35
Dimana tidak semua pekerja dituntut untuk menguasai semua unit kerja. Padahal Gagne 1967 menyebutkan bahwa setiap pekerja setidaknya harus memiliki dua jenis keterampilan yaitu
keterampilan dasar dan keterampilan terintegreasi sebagai sebuah proses menuju tahap terampil. Selain teknik bekerja yang baik, hal lain yang dapat dijadikan parameter dalam melihat ketrampilan
seorang pekerja diantaranya kemampuannya dalam identifikasi dan menerapkan konsep-konsep Haigh, 1996 yang diberikan oleh manajer ataupun supervisor.
Keterampilan kerja merupakan bagian penting dari pekerja dan dapat berpengaruh terhadap cara mereka bekerja. Pekerja yang terampil akan bekerja lebih teliti tanpa harus mengurangi
produktivitas mereka. Hal tersebut terbentuk karena adanya kebiasaan atau repetisi pada tugas yang mereka miliki sehingga setiap pekerja mampu bekerja dengan baik dan aman. Keterampilan juga
menggambarkan kemampuan untuk bekerja lebih teliti dan penuh kewaspadaan, baik untuk menjaga kualitas produk ataupun keselamatan dirinya. Dalam industri RPH, pekerja memang dituntut untuk
memiliki keterampilan dalam menggunakan pisau dan peralatan lainnya. Bukan hanya agar dapat bekerja dengan aman tetapi juga menjaga kualitas produk.
Tabel 11. Tabel kontingensi antara keterampilan kerja dengan kesadaran bahaya kerja
Keterampilan kerja Kesadaran akan bahaya kerja
Total Baik
Sedang Kurang
Terampil 8
54 4
67 Kurang terampil
8 25
33 Total
17 79
4 100
Data diolah Lampiran 6
5.4.3 Pengalaman kerja
Pengalaman kerja yang dimaksud adalah selang masa kerja yang dialami pekerja di dalam industri RPH. Pekerja dengan pengalaman kuran dari 6 bulan dan 1-2 tahun mendominasi perusahaan
Tabel 12. Jika dijumlahkan maka jumlah pekerja dengan masa kerja kurang dari 2 tahun menjadi dominan 63. Hal tersebut mengandung informasi bahwa dalam industri ini tidak terdapat batasan
pengalaman untuk dapat bekerja. Selain itu, kegiatan produksi yang ada terdiri atas berbagai macam kegiatan yang membutuhkan keahlian yang berbeda-beda. Kondisi tersebut membuat setiap pekerja
tidak perlu menguasai seluruh kegiatan produksi sehingga terjadilah sistem ro llin
❐
yang tidak sempurna.
Pengalaman kerja membentuk seorang pekerja untuk menjadi
❒
xp
❒
rt dalam tugas-tugasnya.
Selain ukuran lama kerja, pengalaman kerja merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan serta keterampilan sebagai akibat dari keterlibatan dari suatu kegiatan produksi Manulang, 1984. Semakin
banyak pengalaman kerja seseorang, semakin tinggi kemampuannya untuk menganalisis suatu kondisi. Selain masalah waktu pengalaman juga terkait pada tingkat keterampilan bekerja.
Pengalaman kerja juga merepresentasikan kemampuan pekerja untuk bekerja secara benar dan aman. Kemampuan ini mencakup keterampilan teknis seperti menggunakan alat serta kemampuan analisis
saat bekerja. Meskipun begitu pengalaman kerja bukan menjadi hambatan dalam bekerja. Terlihat dari data pengalaman kerja Tabel 12, dominannya pekerja yang memiliki pengalaman kurang dari 6
bulan masih mampu membuat perusahaan untuk berproduksi.
36
Tabel 12. Tabel kontingensi antara pengalaman kerja dengan kesadaran bahaya kerja
Pengalaman kerja Kesadaran akan bahaya kerja
Total Baik
Sedang Kurang
6 bulan 8
25 4
38 6 bulan - 1 tahun
13 13
1 -2 tahun 25
25 2 - 5 tahun
4 8
13 5 tahun
4 8
13 Total
17 79
4 100
Data diolah Lampiran 7
5.4.4 Disiplin kerja
Hasil pengukuran disiplin kerja menyebutkan seluruh pekerja memiliki kedisiplinan kerja yang sangat baik Lampiran 8. Secara keseluruhan, pekerja telah bekerja sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan perusahaan. Disiplin kerja yang dimaksud adalah kemampuan pekerja untuk bekerja sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan perusahaan. Pekerja yang disiplin berarti telah paham urgensi dari
peraturan tersebut. Pengukuran variabel disiplin kerja dilakukan dengan menghitung pendapat pekerja tentang seberapa sering pekerja mentaati setiap peraturan yang ada.
Disiplin kerja tersebut muncul dari dalam diri mereka sendiri dan adanya pengaruh dari luar, seperti teman dan peraturan. Handoko 1995 menyebut kondisi di atas sebagai bentuk disiplin
preventif. Artinya perusahaan telah berhasil membuat pekerja mengikuti berbagai standar dan aturan sehingga berbagai penyelewengan dapat dicegah. Pada kasus ini, semua pekerja telah paham maksud
dan tujuan dari peraturan tersebut. Mereka mencoba membantu perusahaan untuk dapat memenuhi standar dan mencapai tujuan. Selain itu kondisi tersebut dapat muncul dalam beberapa suasana yaitu
ketika rasa kepedulian pegawai begitu tinggi terhadap pencapaian tujuan, semangat dan gairah kerja serta inisiatif pekerja yang besar serta besarnya rasa tanggung jawab para pekerja untuk melaksanakan
tugas sebaik-baiknya Saydam, 1996. Selain faktor internal dari dalam pekerja, terdapat pula kontrol dari perusahaan yang membuat pekerja bekerja sesuai aturan. Mekanisme pengontrolan yang
dilakukan selama bekerja oleh supervisor dan petugas qu
❮ ❰Ï ÐÑ Ò
o n
tro
❰
membuat pekerja patuh pada SOP.
5.5 HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN