V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Tanah Awal
Suhu tanah pada lokasi lahan tambang sangat beragam dan sangat ditentukan oleh jarak dari laut, semakin ke arah laut suhu tanah semakin tinggi
mencapai 78°C. Sebaliknya semakin menjauhi laut suhu tanah semakin menurun. Pada petak yang berada di dekat jalan, suhu tercatat 48°C dan suhu tanah pada
petak di pertengahan antara jalan dan laut sebesar 62°C. Suhu yang sangat tinggi tersebut menyebabkan proses penguapan air dari permukaan tanah terjadi sangat
cepat, mengakibatkan pergerakan air dari bagian tanah yang lebih dalam ke permukaan terputus sehingga tanah di lokasi penelitian pada kedalaman lebih dari
10 cm tetap lembab hal ini didukung oleh ukuran butir pasir tidak seragam dan bergerigi membuat tanah tersebut dapat memegang air dengan kuat, di celah-celah
pori butir-butir tekstur pasir. Selain itu terdapatnya pori tanah yang putus, dan menyebabkan lapisan atas menguap dan lapisan dibawahnya lembab. Hal ini
membuat tanah tersebut tetap dalam keadaan lembab pada kedalaman lebih dari 10 cm.
Berdasarkan hasil analisis tanah awal Lampiran 5, terlihat bahwa tanah yang digunakan sebagai bahan penelitian termasuk tanah dengan unsur hara yang
miskin, ditandai dengan nilai kapasitas tukar kation dan C-organik yang sangat rendah yaitu 4,38 me100g dan 0,56, serta rendahnya kadar Ca 0,29 me100g,
Mg 0,45 me100g, K 0,12 me100g dan Na 0,24 me100g. Unsur besi yang terkandung pada tanah bekas tambang sebesar 25,20 ppm.
5.2 Karakteristik Tanah Setelah Perlakuan Bahan Humat dan Kapur
5.2.1 Kadar Air dan Suhu Tanah
Tekstur tanah faktor penting yang mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah
lainnya. Tanah dinyatakan bertekstur pasir jika mengandung pasir 85 atau lebih besar, dengan persentase debu ditambah 1,5 kali persentase liat tidak lebih dari
15 Arsyad, 2000. Pada tanah penelitian ini tekstur pasir didapatkan sebesar
95,45, selanjutnya debu 2,79 dan liat 1,76. Maka tekstur pada lahan bekas tambang ialah tanah pasir dengan lolos saringan 500 µ - 210 µ atau berdiameter
0,5- 0,1 mm yaitu pasir sedang hingga pasir halus. Peran kadar air dalam menentukan hasil akhir produksi kacang tanah pada
penelitian ini sangatlah penting. Komposisi dan diameter butir pasir berpengaruh terhadap kepadatan tanah dan porositas. Kadar air pada lahan bekas tambang
berkisar antara 1,879-2,507 Tabel 2. Tabel 2. Kadar Air Tanah
Perlakuan Kadar Air
Non Kapur Kapur
H0 2,061
1,932 H1
1,908 1,879
H2 2,195
2,370 H3
2,201 2,507
Suhu tanah yang berkisar antara 48-78°C merupakan salah satu penghambat pertumbuhan kacang tanah. Setelah penanaman kacang tanah, suhu
permukaan tanah di lahan pasca tambang pasir besi menurun rata-rata mencapai 40°C. Hal ini disebabkan tajuk tanaman kacang tanah yang rimbun.
5.2.2 Kemasaman Tanah pH dan Daya Hantar Listrik Ec Tanah
Reaksi tanah pada petak dengan pemberian bahan humat tanpa kapur menunujukan pH H
2
O tanah berada pada kisaran 6,55-6,57 dan pada petak dengan perlakuan bahan humat dengan kapur menunujukan pH H
2
O tanah antara 6,85-7,01. Nilai rata-rata Ec pada perlakuan bahan humat tanpa kapur
sebesar 28,2 µSm sedangkan nilai Ec untuk perlakuan bahan humat dengan kapur sebesar 44,8 µSm.
Tabel 3. Hasil Pengukuran pH dan Ec
Perlakuan pH
Ec µScm Non Kapur
Kapur Non Kapur
Kapur H0
6,57 6,93
28,9 44,6
H1 6,57
6,89 26,5
46,3 H2
6,55 7,01
29,1 40,9
H3 6,56
6,85 28,1
47,5
5.2.3 N-total dan C-organik Tanah
Pada Tabel 4 terlihat bahwa perlakuan bahan humat dengan kapur memberikan nilai N-total yang lebih tinggi yaitu berkisar antara 0,05-0,07.
Sedangkan pada perlakuan bahan humat tanpa kapur memiliki nilai N-total berkisar antara 0,03-0,05. Sedangkan dalam kriteria penilaian sifat kimia tanah
Lampiran 10 nilai untuk kadar N 0,10 termasuk sangat rendah. Tabel 4. Hasil Analisis N-total dan C-organik Tanah
Perlakuan N-Total
C-Organik Non Kapur
Kapur Non Kapur
Kapur H0
0,03 0,06
- -
H1 0,04
0,06 -
- H2
0,05 0,05
0,16 0,18
H3 0,04
0,07 -
-
Ket: - = tidak dianalisa
Bahan organik berasal dari sisa tumbuhan, binatang dan jasad mikro, baik yang telah melalui proses perombakan seluruh maupun sebagian. Komponen C-
organik yang dikandung suatu tanah sangat dipengaruhi oleh keberadaan bahan organik yang berasal dari organisme hidup di tanah di mana tanaman menjadi
sumber utama komponen organik tanah. Kadar bahan organik dapat diduga dari kadar karbon organiknya. Pada umumnya bahan organik tanah rata-rata
mengandung 58 C. C-organik pada daerah penelitian ini memiliki nilai sangat rendah, yaitu 0,16 untuk perlakuan bahan humat tanpa kapur dan 0,18 untuk
perlakuan bahan humat dengan Tabel 4
5.2.4 Basa-basa dan Unsur Mikro Tanah
Hara atau nutrient adalah zat yang diserap tanaman untuk memenuhi kebutuhan makanannya. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi 2004, cadangan
hara yang tinggi dan ketersediaanya yang tinggi sangat diperlukan. Peranan mineral primer penting karena berperan sebagai cadangan yang laju pelepasannya
bervariasi menurut sifat mineral, ketersediaanya lambat sampai sangat lambat, bentuk yang tersedia adalah yang larut dalam air sedangkan yang mudah tersedia
adalah bentuk yang dapat dipertukarkan.
Kejenuhan basa merupakan kation-kation yang terdapat dalam kompleks jerapan koloid tanah seperti Ca
++
, Mg
++
, K
+
dan Na
+
. Kejenuhan basa menunjukan perbandingan nilai antara jumlah kation basa dengan jumlah semua kation. Nilai
kejenuhan basa pada perlakuan bahan humat tanpa kapur ialah 70,50 dan pada perlakuan bahan humat dengan kapur sebesar 63,95 Lampiran 6.
