7
Analisis Data 1.
Percobaan Kebugaran
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varians Anova dengan Uji Tukey  pada  tingkat  perbedaan  P0.05  yaitu  meliputi  data  lama  hidup,  lama
perkembangan,  kapasitas  reproduksi,  parasitisme  dan  nisbah  kelamin.  Analisis data dilakukan dengan program Winstat.
2. Tanggap Fungsional
Tipe  tanggap  fungsional  dapat  diketahui  dengan  menggunakan  regresi logistic.  Regresi  logistic  berasal  dari  proporsi  inang  yang  terparasit  NeNo
sebagai suatu fungsi dari kepadatan inang yang tersedia No Juliano 2001. Data diuji  sesuai pada fungsi polinom  yang menggambarkan hubungan NeNo dan No
sebagai berikut : Ne  =  exp  P
+P
1
N +P
2
N
2
+  P
3
N
3
N 1+exp P
+P
1
N +P
2
N
2
+ P
3
N
3
Pendugaan  parameter  P  dilakukan  dengan  prosedur  PROC  CATMOD SAS  SAS  Institute  1998. Tanggap  fungsional  tipe  II  akan  digambarkan  dengan
nilai P1 yang lebih kecil dari 0 atau negatif  P1 0. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah  inang  yang  diparasit  menurun  dengan  peningkatan  kepadatan  inang.
Tanggap  fungsional tipe III akan ditunjukkan dengan  nilai P yang positif  namun
P
2
bernilai negatif . Karena hasil analisis regresi logistik mengindikasikan tanggap fungsional  tipe  II,  maka  analisis  selanjutnya  ditekankan  pada  pemeriksaan
kesesuaian  data  terhadap    model  tanggap  fungsional  tipe  II.  Untuk  keperluan tersebut  digunakan  model  persamaan  cakram  dari  Holling  1959  dan  persamaan
acak dari Rogers 1972, sebagai berikut : Persamaan cakram
: Ne = aTNo1+aThNo Persamaan acak
: Ne = No
{1
− ℎ
−
}
8 Dengan  Ne  adalah  banyaknya  inang  yang  diparasit,  No  banyaknya  inang  yang
disediakan, a laju pencarian seketika, T lama waktu inang terpapar pada parasitoid dan Th lama waktu penanganan inang.
Nilai  penduga  parameter  a  dan  Th  dari  kedua  model  tersebut  di  atas diperoleh  melalui  regresi  non  linear  menggunakan  prosedur    PROC  NLIN  SAS.
Selanjutnya  koefisien  determinasi  R
2
=  1-jumlah  kuadrat  sisaanjumlah  kuadrat total terkoreksi digunakan untuk memeriksa kesesuaian model. Potensi peletakan
telur  parasitoid  A.  papayae    dihitung    berdasarkan  rerata  parasitisasi  terhadap inang dan  mumimumi  yang terbentuk pada setiap kepadatan  inang. Sex ratio dan
jumlah  keturunan  dihitung  berdasarkan  jumlah  pemunculan  parasitoid  baru  yang berhasil  keluar  dari  mumimumi  dan  tidak  berhasil  atau  gagal.  Selanjutnya
mumimumi yang tidak berhasil membentuk parasitoid dibedah untuk menentukan adanya perkembangan parasitoid di dalamnya.
3. Sumber  Data dan Formulasi  Model Konseptual
Pemodelan  dilakukan  dalam  2  tahap,  masing-masing  tahap  berbeda sumbernya.  Pada  tahap  pertama,  data  dikumpulkan  dan  digunakan  untuk
memodelkan  model dan melakukan simulasi. Pada tahap kedua, digunakan untuk menguji,  kalibrasi  dan  memvalidasi  model.  Pengumpulan  data  dilakukan
berdasarkan data sekunder  yang tersedia untuk  menentukan komponen  parameter biologi serta perilaku dari sistem. Estimasi parameter life table kutu putih pepaya
didasarkan pada hasil penelitian Maharani 2011  dan pustaka terkait. Sedangkan data  biologi  parasitoid  didasarkan  hasil  penelitian  laboratorium  yang  telah
dilakukan.  Data  yang  diperlukan  untuk  membangkitkan  pertumbuhan  populasi KPP terdiri atas :
1.  Lama perkembangan telur, nimfa, pupa dan imago . 2.  Kemampuan  hidup  atau  besarnya  mortalitas  pada  setiap  stadia  telur,
nimfalarva, pupa dan imago. 3.  Keperidian  harian  atau  laju  peletakan  telur  yaitu  jumlah  telur  yang
diletakkan oleh imago betina. 4.  Tanaman inang utama dan preferensi inang parasitoid.
9 5.  Pengaruh  temperatur  dan  pengaruh  iklim  terhadap  perkembangan  KPP
dan parasitoid A. papayae. 6.  Populasi tanaman inang pepaya pada lokasi terpilih.
Data  yang  ada  digunakan  untuk  memodelkan    komponen  sistem  dalam simulasi  model  dinamika  populasi.  Tahapan  penyusunan  model  deskriptif
menurut Coulman et al. 1972 dalam Metcalf   Luckmann 1982 adalah : 1.  Menentukan  sistem  nyata  yang  akan  dijelaskan  dalam  model  dan  faktor
lingkungan apa yang akan dipertimbangkan dalam model. 2.  Memilih  komponnen  sub  model  dari  sistem  yang  dimodelkan  yang
mencerminkan  fungsi  dari  masalah  yang  dimodelkan  dan  menangkap essensi permasalahan.
3.  Setiap  komponen  diberi  deskripsi  matematika  yang  menggambarkan hubungan antar input dan output sebagai suatu kesatuan.
4.  Langkah  terakhir  adalah  menggabungkan  antara  komponen  penyusun sistem dan faktor lingkungan.
Simulasi  pemodelan  sederhana  dengan  piranti  lunak  Stella  9.02  berdasarkan hasil  percobaan  laboratorium  dan  studi  pustaka.  Dinamika  populasi  dan  interaksi
kutu  putih  pepaya  dan  parasitoid  A.  papayae    dimodelkan  secara  sederhana  dan divisualiasikan  interaksi  pengaruh  tanpa  musuh  alami  dan  dengan  musuh  alami
parasitoid  yang  mempengaruhi  dinamika  populasi.  Analisis  sensitivitas  model dengan  regresi  sederhana  untuk  melihat  hubungan  antara  inang  KPP  dan
parasitoid A. papayae.