11
diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta Husnan, 2001:3.
Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan
obligasi Jogiyanto, 2003:11. Pasar modal merupakan pasar untuk instrument aktiva keuangan
dengan jatuh tempo yang lebih panjang Fabozzi, 1995:13. Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar
modal adalah pasar untuk instrument keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan.
2.2.1.2 Jenis-Jenis Pasar Modal
Proses penjualan surat berharga kepada masyarakat telah menciptakan dua pasar Widoatmodjo, 1996 : 26 yaitu :
a. Pasar Perdana Primary Transaction
Pasar perdana adalah pembelian surat berharga oleh investor sebelum surat berharga tersebut dicatatkan di Bursa Utama atau Over the
Counter Market OTC yang di Indonesia disebut Bursa Paralel Indonesia BPI.
b. Pasar Sekunder Secondary Transaction
Pasar sekunder adalah proses jual beli surat berharga yang sudah dicatat di Bursa Utama atau OTC setelah masa penawaran kepada
pasar perdana terlewati. Terdapat dua terjadinya pasar sekunder yaitu :
12
1. Bursa Utama
Bursa utama sebagai kelas satu menempati sebuah gedung yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas transaksi dan sebagai tempat
terjadinya perdagangan surat-surat berharga yang sudah dicatatkan di bursa tersebut. Di Indonesia saat ini ada dua Bursa Utama yaitu
Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Surabaya. 2.
Over The Counter Market OTC OTC atau BPI sebagai bursa kelas dua tidak memerlukan tempat
seperti bursa utama. Dengan demikian transaksi yang terjadi tidak menempati tempat tertentu.
2.2.1.3 Instrumen Pasar Modal
Pada umumnya dana-dana yang diperjualbelikan adalah berupa surat-surat berharga yang terdiri dari berbagai macam bentuk. Bentuk-
bentuk surat berharga ini disebut dengan efek. Pengertian efek menurut UU RI No 8 tahu 1995, tentang efek yang
dikutip oleh Husnan 2001:3. Efek adalah selembar kertas yang
menunjukan hak pemegang surat tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan lembaga yang menerbitkan sekuritas tersebut.
Instrumen pasar modal menurut Sunariyah yang dikutip oleh Paris Ma’ruf 2002 adalah :
1. Saham
Saham adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Dalam transaksi jual beli di Bursa Efek, saham paling dominan
13
diperdagangkan. Saham dapat diterbitkan dengan cara atas nama atau atas tunjuk. Selanjutnya saham dapat dibedakan antara saham biasa
dan saham perferen. a.
Saham biasa Pada saham biasa pemegang saham tidak memperoleh hak
istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh
keuntungan. Pada likuidasi perseroan pemilik saham memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayan perseroan setelah tagihan
kreditur dilunasi. Namun itu adalah hak umum bukan hak istimewa.
b. Saham preferen
Sedangkan pada saham preferen, pemegang saham memperoleh hak untuk mendapat deviden atau bagian kekayaan pada saat
likuidasi perusahaan, lebih dulu dari saham biasa. Dalam pemilihan Dewan Komisaris, pemilik saham biasa
mempunyai hak suara yang pada kelanjutannya akan mengangkat pejabat-pejabat untuk mengelola perusahaan, sedangkan pemilik
saham preferen tidak memiliki hak suara. 2.
Obligasi Obligasi adalah bukti hutang dari emiten yang dijamin oleh
penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji
14
lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo, yaitu :
a. Obligasi biasa
Merupakan tanda hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau swasta dengan jumlah pembayaran bunga secara tertentu.
b. Obligasi konversi
Obligasi yang setelah jangka waktu tertentu, dengan pertimbangan dan atau harga tertentu, dapat ditukarkan menjadi saham
perusahaan emiten. 3.
Derivatif dari Efek a.
Right Right ini menunjukan bukti hak memesan terlebih dahulu yang
melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan
sebelum saham tersebut ditawarkan kepada pihak lain. b.
