Buku Putih Kota Jepara III-55
No Kelembagaan
Referensi Kesesuaian dalam RPJMD, RKPD dan
Pendanaan Program
f. hari ada tangki septik yang dikuras. Dorongan belanja sanitasi lebih ditingkatkan harus
mengacu kepada kebutuhan nyata dalam rangka untuk meningkatkan cakupan pelayanan, yang
pada akhirnya akan meningkatkan pula pendapatan retribusinya.
5 Urusan Kesehatan
a. Secara spesifik dalam dokumen RPJM, Dinas
Kesehatan tidak secara langsung fokus ke program sanitasi kota. Dinas Kesehatan lebih banyak
mengembangkan program kesehatan bagi balita dan ibu, seperti gizi balita dan posyandu, serta
kegiatan-kegiatan proyek perbaikan peningkatan kapasitas Puskesmas.
Dinas Kesehatan Kabupaten Ref : RKPD Renja SKPD
b. Terdapat dua program yang bisa diindikasikan memberikan dukungan dalam program sanitasi,
yaitu; meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan- perilaku hidup sehat dan meningkatkan lingkungan
sehat di tempat-tempat umum.
c. Dengan demikian, Dinkes masih bisa didorong untuk lebih berperan meningkatkan program
pendanaan yang bisa mengindikasikan secara langsung mendukung program sanitasi kota.
6 Urusan Pemberdayaan
a. Bapermasdes secara khusus belum menyentuh
dan memberikan partisipasinya dalam program sanitasi kota, karena belum ada indikasi
pelaksanaan program yang mengarah kepada dukungannya dalam pembangunan sanitasi kota.
Masyarakat Desa
Bapermasdes
Ref : RKPD Renja SKPD b. Program pendanaan pada Bapermasdes lebih
banyak diarahkan kepada kegaiatan-kegiatan pemberdayaan peran-peran sosial-politik-
keamaman-ekonomi mikro, dan belum mengarah kepada peningkatan peran dalam program
infrastruktur kota sanitasi.
7 Urusan Lingkungan Hidup
Badan Lingkungan Hidup a.
BLH lebih fokus pada masalah perlindungan sumber daya alam seperti pembuatan biopori di
daerah resapan air serta penyuluhan masyarakat untuk perlindungan pencemaran sungai
Ref : RKPD Renja SKPD b. Sedangkan untuk urusan limbah industri, BLH
hanya terbatas pada tindakan pemantauan dan pemberian ijin tentang pengelolaan limbah saja.
c. Pada acara-acara lomba kebersihan di tingkat sekolah maupun instansi perkantoran ikut
berpartisipasi memberikan hadiah alat-alat kebersihan dan tanaman untuk penghijauan.
3.7.2 Proporsi Pendanaan Pembangunan Sanitasi
Kondisi belanja sanitasi Kabupaten Jepara dari tahun 2007 - 2009 data tahun 2006 tidak ada secara lengkap menunjukan penyediaan anggaran untuk
Buku Putih Kota Jepara III-56
kegiatan sanitasi besarannya sangat fluktuatif, tahun 2007 mempunyai nilai paling besar yaitu sebesar Rp. 32,02 milyar dan yang paling rendah pada tahun
2009 sebesar Rp. 2,84 milyar. Secara proporsi belanja sanitasi terhadap belanja APBD tahun 2007 mencapai 4,49 sedangkan tahun 2009 menurun sangat
tajam menjadi 0,35. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk tahun kedepan belanja langsung sanitasi masih mempunyai potensi untuk ditingkatkan lagi.
Namun demikian, hal-hal lain perlu juga dipertimbangkan dalam perencanaan pendanaan masa datang, seperti variabel makro ekonomi nasional dan daerah,
kebijakan dan keputusan politik, rencana program aksi sanitasi jangka menengah. Proporsi pendanaanpembiayaan belanja sanitasi Kabupaten Jepara
dapat dilihat dalam Tabel 3.17.
3.7.3 Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah
Pendapatan asli daerah PAD sebagai pencerminan kemampuan keuangan masyarakat dalam berpartisipasi menjaga pengoperasian dan
pemeliharaan sarana prasarana publik. PAD Kabupaten Jepara memberikan gambaran optimistik dengan pertumbuhan yang signifikan dari tahun ke tahun.
