Hama dan Penyakit HASIL DAN PEMBAHASAN

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 H0 H1 H2 H3 0,31 0,49 0,47 0,37 1,18 0,56 1,05 0,72 Bobot Bernas Non Kapurkg Bobot Bernas Kapur kg Gambar 15. Bobot Bernas Biji Kacang Tanah

5.6 Hama dan Penyakit

Pada penelitian ini terdapat hama dan penyakit yang menyerang tanaman kacang tanah. Hama yang menyerang tanaman kacang tanah antara lain, ulat tanah Agrotis Ipsilon yang banyak ditemukan sebelum masa tanam Gambar 16. Untuk itu penanggulangan yang bisa dilakukan adalah dengan mengelolah tanah dan menyebar furudan pada tanah setelah dibuat bedeng. Namun pada saat tanaman mulai tumbuh pada umur 3 minggu hama ini pun menyerang lagi. Dikarenakan keadaan fisik tanah yang suhunya mencapai 78ºC, maka pada petak penelitian diberikan jerami, yang diharapkan agar benih kacang tanah dapat berkecambah dan tanaman yang berumur 1-4 minggu dapat bertumbuh dengan baik dan tidak mati karena suhu udara dan tanah yang panas. Akan tetapi pemberian jerami ini membuat ulat tanah menyerang petak penelitian yang suhu tanahnya lebih rendah dibandingkan lahan sekitarnya. Ulat tanah banyak bersembunyi di bawah tanah yang diberi jerami, sehingga tanaman kacang tanah yang terserang hama ini terlihat tampak layu, karena akar tanaman kacang tanah telah dimakan oleh ulat tanah. Penanggulangan pun hanya dilakukan secara manual karena terbatasnya tenaga sumberdaya manusia yaitu dengan mencari ulat tanah di bawah tanaman yang mulai layu dan memberantasnya. Gambar 16. Ulat Tanah Agrotis Ipsilon Hama lain yang menyerang ialah ulat korok kacang tanah Stomopterix subsecivella, hama ini menyerang pertanaman muda maupun tua dan membuat liang korokan pada tulang daun. Ciri-ciri tanaman yang terserang hama ini, pada daun tanaman terdapat gelembung atau liang korok yang berbentuk selaput tipis berwarna cokelat muda. Biasanya selaput ini terdapat di jaringan epidermis sepanjang tulang daun. Kupu-kupu ulat ini meletakkan telurnya pada daun dan batang kacang tanah secara tersebar. Setelah telur menetas, larvanya akan merayap ke dalam bagian daun dengan cara membuat liang korok dan biasanya larva tinggal di dalam liang korokan atau diantara daun yang diikat menjadi satu Marzuki, 2009. Untuk memberantas hama ini maka diberikan Decis ® 2,5 EC. Decis adalah insektisida non sistemik, yang bekerja pada serangga dengan cara kontak dan pencernaan. Namun setelah beberapa minggu, hama ini menyerang lagi dan jumlahnya semakin banyak dan pemberian insektisida decis menjadi kebal. Untuk menanggulangi serangan hama kedua ini dengan cara disemprotkan insektisida Regent 50 WSC. Saat penyemprotan regent hama ulat korok yang bersembunyi di dalam liang korokkan ikut mati. Hama lainnya ialah Sikadelida kacang Empoasca sp., hama ini berupa belalang berwarna hijau. Ciri-ciri belalang ini berukuran sangat kecil, pandai meloncat, berjalan miring dan biasanya bersembunyi di bagian bawah daun. Nimfanya berwarna hijau muda dan hidup di bawah daun Marzuki, 2009. Nimfa maupun serangga dewasanya menghisap cairan daun dan menyebabkan terlihat seliput daun yang transparan Gambar 17. Pada terjadi serangan hama ini, insektisida yang dipakai ialah Regent. Akan tetapi tanaman kacang tanah yang sangat rimbun menyebabkan belalang kecil ini bersembunyi dan menyebabkan efek penyemprotan insektisida kurang menunjukan hasil yang memuaskan. Jumlah hama ini semakin meningkat ketika umur tanaman 8-10 minggu. Gambar 17. Sikadelida Kacang Empoasca sp. Tanaman kacang tanah yang terserang hama ulat grayak Spodoptera litura F terlihat pada Gambar 18. Ulat ini memakan bagian daun muda dan menyisakan tulang daun. Ulat ini berwarna hijau muda atau hampir menyerupai warna daun kacang tanah. Selain ulat grayak yang memakan daun