Antibiotik tertentu dapat menghambat beberapa reaksi. Reaksi tersebut ada yang esensial untuk pertumbuhan dan ada yang kurang esensial. Penghambatan pada
beberapa reaksi dapat terjadi secara langsung yaitu antibiotik langsung memblokir beberapa reaksi tersebut, namun masing-masing reaksi memerlukan konsentrasi
antibiotik yang berbeda. Ketergantungan pada konsentrasi ini menggambarkan perbedaan kepekaan reaksi tersebut terhadap antibiotik Suwandi 1992.
4.3 Uji Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
Uji toksisitas dilakukan terhadap ketiga ekstrak biji alpukat dengan metode Brine Shrimp Lethality Test BSLT dengan konsentrasi sampel yang digunakan adalah 10,
100 dan 1000 ppm. Angka konsentrasi ini diambil dengan pertimbangan bahwa masing- masing angka tersebut memiliki range yang cukup luas, sehingga memudahkan dalam
menghitung harga LC
50
.
Uji toksisitas dilakukan terhadap ketiga ekstrak biji alpukat ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksana dengan metode BSLT dengan konsentrasi sampel yang
digunakan adalah 10, 100 dan 1000 ppm. Angka konsentrasi ini diambil dengan pertimbangan bahwa masing-masing angka tersebut memiliki kisaran konsentrasi yang
cukup luas Juniarti et al 2009, sehingga memudahkan dalam menghitung harga LC
50
. LC
50
adalah konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian 50 hewan percobaan, selama waktu tertentu.
Penelitian Carballo et al. 2002 menunjukkan adanya hubungan yang konsisten antara toksisitas dan letalitas Brine shrimp pada ekstrak tanaman. Metode BSLT dapat
dipercaya untuk menguji aktivitas farmakologis dari bahan-bahan alami. Apabila suatu ekstrak tanaman bersifat toksik menurut harga LC
50
dengan metode BSLT, maka tanaman tersebut dapat dikembangkan sebagai obat anti kanker
Universitas Sumatera Utara
Hasil dari uji tersebut membuktikan bahwa harga LC
50
dibawah 10 μgmL, ini
terbukti bahwa harga LC
50
yang diperoleh untuk ekstrak metanol adalah 5,6 ppm etil asetat adalah 2,6 ppm dan n-heksana adalah 3,7 ppm Tabel 4.3.1. Dari Tabel 4.2.1
terlihat ketiga ekstrak dari biji alpukat memiliki toksisitas yang sangat tinggi dan ekstrak etil asetat merupakan yang paling toksik. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
biji alpukat bersifat toksik dan berpotensi sebagai antikanker. Tabel 4.3.1 Nilai LC
50
ppm Ekstrak Biji Alpukat Ekstrak
LC50 ppm Metanol
5,6 N-heksana
3,7 Etil Asetat
2,6
Pada metode BSLT, sampel uji dikatakan aktif jika LC
50
kecil dari 1000 ppm Juniarti et al 2009. Sejauh ini metode penentuan LC
50
ada 3 macam, yaitu metode kurva, metode Farmakope Indonesia dan metode Finney. Ketiga metode ini berdasarkan
pengukuran persentase individu yang responsitif pada kisaran dosis atau konsentrasi tertentu Meyer et al. 1982. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa asam lemak
yang memiliki ikatan terkonjugasi dapat berperan sebagai senyawa aktif antikanker. Fraksi yang memiliki harga LC
50
antara 0-30 ppm berpotensi sebagai antikanker, LC
50
antara 30-200 ppm berpotensi sebagai antibakteri, sedangkan LC
50
antara 200-1000 ppm berpotensi sebagai pestisida. Dari hasil penelitian Mu’nim et al. 2006 bahwa sari
buah merah mampu menghambat pertumbuhan kanker pada paru-paru tikus. Kandungan asam lemak yang cukup dominan dari ekstrak buah merah juga berpotensi
untuk menghambat pertumbuhan kanker.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan