Kriteria ideal suatu antimikroba antara lain harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut : aman, ekonomis, tidak menyebabkan perubahan flavor, citarasa dan aroma
makanan, tidak mengalami penurunan aktivitas karena adanya komponen makanan, tidak menyebabkan timbulnya galur resisten, sebaiknya bersifat membunuh daripada
hanya menghambat pertumbuhan mikroba Ray, 2001. Penghambatan aktivitas antimikroba oleh komponen bioaktif tanaman dapat disebabakan oleh beberapa faktor,
antara lain : 1 gangguan pada senyawa penyusun dinding sel, 2 peningkatan permeabilitas membran sel yang menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel, 3
menginaktifasi enzim metabolik, dan 4 destruksi atau kerusakan fungsi material genetik Branen Davidson 1993.
Senyawa antimikroba yang berasal dari tanaman sebagian besar diketahui merupakan metabolit sekunder tanaman, terutama dari golongan fenolat dan terpenoid
dalam minyak atsiri. Sebagian besar metabolit sekunder dibiosintesis dari banyak metabolit primer seperti asam-asam amino, asetil ko- A, asam mevalonat, dan metbolit
antara. Selain itu, beberapa senyawa yang bersifat antimikroba alami berasal dari tanaman di antaranya adalah fitoaleksin, asam organik, minyak esensial atsiri, fenolik
dan beberapa kelompok pigmen tanaman atau senyawa sejenis Nychas Tassou 2000.
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak
mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia
dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloida, dan flavonoida, dengan diketahuinya golongan senyawa aktif yang dikandung simplisia maka akan
mempermudah pemisahan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat Ditjen POM 2000.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan atas sifatnya eksrak dikelompokkan sebagai berikut Voigt 1995: 1.
Ekstrak encer Extractum tenue. Sediaan ini memiliki konsistensi semacam madu dan dapat dituang.
2. Ekstrak kental Extractum spissum. Sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan tidak
dapat dituang. 3.
Ekstrak kering Extractum siccum. Sediaan ini memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan.
4. Ekstrak cair Ectractum fluidum. Dalam hal ini diartikan sebagai ekstrak cair, yang
dibuat sedemikian rupa sehingga 1 bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian kadang-kadang satu bagian ekstrak cair.
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu : 1. Maserasi
Maserasi berasal dari kata ”macerare” artinya melunakkan. Maserat adalah hasil penarikan simplisia dengan cara maserasi, sedangkan maserasi adalah cara penarikan
simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari Syamsuni, 2006. Maserasi adalah proses pengekstrakan dengan menggunakan pelarut dengan beberapa
kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama dan seterusnya Ditjen POM 2000.
2. Perkolasi Perkolasi berasal dari kata ”percolare” yang artinya penetesan Voigt 1995. Perkolasi
adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak
langsung dimasukkan ke dalam bejana perkolator, tetapi dibasahi atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari sekurang-kurangnya selama 3 jam. Maserasi ini
penting terutama pada serbuk simplisia yang keras dan mengandung bahan yang mudah mengembang. Bila serbuk simplisia tersebut langsung dialiri dengan penyari, maka
cairan penyari tidak dapat menembus ke seluruh sel dengan sempurna Ditjen POM 2000.
Universitas Sumatera Utara
3. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik Ditjen POM 2000.
4. Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik Ditjen POM
2000.
5. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang
tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40- 50
o
C Ditjen POM 2000. Dengan cara ini perolehan bahan aktif agak lebih banyak meskipun pada saat pendinginannya pada suhu kamar bahan ekstraktif dalam skala
besar mengendap Voigt 1995.
2.6 Candida albicans