5
Gambar 3 A Tabung reaksi pyrex B Cawan petri di atas botol plastik berisi air pada percobaan tanggap fungsional C-D Botol plastik silinder dan
tanaman jarak pagar
2. Percobaan Tanggap Fungsional
Percobaan tanggap fungsional dilakukan pada cawan petri yang diberi kain organdi ±5 cm pada tutupan, sedangkan arena percobaan menggunakan daun
tanaman jarak pagar diameter ± 6 cm, tangkai daun jarak pagar diupayakan menjulur ke air melalui pelubangan ±1 cm pada sisi cawan petri, pada sisi luar
cawan petri dibalut dengan karet 0.95x2.5 cm. Cawan petri diletakkan di atas botol plastik diameter 8 cm, tinggi 10 cm yang berisi air ±50 ml air Gambar
3B. Kepadatan Inang yang digunakan dalam percobaan ini adalah
2,5,10,20,30, 40 dan 50. Pada percobaan ini menggunakan nimfa yang diamati
A B
C D
6 secara visual berukuran relative sama 0.7 -0.8 mm dan lebar tubuh berkisar 0.4-
0.5 mm diletakkan pada arena selembar daun jarak pagar diameter ± 6 cm, sedangkan jantan yang nampak dari warna tubuh berwarna merah muda dan nimfa
yang berganti kulit dikeluarkan dari arena. Nimfa KPP dibiarkan menetap dan makan pada arena yang disiapkan dalam cawan petri yang diletakkan di atas
wadah botol plastik berisi air dan ditutup dengan kain hitam selama 16 jam . Untuk mendapatkan keseragaman perlakuan yang sama, parasitoid betina
A. papayae secara visual dipilih berdasarkan ovipositor dan berukuran tubuh relatif sama ±0.6-0.77 mm. Parasitoid betina yang digunakan adalah parasitoid
yang muncul dari mumimumi yang diletakkan dalam kapsul gelatin. 2-5 parasitoid jantan dibiarkan berkopulasi dengan parasitoid betina dalam tabung
reaksi pyrex selama 24 jam. Sebelum pelepasan parasitoid betina dalam arena, nimfa KPP dihitung kembali nimfa yang berganti kulit dikeluarkan dari arena dan
diganti dengan yang baru. Kemudian parasitoid betina yang telah berkopulasi dilepaskan pada arena daun jarak pagar berisi inang nimfa KPP. Cawan petri
diletakkan di atas plastik container berisi air dan ditutup dengan kain berwarna hitam. Parasitisasi parasitoid selama 24 jam, kemudian parasitoid betina
dikeluarkan sedangkan nimfa KPP kemudian diletakan secara perlahan menggunakan kuas halus pada daun tanaman inang Jatropa curcas L. seperti pada
percobaan kebugaran Gambar 3b. 4-7 hari kemudian mumimumi yang terbentuk dikumpulkan dalam kapsul gelatin sedangkan nimfa terparasit dihitung kembali.
Potensi peletakan telur parasitoid A. papayae dihitung berdasarkan rerata parasitisasi terhadap inang dan mumimumi yang terbentuk pada setiap kepadatan
inang. Nisbah kelamin dan jumlah keturunan dihitung berdasarkan jumlah pemunculan parasitoid baru yang berhasil keluar dari mumimumi dan tidak
berhasil atau gagal. Selanjutnya mumimumi yang tidak berhasil membentuk parasitoid dibedah untuk menentukan adanya perkembangan parasitoid di
dalamnya. Pada percobaan tanggap fungsional dilakukan sebanyak 92 ulangan dengan kerapatan berbeda, seekor parasitoid betina dianggap sebagai ulangan, 2
ekor parasitoid betina di acak dari kerapatan 50 ke kerapatan 2 per arena.
7
Analisis Data 1.
Percobaan Kebugaran
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varians Anova dengan Uji Tukey pada tingkat perbedaan P0.05 yaitu meliputi data lama hidup, lama
perkembangan, kapasitas reproduksi, parasitisme dan nisbah kelamin. Analisis data dilakukan dengan program Winstat.
2. Tanggap Fungsional
Tipe tanggap fungsional dapat diketahui dengan menggunakan regresi logistic. Regresi logistic berasal dari proporsi inang yang terparasit NeNo
sebagai suatu fungsi dari kepadatan inang yang tersedia No Juliano 2001. Data diuji sesuai pada fungsi polinom yang menggambarkan hubungan NeNo dan No
sebagai berikut : Ne = exp P
+P
1
N +P
2
N
2
+ P
3
N
3
N 1+exp P
+P
1
N +P
2
N
2
+ P
3
N
3
Pendugaan parameter P dilakukan dengan prosedur PROC CATMOD SAS SAS Institute 1998. Tanggap fungsional tipe II akan digambarkan dengan
nilai P1 yang lebih kecil dari 0 atau negatif P1 0. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah inang yang diparasit menurun dengan peningkatan kepadatan inang.
Tanggap fungsional tipe III akan ditunjukkan dengan nilai P yang positif namun
P
2
bernilai negatif . Karena hasil analisis regresi logistik mengindikasikan tanggap fungsional tipe II, maka analisis selanjutnya ditekankan pada pemeriksaan
kesesuaian data terhadap model tanggap fungsional tipe II. Untuk keperluan tersebut digunakan model persamaan cakram dari Holling 1959 dan persamaan
acak dari Rogers 1972, sebagai berikut : Persamaan cakram
: Ne = aTNo1+aThNo Persamaan acak
: Ne = No
{1
− ℎ
−
}