Uji Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test Skrining Fitokimia

Pengamatan dilakukan terhadap pengukuran zona hambat yang terbentuk di sekitar cakram kertas yang menunjukkan adanya aktivitas antimikroba. Pengujian dilakukan terhadap semua mikroba uji. Pengujian yang dilakukan menggunakan pelarut metanol, etil asetat dan n-heksana. Kontrol - mengunakan DMSO dan kontrol + untuk bakteri digunakan cakram kertas kloramfenikol. Untuk pengujian antimikroba terhadap Candida albicans digunakan larutan nistatin. Candida albicans sudah ditanam terlebih dulu pada media PDA dan diinkubasi pada suhu 30 C .

3.6 Uji Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

Air laut disiapkan sintetik dengan melarutkan 38 g garam laut buatan dalam 1 L air suling. Bejana penetas disekat sehingga memiliki dua sisi ruang, yaitu sisi terbuka dan tertutup. Telur udang laut A. salina Leach ditaburkan dalam bejana penetas yang berisi air laut sintetik dan disimpan dibawah lampu dengan sisi terbuka menghadap lampu. Setelah 24 jam, telur yang sudah menetas menjadi nauplii dipindahkan ke tempat lain, 24 jam setelah itu nauplii tersebut sudah dapat digunakan sebagai hewan uji. Dua belas vial untuk uji toksisitas masing-masing tiga konsentrasi dilakukan triplo, dengan tingkatan potensi toksisitas rendah 1000,100,10 dan tiga vial untuk kontrol. Tiga vial Larutan kontrol. Larutan stok dibuat, kemudian dimasukkan ke dalam vial yang telah disiapkan untuk masing-masing konsentrasi tersebut, larutan kemudian diuapkan dengan sempurna. Setiap konsentrasi dibuat dalam tiga vial, ke dalam masing- masing vial dimasukkan air laut sintetik kira-kira 3 ml dan 10 ekor A. salina, selanjutnya ditambahkan air laut sintetik sampai diperoleh 5 ml. Vial tersebut diletakkan di bawah lampu, setelah 24 jam dihitung jumlah larva yang mati. Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan pada masing-masing ekstrak biji alpukat. Penentuan fitokimia ini dilakukan secara kualitatif dengan mereaksikan antara sampel dengan reagen spesifik terhadap setiap golongan senyawa senyawa metabolit sekunder. Dari hasil uji yang dilakukan didapatkan bahwa ekstrak metanol mengandung senyawa metabolit sekunder golongan alkaloida dan fenolat, ekstrak etil asetat mengandung senyawa metabolit sekunder golongan terpenoida dan ekstrak n-heksana mengandung senyawa metabolit sekunder golongan terpenoida dan fenolat. Hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada Tabel 4.1.1 berikut ini : Tabel 4.1.1 Hasil Skrining Fitokimia Masing-Masing Ekstrak Biji Alpukat Golongan Ekstrak Metanol Ekstrak Etil Asetat Ekstrak n-Heksana Alkaloida + - - Terpenoida - ++ ++++ Fenolat ++++ - +++ Biji buah alpukat diduga memiliki senyawa-senyawa metabolit sekunder yang dapat digunakan dalam pengobatan dan dapat dideteksi dengan skrining fitokimia. Senyawa fenolat sangat dominan terdapat pada ekstrak biji alpukat. Ekstrak metanol biji alpukat menunjukkan bahwa biji alpukat mengandung alkaloida, fenolat dan terpenoida Zuhratun 2007. Alkaloida adalah senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan sebagian besar atom nitrogen ini berada dalam Universitas Sumatera Utara cincin heterosiklik. Alkaloida merupakan senyawa yang mempunyai aktifitas antimikroba yang menonjol dan telah banyak digunakan secara luas dalam bidang pengobatan Lenny 2006. Senyawa-senyawa fenolat ditemukan pada berbagai organisme, mulai dari mikroorganisme sampai tumbuhan tingkat tinggi dan hewan. Semua senyawa fenolat merupakan senyawa aromatik sehingga menunjukkan serapan kuat di daerah spektrum ultraviolet. Selain itu, secara hak senyawa fenolat menunjukkan geseran bathokromik pada spektrumnya bila ditambahkan basa. Karena itu, metode spektrometri sangat penting terutama untuk mengidentifikasi dan analisis kuantitatif senyawa fenolat Achmad 1986. Senyawa fenolat merupakan senyawa yang berfungsi sebagai antimikroba dengan mekanisme penghambatan mikroba oleh fenolat yaitu dengan cara merusak dinding sel pada sel yang sedang tumbuh, mengubah permeabilitas membran sitoplasma yang menyebabkan kebocoran nutrien dari dalam sel, merusak sistem metabolisme di dalam sel dengan cara menghambat kerja enzim Pelczar Chan 2008.

4.2 Aktivitas Antimikroba Ekstrak Biji Alpukat Terhadap Beberapa Mikroba Patogen Secara In Vitro

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Karbon Aktif dari Biji Alpukat (Persea americana Mill.) sebagai Adsorben Logam Besi dan Tembaga dalam Limbah Cair Sawit

13 135 96

Karakteristik Ekstraksi Minyak dari Biji Alpukat (Persea Americana Mill) Menggunakan Pelarut N-heptana

12 125 84

EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP Shigella dysentriae SECARA IN VITRO

6 33 22

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

2 34 64

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP TIKUS Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Tikus Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan.

0 1 10

UJI AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill.) TERHADAP TIKUS Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Tikus Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan.

0 4 16

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional - Aktivitas Antimikroba Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill). Terhadap Beberapa Mikroba Patogen Secara In Vitro

0 0 9

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill). Terhadap Beberapa Mikroba Patogen Secara In Vitro

0 0 15

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill). Terhadap Beberapa Mikroba Patogen Secara In Vitro

0 0 12