23
semprotan air pada mata dan berada dalam kondisi dingin. Saat membersihkan karkas, terdapat kemungkinan air yang disemprotkan akan berbalik dan mengenai mata pekerja. Terjatuh terjadi jika
pekerja tidak hati-hati dalam memindahkan karkas karena di sepanjang lorong terdapat deretan coran balok batu setinggi ± 8 cm yang digunakan sebagai tumpuan. Anonim 2004 menerangkan bahwa
dalam melayukan karkas, suhu yang digunakan mencapai 7
✪
C atau lebih rendah. Kondisi tersebut jika terlalu lama dialami pekerja tanpa adanya penghangat akan membuat pekerja kedinginan sehingga
membuatnya tidak nyaman dalam bekerja. Kegiatan
✫
o n
in
✬
bertujuan untuk memisahkan daging dengan tulang dan menjadikannya potongan-potongan komersial. Bahaya fisik yang terjadi selama proses tersebut di antaranya tergores,
terpotong, terjatuh dan terbentur ujung meja. Tergores dan terpotong merupakan resiko dari penggunaan pisau selama proses
✫
o n
in
✬
dilaksanakan. Hal tersebut terjadi saat pekerja melakukan kesalahan dalam penggunaan pisau tersebut yang membahayakan baik dirinya maupun rekan
kerjanya. Dalam proses tersebut terdapat pekerja yang bertugas memisahkan bagian ri
✫
s dan
✭✮
u
✭
k dari tulang belakang karkas dan dilakukan dengan posisi yang lebih tinggi. Kondisi tersebut
memungkinkan pekerja terjatuh jika posisinya tidak seimbang. Kegiatan lainnya saat proses ini adalah pemindahan daging ataupun tulang yang telah dipisahkan. Pada saat tertentu pekerja baik disengaja
atau tidak menabrak atau membentur ujung meja s
✯✰
in
✱ ✲
ss s
✯✲ ✲
l
✳
Hal ini dapat menyebabkan memar pada bagian yang bertubrukan.
Pengemasan potongan daging komersial dilakukan dengan menggunakan mesin p
✰ ✭
k
✴✵ ✬
v
✰ ✭
u u
m . Selanjutnya kemasan tersebut direkatkan dengan cara mencelupkannya ke dalam air bersuhu
82
✪
C. Daging tersebut lalu dipisahkan sesuai potongan komersialnya dan dikemas dalam kardus. Bahaya fisik yang terjadi selama proses tersebut yaitu tangan terjepit mesin p
✰ ✭
k
✴ ✵ ✬
v
✰ ✭
u u
m , tertusuk
dan terkena air panas. Proses pengemasan daging dengan mesin v
✰ ✭
u u
m dilakukan dengan dua mesin
yang dijalankan oleh dua orang operator. Terkadang karena terjadi penumpukan
✴ ✶ ✱
✲
, pekerja akan mempercepat kerjanya dan tanpa sadar menutup mesin tanpa memperhatikan tangan rekan kerjanya.
Agar kemasan terlihat lebih baik, pekerja sering memotong plastik yang terlalu panjang dan meletakkan pisau yang digunakan di atas mesin. Pada saat tertentu secara tidak sengaja pekerja
menyentuh pisau tersebut lalu terdorong dan menusuk lengan pekerja. Untuk kasus terkena air panas terjadi jika pekerja terlalu kuat saat mencelupkan daging atau beban daging terlalu besar. Kardus-
kardus disiapkan oleh pekerja sebelum memulai kegiatan produksi. Bahan-bahan tersebut dilipat sesuai dengan model dan ukurannya. Saat melakukan pelipatan tidak jarang tangan pekerja yang
tergores oleh ujung kardus dan membuat pekerja tidak nyaman.
