Bahan Humat TINJAUAN PUSTAKA

tanah sedang mematangkan buah kacangnya di dalam tanah dengan kelembaban yang tinggi maka maka kwalitasnya akan menurun Wirjodiharjo dan Tan, 1963. Tingkat kesuburan tanah dicerminkan oleh kandungan dan kecukupan unsur hara dalam tanah. Tanah dan lingkungan yang ideal untuk penanaman kacang tanah adalah tanah yang cukup mengandung unsur hara makro dan mikro. AAK 1989, mengatakan bahwa kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang panas tetapi sedikit lembab: rata-rata 65-75, dan curah hujan tidak terlalu tinggi, yakni sekitar 800 – 1300 mmtahun, dan musim kering rata-rata sekitar 4 bulantahun. Suprapto 1993, menjelaskan bahwa kacang tanah memerlukan kondisi lingkungan tanah yang lebih lembab dan kondisi ini diperlukan sejak saat tanam hingga masa dua minggu sebelum panen. Pada fase tanaman perkecambahan, pembungaan dan pengisian polong air sangat diperlukan. Pada fase ini jika tidak ada hujan, air irigasi sangat diperlukan. Air irigasi lebih baik digunakan pada fase pembungaan agar tidak mengganggu persarian. Pada masa pemasakan polong pun jika curah hujan tinggi akan menyebabkan polong akan pecah dan biji akan berkecambah di dalam tanah. Untuk itu dua minggu menjelang panen, tanah tidak perlu lagi diairi agar kadar air dalam biji cepat menurun.

2.2 Bahan Humat

Stevenson 1982 mendefinisikan bahan organik tanah sebagai total komponen organik dalam tanah yang meliputi jaringan hewan dan tanaman yang tidak membusuk, hasil dekomposisi residu organik dan biomassa tanah. Menurut Broadbent 1957, bahan organik adalah semua fraksi bukan mineral yang diketemukan sebagai komponen penyusun tanah. Bhan organik merupakan timbunan sisa tanaman dan binatang yang sebagian atau seluruhnya telah mengalami dekomposisi oleh jasad mikro tanah. Tan 1993 mendefinisikan bahwa senyawa humat merupakan bahan terhumifikasi dan dianggap sebagai hasil akhir dekomposisi bahan tanaman di dalam tanah. Istilah senyawa asam humat berasal dari Berzellius 1830 dalam Tan, 1993, yang menggolongkan fraksi humat tanah ke dalam 1 asam humat, yakni fraksi yang larut dalam basa, 2 asam krenik dan aprokrenik, yakni fraksi yang larut dalam air; dan 3 humin, yakni bagian yang tidak dapat larut dan lembam inert. Kini senyawa-senyawa humat didefinisikan sebagai bahan koloidal terpolidispersi yang bersifat amorf, berwarna kuning hingga coklat-hitam dan mempunyai berat molekul relatif tinggi. Secara tidak langsung, bahan humat dapat memperbaiki kesuburan tanah dengan mengubah kondisi fisik, kimia, dan biologi dalam tanah. Secara langsung, bahan-bahan humat telah dilaporkan merangsang pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap metabolisme dan terhadap sejumlah proses fisiologi lainnya. Senyawa humat juga berperan serta dalam pembentukan tanah dan memainkan peranan penting khususnya dalam translokasi atau mobilisasi liat, aluminium, dan besi, yang menghasilkan perkembangan horizon spodik dan horizon argilik Tan, 1993. Menurut Tan 1993, asam humat biasanya kaya akan karbon, yang berkisar antara 41 dan 57. Asam humat juga dalam hal kadar oksigen yang lebih tinggi, dan kadar hidrogen dan nitrogen yang lebih rendah. Kadar oksigen asam humat adalah 33-46. Kadar nitrogen dalam asam humat adalah 2-5. Salah satu karakteristik yang paling khas dari senyawa humat adalah kemampuannya untuk berinteraksi dengan ion logam, oksida, hidroksida, mineral dan organik, termasuk zat pencemar lainnya. Sejumlah senyawa organik dalam tanah mampu mengikat ion-ion logam yang berlebih, sehingga jumlahnya semakin sedikit dalam larutan tanah sebagaimana dibutuhkan tanaman Schnitzer dan Khan, 1978. Pemisahan senyawa humat dari bahan asalnya didasarkan atas kelarutannya dalam alkali dan asam. Diagram alur untuk pemisahan senyawa- senyawa humat ke dalam fraksi-fraksi humat yang berbeda dapat terlihat pada Gambar 4. Adapun manfaat lain bahan humat antara lain meningkatkan kapasitas tukar kation KTK. Peningkatan tersebut menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara atau nutrisi. Bahan humat membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga melindingi unsur tersebut dari pencucian oleh air hujan. Unsur N, P, dan K diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme sehingga dapat dipertahankan dan sewaktu-waktu dapat diserap oleh tanaman. Sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia. Gambar 4. Diagram Alur Pemisahan Senyawa Humat Menjadi Berbagai Fraksi Humat Tan, 1993; Stevenson, 1982 dengan Modifikasi

2.3 Kapur