Warrant Warrant merupakan opsi untuk membeli sejumlah saham dengan
harga tertentu. Warrant sering dipergunakan dalan penerbitan obligasi, karena jika suatu obligasi disertai dengan warrant,
investor tidak hanya akan memperoleh bunga tetap dari pembelian obligasi, tetapi juga opsi untuk membeli saham dengan bunga
tertentu.
15
2.2.1.4 Faktor–faktor Pengaruh Perkembangan Pasar Modal
Sebagaimana didefinisikan, pasar modal merupakan pertemuan supply dan demand akan dana jangka panjang yang transferable. Karena
itu keberhasilan pembentukan pasar modal dipengaruhi oleh supply dan demand tersebut. Secara rinci Husnan dan Enny 2003:8 menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi pasar modal antara lain : 1.
Supply sekuritas Yaitu terdapat perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal.
2. Demand akan sekuritas
Yaitu terdapat pemilik dana yang besar untuk membeli sekuritas- sekuritas yang ditawarkan.
3. Kondisi politik dan ekonomi
Yaitu kestabilan politik suatu negara berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya mempengaruhi supply dan
demand. 4.
Masalah hukum dan peraturan Yaitu kebenaran informasi yang disajikan dan peraturan yang
melindungi pemodal dan kebenaran informasi tersebut. 5.
Peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal
2.2.1.5 Fungsi dan Peranan Pasar Modal
Menurut Husnan 2001:4 pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar
modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke
16
borrower, sedangkan fungsi keuangan dilakukan dengan menyadiakan dana tanpa harus terikat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yag
diperlukan untuk investasi tersebut. Widiatmodjo 1996:14 menjelaskan peranan pasar modal dalam
kegiatan ekonomi yaitu menjadi salah satu sumber untuk kemajuan ekonomi. Hal ini disebabkan karena pasar modal dapat menjadi sumber
dana alternatif bagi perusahaan-perusahaan dan digolongkan sebagai sumber pembiayaan modern.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa dengan adanya pasar modal, maka perusahaan-perusahaan akan lebih mudah memperoleh dana
sehingga kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat ditingkatkan. Terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi, akan menciptakan dan
mengembangkan lapangan kerja yang luas yang dengan sendirinya dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, sehingga secara langsung
dapat berpengaruh dalam mengurangi jumlah pengangguran. Dengan dijualnya saham di pasar modal berarti masyarakat diberi
kesempatan untuk memiliki dan menikmati keuntungan yang diperoleh perusahaan. Dengan kata lain pasar modal dapat membantu pemerintah
ingin meng-Indonesia-kan akan kultur ekonomi yang sehat.
17
2.2.2. Investasi
2.2.2.1 Pengertian Investasi
Investasi adalah kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktu nanti pemilik modal
mendapat sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Menurut Sunariyah 1997:2, investasi adalah penanaman modal
untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya memiliki jangka waktu dengan harapan akan mendapat keuntungan dimasa-masa yang akan
datang. Menurut Jogiyanto 2003:5, Investasi adalah penundaan konsumsi
sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu.
Geoffrey 1993:7 membedakan investasi menjadi dua, yaitu financial invesment dan real invesment. Financial invesment adalah
represent a financial claim on asset that is usually document by some form of legal representation. Sedangkan real invesment adalah represent on
actual tangible asset that may be seen, felt, held, or collected. Jadi dapat diartikan bahwa financial invesment adalah kegiatan
penanaman pada aset yang biasanya didokumentasikan dalam bentuk- bentuk yang disahkan secara hukum. Sedangkan real invesment adalah
kegiatan penanaman pada aset yang jelas bentuknya yang dapat dilihat, dirasakan, dipegang atau dikumpulkan.
18
2.2.2.2 Investasi Saham
Investasi saham adalah upaya mengelola uang dengan menggunakan kelebihan dananya untuk membeli efek dan surat-surat
berharga dengan harapan mendapat keuntungan di masa yang akan datang Riyanto, 1995:175.
Investasi dalam saham adalah pemilikan atau pembelian saham perusahaan-perusahaan lain oleh suatu perusahaan dengan tujuan untuk
memperoleh pendapatan income tambahan diluar pendapatan dari usaha pokoknya Subroto, 1986:161.