Namun demikian, dibalik perilaku anggaran tersebut mengandung potensi bahwa sektor pendanaan masih bisa didorong untuk peningkatan, khususnya sektor
sanitasi untuk memenuhi kebutuhan publik. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Kabupaten
Jepara Tahun Anggaran 2006-2009 dapat dilihat pada Tabel 3.18. 3.7.4 Besaran Pendanaan Sanitasi Per Tahun
Perkembangan jumlah belanja langsung sanitasi Kabupaten Jepara mengalami fluktuasi naik-turun yang cukup besar, belanja sanitasi subsektor
sampah pada tahun 2006 mencapai Rp. 5,93 milyar sedangkan tahun 2009 turun hampir setengahnya menjadi Rp. 2,82 milyar. Sementara itu, belanja langsung
drainase pada tahun 2007 termasuk belanja langsung yang cukup besar yaitu mencapai RP. 26,0 milyar sedangkan tahun 2009 mengalami penurunan yang
cukup drastis yaitu hanya Rp.11,8 juta. Perkembangan pendanaan penyelenggaraan sub-sektor air limbah di
Kabupaten Jepara menunjukkan tingkat yang sangat fluktuatif dan tidak konsisten serta jumlahnya sangat minim. Pada tahun 2007 anggaran air limbah
baru mencapai Rp. 90 juta, sedangkan tahun 2009 turun cukup besar yaitu hanya sejumlah Rp.3,3 juta setelah tahun sebelumnya 2008 mencapai titik
sangat rendah atau hampir tidak dianggarkan karena jumlahnya hanya sebesar Rp. 290 ribu. Permasalahan inkonsistensi belanja langsung sub sektor air limbah
ini masih perlu dikaji lebih dalam penyebabnya.
Buku Putih Kota Jepara III-57
Tabel 3.17 Besaran Pembiayaan Sanitasi Per Tahun - Kabupaten Jepara
N o
Anggaran Belanja Langsung
2006 2007
2008 2009
2010
1 2
3 4
5 6
7 A SubsektorProgramKe
giatan Persampahan - 5.932635.000
7.673.362.000 2.823.520.000
2.983.000.000 B SubsektorProgramKe
giatan Air Limbah - 90.000.000
290.000 3.300.000
3.400.000 C SubsektorProgramKe
giatan Drainase - 26.000.560.000
27.000.569 11.863.300
1.683.000.000 D Jumlah
Belanja Langsung Sanitasi
- 32.023.195.000 7.700.652.569
2.838.683.000 4.669.400.000
E Jumlah Seluruh
Belanja APBD 558.129.120.000 713.228.114.000
772.785.860.000 806.509.538.000 -
F Proporsi Belanja
SanitasiBelanja APBD - 4.49
1.00 0.35 -
• Sumber APBD penjabaran, perubahan.
• Sumber APBD anggaran, perubahan.