5.1.2 Bahaya Biologi
✷
iolo
✸ ✹
cal hazard
Beberapa hal yang merupakan kelompok ini termasuk virus, bakteri, jamur dan organisme lainnya Anonim, 2002. Di dalam industri RPH, bahaya biologi yang harus dipertimbangkan
biasanya merupakan kelompok agen zo o
m o
✯ ✴
✭
yang terdiri dari bakteri patogen seperti
✺ ✰
lm o
n
✲
l
✱✰ ✲
n tr
✴ ✭✰
Frost et al., 1988,
✻ ✭
o
✱ ✴
O157:H7 dan
✼ ✴
s
✯ ✲
r
✴ ✰
sp Safos, 2005. Kelompok bahaya biologi di atas muncul dalam industri RPH karena daging, darah serta limbah yang dihasilkan selama proses
merupakan habitat umum yang menjadi tempat perindukannya reservoir. Secara umum bahaya biologi yang terjadi dipaparkan dalam Tabel 7 di bawah ini :
24
Tabel 7. Sumber, resiko dan tingkat kekuatan bahaya biologi dalam pemotongan sapi
Bahaya Sumber
Resiko Tingkat
kekuatan
✽ ✾
✿
n
❀✿
r
❁ ❂
Kulit, kepala, tonsil, kuku
Tinggi Sedang
sampai kuat
❃ ✾ ❂
o
❄ ❁
❅❆
57:H7 Kulit, tonsil,
kuku Tinggi
Sedang sampai kuat
Listeria monocytogenes
Kulit Tinggi
Sedang sampai kuat
Sumber : Safos, 2005 Salmonellosis merupakan penyakit penting yang terdapat pada sapi Radostits et al., 1994, dan
infeksi Salmonella pada sapi berpotensi untuk terekspos juga pada manusia Hancock et al., 1997. Beberapa kondisi yang memungkinkan pekerja terpapar oleh bahaya biologi tersebut terjadi saat
kontak dengan kulit ternak. Pemaparan bisa terjadi saat dilakukannya pemingsanan hingga terjadinya proses pengulitan. Hal tersebut terjadi karena menurut Krytenburg et al.,1998 Salmonella banyak
ditemukan dalam pakan ternak. Selama proses transportasi serta pengistirahatan kulit ternak selalu kontak dengan pakannya dan memungkinkan mikroba tersebut bermigrasi. Selain itu kemungkinan
terjadinya pemaparan adalah pada saat pemotongan kepala dan kaki Tabel 7. Kemungkinan lain juga diungkapkan Coker et al, 1994 yang menerangkan bahwa pada RPH, Salmonella spp. biasa tumbuh
karena peningkatan bahan organik pada limbah yang dihasilkan. Hal ini biasa ditemui oleh pekerja yang berada pada bagian pengelolaan limbah.
Escherichia coli O157: H7 dapat menyebabkan infeksi gastrointestinal parah pada manusia Karmali, 1989. Sapi dan hewan ternak lainnya merupakan reservoir lingkungan utama bagi patogen
tersebut untuk tumbuh. Telah banyak kasus yang terjadi karena adanya kontak dengan lingkungan baik langsung maupun tidak langsung. Hepburn et al., 2002. Pekerja yang berpotensi terpapar
patogen tersebut adalah yang berada pada unit pemotongan kaki dan kepala dan pengulitan Tabel 7. Selain itu, habitat utama E. coli adalah saluran usus hewan berdarah panas seperti sapi Bell, 2002
serta pada rumennya Brown et al., 1997, maka pemaparan patogen tersebut juga akan terjadi pada pekerja yang berada di unit pembersihan jeroan. Jika para pekerja tidak memakai sarung tangan dan
menjaga kebersihan dirinya maka akan besar potensi baginya untuk terpapar. Escherichia coli juga dapat muncul dari air mentahpencuci yang kurang bersih. Kontaminasi akibat adanya kontak dengan
air tersebut dapat menyebabkan diare, kejang perut serta haemolytic uraemic syndrome HUS Nurjanah, 2006.
Listeria secara umum tersebar di alam, terutama pada musim semi dimana mereka sedang memiliki kemampuan untuk tumbuh dalam kondisi lembab sehingga dapat berkembang dan
meningkat konsentrasinya di dalam lingkungan RPH. Mereka biasa ditemukan dalam feses ternak Ralovich, 1984 serta limbah RPH Skovgaaard dan Morgen, 1988. Pekerja yang terpapar oleh
mikroba tersebut dapat menderita meningitis, meningoencephalitis dan encephalitis Syamsir, 2009. Mikroba tersebut dapat masuk ke dalam tubuh pekerja jika mereka tidak membersihkan tubuhnya
dengan baik setelah bekerja sehingga terdapat kemungkinan masih adanya patogen yang tertinggal pada tangan. Pekerja yang berpotensi terpapar oleh mikroba tersebut adalah yang bekerja di bagian
pengulitan Tabel 7. Mikroba tersebut masih bisa tumbuh pada suhu rendah hingga 3
❇
C Syamsir, 2009, sehingga pemaparan juga dapat terjadi pada pekerja di bagian chilling, boning dan
pengemasan.
25
5.1.3 Bahaya Ergonomi