Kalsium dan Magnesium dalam tanah keduanya dalam bentuk kation divalen, mudah tercuci pada tanah pasir. Tanah berpasir dengan KTK rendah
umumnya tidak cukup mengandung Ca untuk menjamin kebutuhan tanaman. Biasanya KTK rendah berkorelasi dengan kadar Ca-dd dapat dipertukarkan yang
rendah dan tanah dengan KTK tinggi berkorelasi dengan Ca-dd yang tinggi pula. Hal ini juga ditunjukkan dalam hasil penelitian kadar Ca pada tanah perlakuan
bahan humat tanpa kapur sebesar 0,33 me100g dan perlakuan bahan humat dengan kapur sebesar 1,09 me100g. Menurut Adisarwanto 2000, unsur Ca
merupakan hara yang paling menentukan tingkat kebernasan polong kacang tanah. Oleh karena itu, ketersediaannya dalam kategori cukup sangat dibutuhkan. Jumlah
ketersediaan Mg di dalam tanah berkisar antara 0,1 tekstur kasar sampai 4 pada tanah-tanah bertekstur halus Leiwaksabessy et al., 2003. Magnesium pada
tanah dengan perlakuan bahan humat tanpa kapur sebesar 1,27 me100g dan magnesiumuntuk perlakuan bahan humat dengan kapur sebesar 1,13 me100g
Tabel 5. Kalium dalam tanah cenderung mudah tercuci leaching. K ditemukan
dalam jumlah banyak di dalam tanah, tetapi hanya sebagian kecil yang dapat digunakan oleh tanaman yaitu yang terlarut dalam air dan yang dapat
dipertukarkan dalam koloid tanah. Jumlah K tersedia berkisar antara 1-2 total K di dalam tanah. Pada penelitian ini K untuk tanah perlakuan bahan humat tanpa
kapur sebesar 0,86 me100g dan untuk tanah dengan perlakuan bahan humat dengan kapur sebesar 1,03 me100g Tabel 5. Nilai K yang rendah pada tanah ini
umumnya disebabkan oleh adanya pencucian yang dipicu oleh rendahnya kandungan koloid tanah liat dan organik yang dapat mengadsorbsi K karena
tanah belum mengalami pelapukan lanjut, sehingga dengan drainase tanah yang sangat baik maka K+ mudah terlindi Syukur dan Harsono, 2008.
Kadar Na pada tanah perlakuan bahan humat tanpa kapur sebesar 0,21 me100g dan Na pada tanah dengan perlakuan bahan humat dengan kapur sebesar
0,71 me100g. Natrium berperan dalam mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman dan menyebabkan tanaman itu tahan kekeringan Leiwakabessy et al.,
2003. Tabel 5. Hasil Analisis Basa-basa dan Unsur Mikro Fe
Perlakuan Basa-Basa
Unsur Mikro
K Na
Ca Mg
Fe me100g
ppm H0 K0
0,68 0,20
0,37 1,18
22,72 H1 K0
0,94 0,22
0,36 1,40
22,31 H2 K0
0,90 0,19
0,34 1,10
20,09 H3 K0
0,92 0,24
0,22 1,40
20,53 H0 K1
0,75 0,37
0,75 0,90
20,07 H1 K1
0,94 0,31
1,51 1,33
19,40 H2 K1
0,88 1,13
0,92 1,07
23,47 H3 K1
1,54 1,05
1,17 1,20
23,23 Sumber: Hasil Analisis Laboratorium Pengembangan Sumberdaya Fisik Lahan, 2010
Unsur mikro merupakan unsur hara yang terdapat di tanah dan dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah sedikit. Besi Fe, Mangan Mn, Seng Zn, dan
Tembaga Cu merupakan contoh unsur-unsur mikro esensial. Kadar besi pada analisis awal tanah pasir besi ini sebesar 25,20 ppm. Setelah dilakukan
penanaman dengan pemberian bahan humat, kadar Fe untuk tanah penelitian ini berkisar antara 19,40-23,47 ppm. Penurunan kadar Fe ini disebabkan oleh salah
satu karakteristik yang paling khas dari senyawa bahan humat adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidrosida, mineral
dan organik, termasuk zat pencemar lainnya. Sejumlah senyawa organik dalam tanah mampu mengikat ion-ion logam yang berlebih, sehingga jumlahnya menjadi
lebih sedikit dalam larutan tanah sebagaimana dibutuhkan tanaman Schnitzer dan Khan, 1978.
5.2.5 Kapasitas Tukar Kation KTK Tanah
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu
menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa Ca, Mg, K,
Na kejenuhan basa tinggi dapat meningkatkan kesuburan tanah Hardjowigeno, 1987.
Hasil analisis tanah pasir pada penelitian Lampiran 6, menunjukan KTK tanah yang rendah sebesar 2,73 me100 g untuk perlakuan bahan humat tanpa
kapur dan 5,84 me100 g untuk perlakuan bahan humat dengan kapur. Menurut Syukur dan Harsono 2008, rendahnya nilai KTK pada tanah berpasir disebabkan
oleh rendahnya mineral liat yang merupakan sumber muatan negatif baik pada kisi mineral maupun pinggir mineral yang dapat mengadsorbsi kation-kation, dan
kandungan bahan organik yang kurang tinggi menyebabkan rendahnya nilai KTK tanah.
