N-total dan C-organik Tanah Basa-basa dan Unsur Mikro Tanah

5.2.3 N-total dan C-organik Tanah

Pada Tabel 4 terlihat bahwa perlakuan bahan humat dengan kapur memberikan nilai N-total yang lebih tinggi yaitu berkisar antara 0,05-0,07. Sedangkan pada perlakuan bahan humat tanpa kapur memiliki nilai N-total berkisar antara 0,03-0,05. Sedangkan dalam kriteria penilaian sifat kimia tanah Lampiran 10 nilai untuk kadar N 0,10 termasuk sangat rendah. Tabel 4. Hasil Analisis N-total dan C-organik Tanah Perlakuan N-Total C-Organik Non Kapur Kapur Non Kapur Kapur H0 0,03 0,06 - - H1 0,04 0,06 - - H2 0,05 0,05 0,16 0,18 H3 0,04 0,07 - - Ket: - = tidak dianalisa Bahan organik berasal dari sisa tumbuhan, binatang dan jasad mikro, baik yang telah melalui proses perombakan seluruh maupun sebagian. Komponen C- organik yang dikandung suatu tanah sangat dipengaruhi oleh keberadaan bahan organik yang berasal dari organisme hidup di tanah di mana tanaman menjadi sumber utama komponen organik tanah. Kadar bahan organik dapat diduga dari kadar karbon organiknya. Pada umumnya bahan organik tanah rata-rata mengandung 58 C. C-organik pada daerah penelitian ini memiliki nilai sangat rendah, yaitu 0,16 untuk perlakuan bahan humat tanpa kapur dan 0,18 untuk perlakuan bahan humat dengan Tabel 4

5.2.4 Basa-basa dan Unsur Mikro Tanah

Hara atau nutrient adalah zat yang diserap tanaman untuk memenuhi kebutuhan makanannya. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi 2004, cadangan hara yang tinggi dan ketersediaanya yang tinggi sangat diperlukan. Peranan mineral primer penting karena berperan sebagai cadangan yang laju pelepasannya bervariasi menurut sifat mineral, ketersediaanya lambat sampai sangat lambat, bentuk yang tersedia adalah yang larut dalam air sedangkan yang mudah tersedia adalah bentuk yang dapat dipertukarkan. Kejenuhan basa merupakan kation-kation yang terdapat dalam kompleks jerapan koloid tanah seperti Ca ++ , Mg ++ , K + dan Na + . Kejenuhan basa menunjukan perbandingan nilai antara jumlah kation basa dengan jumlah semua kation. Nilai kejenuhan basa pada perlakuan bahan humat tanpa kapur ialah 70,50 dan pada perlakuan bahan humat dengan kapur sebesar 63,95 Lampiran 6. Kalsium dan Magnesium dalam tanah keduanya dalam bentuk kation divalen, mudah tercuci pada tanah pasir. Tanah berpasir dengan KTK rendah umumnya tidak cukup mengandung Ca untuk menjamin kebutuhan tanaman. Biasanya KTK rendah berkorelasi dengan kadar Ca-dd dapat dipertukarkan yang rendah dan tanah dengan KTK tinggi berkorelasi dengan Ca-dd yang tinggi pula. Hal ini juga ditunjukkan dalam hasil penelitian kadar Ca pada tanah perlakuan bahan humat tanpa kapur sebesar 0,33 me100g dan perlakuan bahan humat dengan kapur sebesar 1,09 me100g. Menurut Adisarwanto 2000, unsur Ca merupakan hara yang paling menentukan tingkat kebernasan polong kacang tanah. Oleh karena itu, ketersediaannya dalam kategori cukup sangat dibutuhkan. Jumlah ketersediaan Mg di dalam tanah berkisar antara 0,1 tekstur kasar sampai 4 pada tanah-tanah bertekstur halus Leiwaksabessy et al., 2003. Magnesium pada tanah dengan perlakuan bahan humat tanpa kapur sebesar 1,27 me100g dan magnesiumuntuk perlakuan bahan humat dengan kapur sebesar 1,13 me100g Tabel 5. Kalium dalam tanah cenderung mudah tercuci leaching. K ditemukan dalam jumlah banyak di dalam tanah, tetapi hanya sebagian kecil yang dapat digunakan oleh tanaman yaitu yang terlarut dalam air dan yang dapat dipertukarkan dalam koloid tanah. Jumlah K tersedia berkisar antara 1-2 total K di dalam tanah. Pada penelitian ini K untuk tanah perlakuan bahan humat tanpa kapur sebesar 0,86 me100g dan untuk tanah dengan perlakuan bahan humat dengan kapur sebesar 1,03 me100g Tabel 5. Nilai K yang rendah pada tanah ini umumnya disebabkan oleh adanya pencucian yang dipicu oleh rendahnya kandungan koloid tanah liat dan organik yang dapat mengadsorbsi K karena tanah belum mengalami pelapukan lanjut, sehingga dengan drainase tanah yang sangat baik maka K+ mudah terlindi Syukur dan Harsono, 2008. Kadar Na pada tanah perlakuan bahan humat tanpa kapur sebesar 0,21 me100g dan Na pada tanah dengan perlakuan bahan humat dengan kapur sebesar 0,71 me100g. Natrium berperan dalam mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman dan menyebabkan tanaman itu tahan kekeringan Leiwakabessy et al., 2003. Tabel 5. Hasil Analisis Basa-basa dan Unsur Mikro Fe Perlakuan Basa-Basa Unsur Mikro K Na Ca Mg Fe me100g ppm H0 K0 0,68 0,20 0,37 1,18 22,72 H1 K0 0,94 0,22 0,36 1,40 22,31 H2 K0 0,90 0,19 0,34 1,10 20,09 H3 K0 0,92 0,24 0,22 1,40 20,53 H0 K1 0,75 0,37 0,75 0,90 20,07 H1 K1 0,94 0,31 1,51 1,33 19,40 H2 K1 0,88 1,13 0,92 1,07 23,47 H3 K1 1,54 1,05 1,17 1,20 23,23 Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, 2010 Unsur mikro merupakan unsur hara yang terdapat di tanah dan dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah sedikit. Besi Fe, Mangan Mn, Seng Zn, dan Tembaga Cu merupakan contoh unsur-unsur mikro esensial. Kadar besi pada analisis awal tanah pasir besi ini sebesar 25,20 ppm. Setelah dilakukan penanaman dengan pemberian bahan humat, kadar Fe untuk tanah penelitian ini berkisar antara 19,40-23,47 ppm. Penurunan kadar Fe ini disebabkan oleh salah satu karakteristik yang paling khas dari senyawa bahan humat adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidrosida, mineral dan organik, termasuk zat pencemar lainnya. Sejumlah senyawa organik dalam tanah mampu mengikat ion-ion logam yang berlebih, sehingga jumlahnya menjadi lebih sedikit dalam larutan tanah sebagaimana dibutuhkan tanaman Schnitzer dan Khan, 1978.

5.2.5 Kapasitas Tukar Kation KTK Tanah