2.2.2.3 Jenis-jenis Investasi
Menurut Jogiyanto 2003:7, investasi dibedakan menjadikan dua : a.
Investasi langsung Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva
keuangan dri suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain, yang dapat diperjualbelikan di pasar uang money market,
pasar modal capital market atau di pasar turunan derivative market b.
Investasi tidak langsung Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari
perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain.
2.2.2.4 Tujuan Investasi
Dalam kegiatan investasinya, para investor memiliki berbagai macam tujuan yang diharapkan di masa yang akan datang. Tujuan dari
19
investasi adalah untuk mendapatkan hasil atau keuntungan yang maksimal. Menurut Tendellilin 2001:4 ada beberapa tujuan investor melakukan
investasi, antara lain : 1.
Untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak.
2.2.2.5 Manfaat Investasi
Beberapa perusahaan melakukan investasi sebagai cara untuk menempatkan kelebihan dana dan ada juga yang melakukannya hanya
untuk mempererat hubungan bisnis atau suatu keuntungan perdagangan. Investasi saham mempunyai keuntungan tersendiri bagi investor.
Apabila perusahaan mempunyai prospek cerah, tingkat pengembalian dan nilai saham akan meningkat. “Pemodal bisa melakukan investasi hari ini
pada industri semen dan menggantinya minggu depan pada industri farmasi Husnan, 1994:5.
Secara ekonomis manfaat yang didapat investor melalui pemilikan saham adalah :
a. Deviden
Deviden adalah pembagian keuntungan perusahaan kepada para pemegang saham.
20
b. Capital Gain
Capital Gain adalah merupakan selisih antara harga jual dan harga beli yang disebut dengan selisih kenaikan kurs. Capital Gain terjadi bila
pemilik saham atau investor menjual sahamnya dengan kurs yang lebih tinggi dibandingkan dengan kurs pada waktu membeli.
2.2.2.6 Resiko Investasi
Dalam setiap proses investasi, investor selalu dihadapkan dengan adanya resiko. Karena terdapat hubungan antara resiko dengan tingkat
hubungan yang diharapkan. Apabila investor mengharapkan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, maka investor harus bersedia
menanggung resiko yang tinggi pula. Resiko yang ada ditimbulkan oleh adanya ketidakpastian unsure.
Resiko akan semakin besar terhadap tingkat bunga yang diharapkan. Dan pada umumnya pemodal akan lebih memilih investasi yang memberikan
tingkat keuntungan yang lebih besar dengan tingkat resiko yang ditanggung sama, atau tingkat keuntungan sama dengan tingkat resiko
yang ditanggung lebig kecil. Pemegang saham biasa dihadapkan pada resiko yang lebih besar
bila dibandingkan dengan resiko yang dihadapi oleh pemegang obligasi. Hal ini disebabkan pembayaran deviden pada pemegang saham dilakukan
setelah pembayaran bunga pada pemegang obligasi. Semakin besar tingkat
21
resiko yang dihadapi, maka investor akan mensyratkan tingkat keuntungan yang besar pula.
Menurut Husnan 1993:124 adapun tiga bentuk teori pasar modal
yang menyatakan efisiensi pasar modal atau yang disebut Efisiensi Market Theory mengenai resiko dan keuntungan investasi, antara lain :
a. Keadaan di mana harga-harga mencerminkan semua informasi yang
ada pada catatan harga di waktu yang lalu. Dalam keadaan seperti ini pemodal tidak bisa memperoleh tingkat keuntungan diatas normal
dengan menggunakan trading rules yang berdasarkan atas informasi harga di waktu yang lalu. Keadaan ini disebut sebagai bentuk efisiensi
yang lemah weak form efficiency. Penelitian tentang random walk menunjukan bahwa sebagian besar pasar modal paling tidak efisien
dalam bentuk ini. b.
