. Permasalahan yang dihadapi dalam penanganan limbah industri yaitu :
1. Pelaku Industri belum seluruhnya mempunyai IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah
2. Terbatasnya lahan untuk pembuatan IPAL Komunal bagi Sentra Industri
dan Pemukiman Limbah Rumah Tangga.
3.6.2 Penangangan Limbah Medis
Limbah medis adalah limbah yang biasanya bersumber dari limbah rumah sakit, baik limbah cair maupun limbah padat. Limbah medis dapat
dikategorikan sebagai limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif limbah
medis tersebut terhadap masyarakat atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan secara khusus.
Di Kabupaten Jepara sendiri, praktek pengolahan limbah medis oleh rumah sakit maupun puskesmas sudah dilakukan. Terlihat dari fakta bahwa
selama ini baik puskesmas ataupun rumah sakit yang ada di wilayah Kabupaten Jepara sudah mempunyai incinerator 13 puskesmas, sedangkan Puskesmas
yang belum mempunyai incinerator masih menyerahkan limbah medis,
Buku Putih Kota Jepara III-48
khususnya limbah padat yang dihasilkannya untuk dibakar pada unit incinerator yang dimiliki oleh RSUD Kartini atau pada Puskesmas terdekat.
Hingga tahun 2009 RSUD Kartini merupakan salah satu rumah sakit yang diketahui memiliki pengolahan limbah medis baik padat maupun cair
walaupun secara kuantitas maupun kualitas pengolahan limbah masih kurang memadai. Secara detail penjelasan terkait limbah medis ditinjau dari sumber,
jenis dan pengolahannya dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Sumber
Sumber timbulan sampah medis yang dihasilkan dari RSUD Kartini secara garis besar berasal dari unit obstetrik, unit emergency, unit
laboratorium, kamar mayat, patologi dan otopsi, unit layanan medis, dan sebagainya adalah sebanyak 1.204 kg per bulan
.
b. Jenis