5.2.6 P-tersedia
Fosfor dalam tanah sangat lambat tersedia dan mudah terbawa aliran permukaan. Pada Tabel 6, terlihat nilai P-tersedia berkisar antara 1,63-3,29 ppm.
Pada lahan pasca tambang ini, sangat sedikit ketersediaan unsur hara P di dalam tanah dikarenakan retensi yang tinggi terhadap unsur P di dalam tanah
menyebabkan konsentrasinya di dalam larutan tanah cepat sekali berkurang. Serta kehilangan P oleh pencucian ternyata lebih banyak terjadi pada tanah-tanah
bertekstur pasir atau kasar karena cenderung kurang bereaksi dengan fosfor Leiwakabessy et al., 2003.
Tabel 6. Hasil Analisis P-tersedia Perlakuan
P-tersedia ppm Non Kapur
Kapur H0
2,78 2,95
H1 2,63
3,13 H2
3,29 1,63
H3 3,26
2,24
5.3 Pertumbuhan Kacang Tanah
Setelah penanaman kacang tanah, suhu permukaan yang terdapat pada lahan pasca tambang menurun menjadi 40°C, disebabkan tajuk kacang tanah yang
rimbun. Pertumbuhan kacang tanah, sangat dipengaruhi oleh gabungan faktor lingkungan yang seimbang dan menguntungkan. Antara lain faktor fisik, kimia
dan biologi. Tanaman kacang tanah cocok ditanam pada daerah di ketinggian 0 –
500 m di atas permukaan laut dpl. Pemberian bahan humat diberikan ketika tanaman berumur 2 MST. Hal ini
disebabkan oleh tekstur tanah pada lahan percobaan ini yang hampir 95 merupakan pasir dan suhu pada lahan percobaan ini hingga mencapai 78°C,
menyebabkan menjadi faktor pembatas pertumbuhan kacang tanah sangat besar. Suhu tanah di atas 40°C akan mematikan benih yang baru ditanam Adisarwanto,
2000. Dengan pemberian bahan humat yang dapat merangsang pertumbuhan diharapkan dapat membantu akar tanaman untuk mendapatkan ketersediaan air
dan hara. Pengukuran pertama dilakukan ketika tanaman berumur 3 MST,
pengukuran kedua dilakukan ketika tanaman berumur 4 MST, pengukuran ketiga dilakukan ketika tanaman berumur 6 MST, pengukuran keempat dilakukan ketika
tanaman berumur 8 MST, pengukuran kelima dilakukan ketika tanaman berumur 10 MST dan pengukuran keenam dilakukan ketika tanaman berumur 12 MST.
Pemberian bahan humat pada tanaman kacang tanah telah merangsang pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap metabolisme dan terhadap
sejumlah proses fisiologi. Dari hasil penelitian yang dilakukan ini menunjukan pertumbuhan yang sangat baik. Pada Gambar 8, dapat diketahui bahwa
penanaman yang dilakukan dengan penambahan bahan humat tanpa kapur, telah menunjukan pertumbuhan tanaman mengalami peningkatan pertumbuhan yang
lebih tinggi dibandingkan tanaman kontrol. Anonim 2011 mengatakan bahwa pengaruh bahan humat terhadap aktifitas mikroorganisme di tanah akan
menghasilkan hormon-hormon pertumbuhan seperti auxin, sitokinin dan giberelin. Hormon sitokinin berfungsi merangsang pembentukan tunas-tunas baru.