Buku Putih Kota Jepara III-58
Tabel 3.18 Struktur APBD Kabupaten Jepara Tahun 2006-2009
KODE U R A I A N
T A H U N 2006
2007 2008
2009 Penetapan
Perubahan Penetapan
Perubahan Penetapan
Perubahan Penetapan
Perubahan 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 1
PENDAPATAN 532.798.339.000 547.399.120.000
657.115.940.000 681.954.997.000 717.327.997.000
731.045.136.000 772.921.648.000
762.710.335.000 1.1
Pendapatan Asli Daerah
52.435.097.000 52.631.057.000
53.900.233.000 57.610.457.000
55.951.063.000 62.003.754.000
72.717.676.000 68.098.430.000
1.2 Dana
Perimbangan 480.363.242.000 494.768.063.000
536.307.201.000 543.842.468.000 607.987.624.000
611.019.234.000 642.923.382.000
645.109.911.000 1.3
Lain-Lain Pendapatan
Yang Sah -
- 66.908.506.000
80.502.072.000 53.389.310.000
58.022.148.000 57.280.590.000
49.501.994.000
2 BELANJA
527.423.339.000 558.129.120.000 679.278.387.000
713.228.114.000 754.396.532.000 772.785.860.000
804.538.898.000 806.509.538.000
2.1 Belanja Tidak
Langsung Aparatur
Daerah 163.889.313.000 170.382.366.000
345.947.802.000 372.862.029.000 438.664.004.000
445.158.759.000 491.120.701.000
538.690.760.000
2.2 Belanja
Langsung Pelayanan
Publik 363.534.026.000 387.746.754.000
333.330.585.000 340.366.085.000 315.732.528.000
327.627.101.000 313.418.197.000
267.818.778.000
Buku Putih Kota Jepara III-59
KODE U R A I A N
T A H U N 2006
2007 2008
2009 Penetapan
Perubahan Penetapan
Perubahan Penetapan
Perubahan Penetapan
Perubahan 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 DEFISIT
5.375.000.000 10.730.000.000 22.162.447.000
31.273.117.000 37.068.535.000
41.740.724.000 31.617.250.000
43.799.203.000 3
PEMBIAYAAN 3.1
Penerimaan Daerah
- 16.125.000.000
29.853.432.000 34.262.230.000
37.942.045.000 46.832.234.000
41.250.000.000 53.831.953.000
3.2 Pengeluaran
Daerah 5.375.000.000
5.395.000.000 7.690.985.000
7.690.985.000 873.510.000
5.091.510.000 9.632.750.000
10.032.750.000
SURPLUS 5.375.000.000 10.730.000.000
22.162.447.000 26.571.245.000
37.068.535.000 41.740.724.000
31.617.250.000 43.799.203.000
Sumber : APBD Kabupaten Jepara Tahun 2006-2009 Bagian Keuangan Setda Jepara.
Buku Putih Kota Jepara III-61
3.7.5 Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan Retribusi Layanan Sanitasi
Realisasi dan potensi pendapatan retribusi untuk layanan sanitasi kepada publik baru berasal dari dua komponen sanitasi saja, yaitu layanan
kebersihansampah dan layanan air limbah rumah tanggadomestik. Perkembangan pendapatan yang berasal dari retribusi kebersihan sampah
selama dua tahun berturutan, sejak tahun 2007 dan tahun 2008 tahun 2006 tidak ada data lengkap terdata pemasukan pendapatan retribusi yang cukup
yaitu sebesar Rp. 100,5 juta tahun 2007 dan naik menjadi Rp. 111,3 juta tahun 2008, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan yang drastis yaitu sebesar
Rp. 32,4 juta. Hal ini perlu menjadi perhatian yang serius supaya dapat menutup celah-celah kebocoran pendapatan daerah di masa datang. Perkembangan
pendapatan retribusi air limbah pada kurun waktu yang sama dengan retribusi kebersihan sampah mengalami penurunan yang drastis di tahun 2009. Selama
2 tahun berturut-turut 20072008, pendapatan retribusi air limbah sebesar Rp. 11,4 juta Rp. 11,9 juta, sedangkan pada tahun 2009 hanya mencapi 10 nya
saja yaitu sebesar Rp. 1,0 juta. Tarif angkut limbah kakustinja merupakan sejumlah pungutan yang dikenakan berdasarkan jarak dari sumber ke IPLT.
Dalam pelaksanaannya Pemerintah Kabupaten Jepara telah mempunyai Instalasi Pengolah Limbah Tinja IPLT yang berlokasi sama dengan TPA
Sampah Bandengan, meskipun saat ini penggunaannya belum optimal. Retribusi air limbah rumah tangga diatur berdasarkan Perda nomor 6 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tingkat II Jepara No. 1 Tahun 1999 tentang Retribusi Penyedotan Kakus. Rendahnya permintaan sedot kakus
tidak terlepas dari konstruksi tangki septik yang dibangun pada ribuan rumah di kota ini yang kemungkinan tidak kedap air. Sementara itu pendapatan dari
retribusi drainase belum ada, karena memang belum ada Perda yang mengatur urusan drainase lingkungan. Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan
Retribusi Layanan Sanitasi dapat dilihat pada Tabel 3.18 berikut dibawah ini.
Buku Putih Kota Jepara III-62
Tabel 3.19 Besaran Realisasi dan Potensi Pendapatan Retribusi Layanan Sanitasi – Kabupaten Jepara