kacang tanah, terdapat juga berbagai ulat bulu yang menyerang tanaman kacang tanah dan memakan daun kacang tanah. Gambar 18. Hama Ulat Grayak Spodoptera litura pada Kacang Tanah Tanaman juga terserang hama Siputkeong Gastropoda, yang memakan tanaman terutama menyerang pada malam hari. Siputkeong biasanya bersembunyi di bawah mulsa atau di antara batang-batang kacang tanah. Pemberantasan untuk menanggulangi hama ini ialah dengan mencari siput pada tanaman dan membuangnya di luar areal penelitian atau dapat dimusnahkan. Selain itu, hama tikus tanah menyerang tanaman pada saat umur tanaman telah mencapai masa panen. Biasanya tikus memakan kacang tanah dan meninggalkan bekas polong kacang tanah yang telah dimakannya. Tanaman kacang tanah pada penelitian ini juga terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain, virus bercak daun leafspot disease. Penyakit ini ditandai dengan adanya bintil-bintil cokelat pada daun Gambar 19. Serangan penyakit ini akan semakin mengganas saat musim kemarau. Gambar 19. Virus Bercak Daun leafspot disease Penyebab gejala ini adalah cendawan Cercospora arachidicola dan C. Personata. Penularannya dapat melalui tanah yang terpecik air hujan dan sisa tanaman sakit yang tertinggal dari tanaman sebelumnya Marzuki, 2009. Untuk pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara membenamkan daun yang terjangkit. Kondisi tanah yang becek basah dapat memicu serangan penyakit ini pada leher batang tanaman muda. Penyakit lain yang menjangkit tanaman kacang tanah ialah virus sapu witches brooms disease. Virus ini memiliki ciri yang paling khas, yaitu pada daun tanaman yang terjangkit menjadi kecil, menggerombol seperti sapu dan tanaman menjadi kerdil Gambar 20. Penyakit ini ditularkan oleh wereng Orosius argentatus. Tanaman kacang tanah yang terserang virus ini tidak dapat membentuk polong. Penyakit virus lainnya yang menyerang tanaman kacang tanah ialah PMV Peanut Mottle Virius atau dengan nama lainnya virus belang, tanaman ini ditularkan melalui serangga vektor dan apabila tanaman ini terkena maka tidak mampu membentuk polong, apabila ada polong yang terbentuk, umumnya tidak dapat membentuk biji hapong. Faktor yang mempengaruhi penyebarannya dikarenakan posisi petak penelitian di pesisir pantai yang di mana memiliki kecepatan angin yang cepat untuk berhembus dan membawa hama serta penyakit yang mempercepat pola penyebarannya. Faktor lainnya ialah di mana letak lahan penelitian merupakan lahan di mana tidak ada tanaman pangan disekitar lokasi penelitian yang ditanam, sehingga saat tanaman penelitian ini tumbuh menyebabkan hama berdatangan. Gambar 20. Virus Sapu witches brooms disease .

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Lahan pasca tambang dapat ditanami oleh tanaman pertanian, dengan memperhatikan posisi petakan di lahan. Perlakuan pemberian bahan humat dengan kapur mampu meningkatkan biomassa tanaman kacang tanah. 2. Pengaplikasian bahan humat dan kapur pada tanaman kacang tanah telah merangsang pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap sejumlah proses fisiologi. Didapatkan hasil biomassa tertinggi pada perlakuan bahan humat tanpa kapur H2K0 sebesar 64,5 kg75 m 2 dan perlakuan bahan humat dengan kapur H3K1 sebesar 94 kg75 m 2 . Produksi bobot basah polong kacang tanah terbaik didapatkan pada perlakuan bahan humat tanpa kapur H2K0 sebesar 4,6 kg75 m 2 dan perlakuan bahan humat dengan kapur H0K1 sebesar 8,5 kg75 m 2 .

6.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada tanaman kacang tanah untuk melihat pengaruh pemberian bahan humat dan kapur dengan memperhatikan posisi petakan di lahan serta dilakukan pada lahan bekas tambang yang sama dan pemberian bahan humat dilakukan dengan cara disemprotkan pada daun.