Pada Gambar 8, dapat diketahui bahwa pengukuran tinggi tanaman untuk perlakuan bahan humat tanpa kapur pada saat tanaman berumur 3 MST
mengalami pertumbuhan yang hampir merata. Namun setelah diberinya perlakuan bahan humat menunjukan perbedaan untuk setiap perlakuan. Pertumbuhan
tanaman tertinggi dicapai pada perlakuan H2K0, selanjutnya diikuti H3K0, H0K0 dan H1K0. Hal ini disebabkan oleh petak tanaman dengan perlakuan H0K0 dan
H1K0 yang terletak mendekati laut. Pada Gambar 9, dapat diketahui bahwa jumlah daun tanaman kacang tanah
untuk pengukuran bahan humat tanpa kapur pada pengukuran pertama yaitu ketika tanaman berumur 3 MST relatif sama dan terlihat peningkatan jumlah daun
tanaman pada pengukuran kedua yaitu ketika tanaman berumur 4 MST. Pertumbuhan jumlah daun terus meningkat hingga pengukuran kelima yaitu
ketika tanaman berumur pada umur 10 MST dan menurun ketika pengukuran keenam yaitu ketika tanaman berumur pada umur 12 MST. Hasil tertinggi jumlah
daun tanaman dicapai pada perlakuan H2K0 diikuti dengan H3K0, H0K0 dan H1K0 dan terjadi penurunan pada pengukuran 10 MST.
Gambar 8. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kacang Tanah Non Kapur
0,0 5,0
10,0 15,0
20,0 25,0
30,0 35,0
40,0
3 4
6 8
10 12
T in
gg i T
a n
a ma
n c
m
H0K0 H1K0
H2K0 H3K0
MST
0,0 5,0
10,0 15,0
20,0 25,0
30,0 35,0
40,0 45,0
3 4
6 8
10 12
T in
gg i T
a n
a m
a n
c m
H0K1 H1K1
H2K1 H3K1
Gambar 9. Grafik Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah Non Kapur Untuk perlakuan bahan humat dengan kapur pertumbuhan tinggi tanaman
kacang tanah disajikan pada Gambar 10. Pengukuran pertama yaitu ketika tanaman berumur 3 MST menunjukan tinggi pertumbuhan yang relatif sama dan
setelah diberi perlakuan bahan humat menampakan hasil yang beragam. Didapatkan hasil tertinggi untuk tinggi tanaman dicapai pada perlakuan H0K1
selanjutnya diikuti dengan H3K1, H2K1 dan H1K1. Hal ini disebabkan oleh petak tanaman dengan perlakuan H1K1 dan H2K1 yang terletak mendekati laut. Jika
dibandingkan dengan petak tanaman kacang tanah dengan perlakuan bahan humat tanpa kapur, rata-rata pertumbuhan petak tanaman yang semakin mendekat ke laut
akan memiliki angka pertumbuhan yang lebih rendah.
Gambar 10. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kacang Tanah Kapur Pada Gambar 11, menunjukan tanaman kacang tanah dengan perlakuan
bahan humat dengan kapur pada pengukuran pertama yaitu ketika tanaman
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
60,0 70,0
80,0
3 4
6 8
10 12
Ju m
la h
D a
u n
h e
la i
H0K0 H1K0
H2K0 H3K0
berumur 3 MST memiliki jumlah daun yang relatif sama. Namun pada saat pengukuran kedua yaitu ketika tanaman berumur 4 MST mengalami peningkatan
yang signifikan setelah penambahan bahan humat. Pertumbuhan jumlah daun terus meningkat hingga pengukuran kelima yaitu ketika tanaman berumur pada
umur 10 MST, dan menurun ketika pengukuran keenam yaitu ketika tanaman berumur pada umur 12 MST. Didapatkan hasil tertinggi pada perlakuan H0K1
selanjutnya diikuti oleh perlakuan H3K1, H2K1 dan H1K1.
Gambar 11. Grafik Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah Kapur Penurunan jumlah daun yang terjadi pada setiap pengukuran untuk setiap
perlakuan, disebabkan karena tanaman terserang hama ulat grayak Spodoptera litura dan juga telah berhembusnya angin timur dari Samudera Hindia saat
tanaman berumur 10 MST hingga saat panen yang membawa uap garam, sehingga menyebabkan tanaman menjadi kering, gugur dan mati. Data tinggi tanaman dan
jumlah daun per contoh untuk setiap ulangannya selama proses pengukuran disajikan pada Lampiran 7.
5.4 Biomassa Tanaman Kacang Tanah