75
4.2.8 Uji Hipotesis Dengan Uji F
Tabel ini menunjukkan variasi yang terbentuk dalam analisis regresi. Nilai F hitung sebesar 0,619 lebih kecil dari F table 2,758078 dengan
signifikan = 0,605 menunjukkan bahwa nilai F hitung tidak signifikan karena lebih kecil dari 0,05. Oleh karena probabilitas jauh lebih besar dari 0,05, maka
model regresi tidak cocok dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi Beta Saham Y.
ANOVA
b
Model Sum of
Squares Df Mean
Suare F Sig.
1 Regresion Residual
Total .151
4.863 5.013
3 60
63 .050
.081 .619 .605
a
a. Predictors: Constant, Asset Growth X3, Financial Leverage X1, Operating Leverage X2 b. Dependent Variabel: Beta Saham Y
Terlihat dari angka F 0,619 dengan Sig.0,605 0,05: Tidak signifikan positif, model regresi tidak cocok dan tidak mampu menjelaskan perubahan
variabel Beta Saham Y, dimana pengaruhnya hanya sebesar 3 sedang sisanya 97 [100 - 3] dijelaskan oleh variabel lain selain Financial
Leverage X1, Operating Leverage X2 dan Asset Growth X3. Hasil analisis menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan untuk
teknik analisis ini tidak cocok. Oleh karena 97 masih dipengaruhi oleh variabel lain, penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel lain.
4.2.9 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari ketiga variabel yang dipakai yakni variabel financial leverage,
76
operating leverage, asset growth tidak berpengaruh berpengaruh terhadap beta saham perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.
1. Financial leverage tidak berpengaruh terhadap beta saham. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi financial leverage akan dapat meningkatkan beta saham perusahaan. Peningkatan financial leverage
yang dimiliki perusahaan mengindikasikan bahwa perusahaan lebih mengutamakan penggunaan hutang sebagai modal usaha dari pada
penggunaan modal sendiri, sehingga menimbulkan resiko yang tinggi terhadap harga saham yang dapat mengakibatkan meningkatnya return
saham dan beta saham. Semakin besar perubahan return maka semakin besar pula resiko yang harus ditanggung oleh investor. Hal ini sesuai
pendapat Husnan 2000:113 yang menyatakan apabila perusahaan menggunakan hutang semakin banyak, maka akan menanggung resiko
yang makin besar. Karena itu semakin tinggi financial leverage, semakin tinggi Betanya. Begitu pula pendapat yang dikemukakan oleh Bambang
Riyanto 1995:375 perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan kalau
pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetapnya, dan menghasilkan leverage merugikan apabila
perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan data tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar. Tetapi hal ini tidak
mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh C. Erna Susilawati
77
dan Chr. Widya Utami 2001 bahwa financial leverage memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap beta saham.
2. Operating leverage tidak berpengaruh terhadap beta saham. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi operating leverage yang dimiliki perusahaan tidak akan berdampak pada meningkatnya beta saham
perusahaan tersebut. Semakin besar biaya tetap yang dimiliki perusahaan dapat meningkatkan resiko yang berakibat semakin peka laba terhadap
pertumbuhan perusahaan tersebut. Dengan demikian operating leverage yang semakin tinggi dapat mengakibatkan rendahnya kemampuan
perusahaan dalam memberikan keuntungan kepada investor. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Husnan 2001:113 yang menyatakan
operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap. Semakin besar proporsi ini, semakin besar
operating leveragenya. Perusahaan yang mempunyai operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai beta yang tinggi. Hal ini juga
mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh C. Erna Susilawati dan Chr. Widya Utami 2001 bahwa operating leverage memiliki
pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap beta saham. 3.
Asset growth tidak berpengaruh terhadap beta saham. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat asset growth yang
dihasilkan oleh perusahaan dapat menurunkan beta saham perusahaan tersebut. Dengan meningkatnya asset growth tersebut mengindikasikan
bahwa perusahaan telah berusaha menarik minat investor dengan cara
78
membayarkan deviden yang tinggi kepada investor, karena investor akan melihat bahwa perusahaan banyak menghasilkan keuntungan dan
memiliki tingkat resiko yang kecil. Dengan demikian dapat menghindari terjadinya fluktuasi harga saham yang tinggi, semakin rendah fluktuasi
return saham akan semakin memperkecil beta saham. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Beaver, Kettler dan Scholes 1970 dalam
Jogiyanto 2003:281 bahwa asset growth diprediksi mempunyai hubungan positif dengan beta. Hal itu juga tidak dapat mendukung
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh C. Erna Susilawati dan Chr. Widya Utami 2001 bahwa growth memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap beta saham. 4.
Sedangkan secara simultan, financial leverage, operating leverage dan asset growth tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap beta saham perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia, ini berarti keseluruhan variabel independen dalam penelitian ini tidak dapat
dipakai sebagai penentu besar kecilnya beta saham perusahaan LQ-45. Dan hal ini hanya memberikan kontribusi terhadap perubahan beta
saham perusahaan sebesar 8,4 R
2
. Hal ini menunjukkan masih banyak faktor lain diluar faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian
ini yang ikut menentukan besar kecilnya beta saham perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia.
79
4.2.10 Keterbatasan Penelitian