Keadaan di mana harga-harga bukan mencerminkan harga - harga di waktu yang lalu, tetapi semua informasi yang dipublikasikan. Keadaan
ini disebut sebagai bentuk efisiensi setengah kuat semi strong. Dengan kata lain, para pemodal tidak bisa memperoleh tingkat
keuntungan di atas normal dengan memenfaatkan public information. Para peneliti telah menguji keadaan ini dengan melihat peistiwa-
peristiwa tertentu seperti penerbitan saham baru, pengumuman laba dan deviden, perkiraan tentang laba perusahaan, perubahan praktik-
praktik akuntansi, merger dan pemecahan saham laba perusahaan.
22
Kebanyakan informasi ini dengan cepat dan tepat dicerminkan dalam harga saham.
c. Bentuk efisiensi yang kuat strong form di mana harga tidak hanya
mencerminkan semua informasi yag dipublikasikan, tetapi juga informasi yang bisa diperoleh dari analisa fundamental tentang
perusahaan dan perekonomian. Dalam keadaan semacam ini pasar modal akan seperti rumah lelang yang ideal: harga selalu wajar dan
tidak ada investor yang mampu memperoleh perkiraan yang lebih baik tentang harga saham. Kebanyakan test dalam bentuk ini dilakukan
terhadap prestasi berbagai portofolio yang dikelola secara profesional. Studi-studi ini menunjukan bahwa setelah kita mempertimbangkan
perbedaan resiko, tidak ada suatu lembaga yang mampu mengungguli pasar secara konsisten dan bahkan perbedaan prestasi masing-masing
portofolio tidaklah lebih besar dari apa yang kita harapkan secara kebetulan
. 2.2.3.
Return dan Beta 2.2.3.1
Pengertian Return
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang
belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Jogiyanto 2003:109 menyatakan return realisasi merupakan
return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu
23
pengukur kinerja dari perusahaan. Return histori ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan resiko di masa mendatang. Return
ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah
terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return ekspektasi dapat dihitung dengan mengalikan masing-
masing hasil masa depan dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlah semua produk perkalian tersebut. Secara matematik return ekspektasi
dapat dirumuskan sebagai berikut Husnan, 2003:126 :
n
Return ekspektasi E Ri =
∑ R
J
.P
J j=1
Sedangkan return total menurut Jogiyanto 2003:110 merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu.
Return total terdiri dari capital gain atau capital loss dan yield capital gain atau capital merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan
harga periode yang yang lalu.
Capital gain atau capital loss = P
t
– P
t – 1
P
t
+ yield
Yield merupakan prosentase kas periodic terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah prosentasi
deviden terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield adalah prosentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi
24
periode sebelumnya. Dengan demikian, return total dapat juga dinyatakan sebagai berikut ini:
Return = P
t
– P
t – 1
P
t
+ yield
Untuk saham biasa yang membayar deviden periode sebesar D
t
rupiah perlembarnya, maka yield adalah sebesar P
t
P
t-1
dan return total dapat dinyatakan sebagai berikut :
Return saham = + P
t
– P
t – 1
P
t – 1
D
t
P
t – 1
= P
t
– P
t – 1
+ D
t
P
t – 1
2.2.3.2 Pengertian Beta
Menurut Husnan 2001:112, beta merupakan ukuran resiko yang berasal dari hubungan antara tingkat keuntungan suatu saham dengan
pasar. Menurut Jogiyanto 2003:266, beta adalah pengukur resiko
sistematis dari suatu sekuritas atau portofolio terhadap resiko pasar. Beta saham dapat diinterpretasikan sebagai ukuran kepekaan
tingkat pengembalian saham terhadap tingkat pengembalian pasar. Semakin besar sensitifitas return suatu saham terhadap suatu resiko
sistematis semakin besar pula beta saham. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknis estimasi yang
menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis
25
ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi beta masa datang. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa beta historis mampu
menyediakan informasi tentang beta masa depan Elton dan Gruber, 1994. Analisis sekuritas dapat menggunakan data historis dan kemudian
menggunakan faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi beta masa depan. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data
historis berupa data pasar return-return sekuritas dan return pasar, data akuntansi laba-laba perusahaan dan laba indeks pasar atau data
fundamental menggunakan variabel-variabel fundamental. Beta yang dihitung dengan data pasar disebut dengan beta pasar. Beta yang dihitung
dengan data akuntansi disebut dengan beta akuntansi dan beta yang dihitung denga data fundamental disebut dengan beta fundamental
Jogiyanto, 2003:267. Selain itu juga dapat diestimasi dengan menggunakan teknik
regresi Jogiyanto, 2003:269. Teknik regresi untuk mengestimasi beta suatu sekuritas dapat dilakukan dengan menggunakan return sekuritas
sebagai variabel dependen dan return pasar sebagai variabel independen. Persamaan regresi yang dihasilkan dari data time series ini akan
menghasilkan koefisien beta yang diasumsikan stabil dari waktu ke waktu selama periode observasi tertentu.
Beta suatu saham sebagai resiko sistematis mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan saham tersebut. Hubungan beta saham
26
dengan keuntungan yang diharapkan saham tersebut dapat dilihat dari beberapa pendekatan.
2.2.3.3 Model Indeks Tunggal
Model yang dikembangkan oleh William Sharpe ini mengkaitkan perhitungan return setiap asset dengan return indeks pasar untuk
mendapatkan nilai koefisien beta. Estimasi koefisien beta biasanya didasarkan pada model indeks
tunggal yang dapat dihitung melalui hubungan fungsional regresi linear antara rate of return saham sebagai variabel dependen dan rate of return
portofolio indeks pasar sebagai variabel independen. Rumus model indeks tunggal Husnan, 2001:104 adalah sebagai berikut:
Ri = α
i
+ β
i
.R
m
+ e
i
R
i
adalah rate of return saham i, α
i
adalah bagian rate of return saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar,
β
i
adalah beta sebagai parameter yang diharapkan pada R
i
kalau terjadi perubahan pada R
m
, R
m
adalah rate of return indeks pasar dan e
i
adalah variabel random. Beta menunjukan kemiringan slope garis regresi tersebut, dan
α menunjukan intercept dengan sumbu R
it
. Semakin besar beta, semakin curam kemiringan garis tersebut dan sebaliknya. Penyebaran titik
pengamatan di sekitar garis regresi tersebut menunjukan resiko sisa
27
sekuritas yang diamati. Semakin menyebar titik tersbut semakin besr resiko sisanya.
Gambar 2.1 : Penggambaran Beta
Ri
β
R
mt
α
Sumber : Husnan, 2001, Dasar – dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, hal
109
2.2.3.4 Capital Asset Pricing Model
Capital Asset Pricing Model CAMP merupakan salah satu model keseimbangan. Dengan menggunakan model ini memungkinkan untuk
menentukan pengykur resiko relevan dan bagaimana hubungan antara resiko untuk setiap asset apabila pasar modal dalam keadaan seimbang.
Dalam hal ini model faktor resiko diukur dengan beta. Dan karena nilai suatu aktiva tergantung dalam tingkat keuntungan yang layak dari aktiva
tersebut, maka CAMP disini digunakan untuk menentukan berapa tingkat keuntungan yang layak dari suatu investasi sehubungan dengan resiko
yang dihadapi.
28
Return dan risk disini digambarkan dalam suatu bentuk security market line, dimana sumbu tegak mewakili tingkat keuntungan dan sumbu
datarnya menggambarkan resiko yang diukur dengan beta. Tingkat keuntungan dari investasi-investasi lain akan berada pada garis security
market line sesuai dengan beta investasi-investasi tersebut. Semakin besar betanya semakin besar pula tingkat keuntungan yang diharapkan dari
investasi tersebut.
Gambar 2.2 : Security Market Line
M R
M
R
f
Β
m
= 1 β
Sumber : Husnan, 2001, Dasar – dasar Teori Portofolio dan Analisis sekuritas, UPP AMP YKPN, Yogyakarta,
hal 170.
Formula untuk security market line dapat ditulis sebagai berikut : R
j
-R
f
= R
M
-R
f
β
j
Atau : R
j
= R
f
+ R
M
-R
f
β
j
29
Formula tersebut dapat diartikan bahwa tingkat keuntungan suatu saham Rj-Rf sama dengan tingkat keuntungan bebas resiko ditambah
dengan premi resiko Rm-Rf βj. Security market line menunjukkan
hubungan linear positif antara resiko dengan tingkat keuntungan yang diinginkan investor. Dalam keseimbangan pasar, suatu sekuritas
diharapkan memberikan suatu keuntungan yang setaraf dengan resiko sistematisnya.
2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Beta
Dalam analisis sekuritas untuk menilai potensi keuntungan ada dua aliran yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal Jogiyanto,
2000:88. Analisis fundamental bertolak dari anggapan bahwa setiap investor adalah makhluk rasional. Oleh karena itu, seorang fundamentalis
mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Sedangkan para analisis teknikal menyatakan bahwa investor
adalah makhluk irasional. Dalam hal ini ada anggapan bahwa harga saham sebagai komoditas perdagangan.
Menurut Beaver, et,al 1970 yang dikutip oleh Jogiyanto 2000:251 tentang perhitungan beta menggunakan beberapa variabel
fundamental. Variabel-variabel yang dipilih merupakan variabel yang dianggap berhubungan denga resiko, karena beta merupakan pengukur dari
resiko. Dengan argumentasi bahwa resiko dapat
ditentukan
30
menggunakan kombinasi karakteristik pasar dari sekuritas dan nilai-nilai fundamental perusahaan.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi beta perusahaan adalah :
a. Financial Leverage
b. Operating Leverage
c. Asset Growth
2.2.4.1 Financial Leverage
Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage Husnan, 2000:113. Semakin besar
proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal sendiri akan menanggung resiko yang makin besar. Karena itu semakin
tinggi financial leverage, semakin tinggi beta. Menurut Bambang Riyanto 1995:375 perusahaan yang
menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan
dana tersebut lebih besar daripada beban tetapnya, dan menghasilkan leverage merugikan apabila perusahaan tidak dapat memperoleh
pendapatan dari penggunaan data tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar.
Maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar tingkat finAncial leverage perusahaan, makin tinggi resiko financialnya. Hal ini dapat
31
mengakibatkan prospek perusahaan menurun, sehingga akan berpengaruh terhadap harga saham berarti perubahan return saham. Makin besar
perubahan return maka makin besar pula resiko yang ditanggung oleh investor.
2.2.4.2 Operating leverage
Operating Leverage berhubungan dengan penggunaan aktiva atau operasi perusahaan yang disertai dengan penggunaan beban tetap Riyanto,
1995:360. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan operating leverage terjadi pada saat perusahaan dalam menjalankan operasinya
menggunakan aktiva tetap yang menggunakan biaya tetap. Menurut Husnan 2001:113, operating leverage menunjukkan
proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap. Semakin besar proporsi ini semakin besar operating leveragenya. Perusahaan yang
mempunyai operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai beta yang tinggi, dan sebaliknya.
Maka kesimpulannya bahwa dengan mengetahui besarnya operating leverage perusahaan dapat menentukan berapa besar proporsi
hutang yang harus digunakan. Perusahaan dengan operating leverage tinggi akan menunjukkan adanya kemungkinan resiko bisnis yang tinggi.
Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan memberikan keuntungan kepada investor rendah. Hal ini akan
mempengaruhi harga saham dan akan mempengaruhi beta saham. Makin
32
tinggi operating leverage dari suatu perusahaan akan cenderung mempunyai beta yang tinggi pula sehingga resiko yang akan diterima
investor juga akan semakin tinggi.
2.2.4.3 Asset Growth
Suatu perusahaan yang sedang berada pada tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar. Karena biaya untuk mendapatkan
dana dengan cara menerbitkan saham baru relatif lebih besar maka perusahaan akan lebih banyak menahan laba untuk memenuhi kebutuhan
dana daripada laba tersebut dibagikan dalam bentuk deviden. Rendahnya pembayaran deviden akan menjadikan perusahaan makin kurang menarik
bagi investor, karena investor akan melihat bahwa perusahaan tidak banyak menghasilkan keuntungan dan memiliki resiko yang besar.
Akibatnya akan terjadi fluktuasi harga saham yang akan berpengaruh pada return saham tersebut. Semakin besar fluktuasi return saham akan semakin
memperbesar beta saham yang bersangkutan. Menurut Beaver et all 1970 dalam Jogiyanto 2003:281 bahwa
asset growth didefinisikan sebagai perubahan tingkat pertumbuhan tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksikan mempunyai hubungan
positif dengan beta.
33
2.2.5. Hubungan Financial Leverage Terhadap Beta Saham
Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total hutang jangka panjang dibagi dengan total aktiva. Leverage diprediksi mempunyai
hubungan positip dengan Beta. Bowman 1980 menggunakan pengukuran leverage dengan formula yang berbeda, yaitu rasio total hutang dengan
total aktiva menurut harga pasar. Hasilnya tidak berbeda, yaitu mempunyai hubungan positip.
Perusahaan yang mempunyai rasio utang yang tinggi menghadapi risiko rugi yang tinggi, tetapi tingkat pengembalian yang diharapkan juga
lebih tinggi pada saat perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio utang yang rendah tidak berisiko
besar, tetapi peluangnya untuk melipatgandakan pengembalian atas ekuitas juga kecil. Sudah tentu prospek tingkat pengembalian yang tinggi akan
dikehendaki, namun para investor enggan menghadapi risiko, karena itu, perusahaan perlu mencari keseimbangan antara tingkat pengembalian
dengan tingkat risiko Weston dan Bringham, 1990. Utang perusahaan akan mendapatkan dana untuk mengembangkan
usahanya, namun semakin besar utang yang dimiliki akan menyebabkan perusahaan harus memenuhi kewajiban untuk mengembalikannya kepada
kreditor secara besar pula, oleh karena itu risiko yang didapat perusahaan untuk mengembangkan usahanya dengan utang juga semakin besar.
Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage Husnan, 2009:113, semakin besar
34
proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal sendiri akan menanggung risiko yang makin besar, karena itu semakin
tinggi financial leverage, semakin tinggi beta.
2.2.6. Hubungan Operating Leverage Terhadap Beta Saham
Risiko beta dapat berasal dari beberapa faktor fundamental perusahaan dan faktor karakteristik pasar. Faktor yang diidentifikasikan
dapat mempengaruhi nilai beta adalah Husnan, 2009:113 : Operating leverage. Operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan
yang merupakan biaya tetap. Perusahaan yang mempunyai operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai beta yang tinggi.
Menurut Husnan 2009:113, operating leverage menunjukkan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap, semakin besar
proporsi ini semakin besar operating leveragenya. Perusahaan yang mempunyai operating leverage yang tinggi akan cenderung mempunyai
beta yang tinggi, dan sebaliknya. Maka kesimpulannya bahwa dengan mengetahui besarnya
operating leverage perusahaan dapat menentukan berapa besar proporsi hutang yang harus digunakan. Perusahaan dengan operating leverage
tinggi akan menunjukkan adanya kemungkinan risiko bisnis yang tinggi. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan
memberikan keuntungan kepada investor rendah, hal ini akan mempengaruhi harga saham dan akan mempengaruhi beta saham, makin
35
tinggi operating leverage dari suatu perusahaan akan cenderung mempunyai beta yang tinggi
2.2.7. Hubungan Asset Growth Terhadap Beta Saham
Perusahaan dengan tingkat aktiva yang tinggi dapat dianggap mempunyai risiko yang tinggi terhadap Beta, karena perusahaan yang
mempunyai laju pertumbuhan tinggi, harus dapat menyediakan modal yang cukup untuk membiayai pertumbuhannya. Makin besar kebutuhan
dana untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut makin berkecerendungan untuk menahan sebagian besar dari keuntungan atau
laba investasi dengan batasan – batasan tertentu. Karena itu risiko kegagalan dari pertumbuhan perusahaan akan menyebabkan aktiva
perusahaan berkurang yang akan ditanggung oleh pemegang saham. Meskipun demikian, bahwa jika nilai aktiva naik mungkin karena inflasi,
semua keuntungan ini akan dinikmati oleh pemegang saham. Utomo, 2006: 23
Oleh karena itu variabel pertumbuhan aktiva asset growth didefinisikan sebagai perubahan tingkat pertumbuhan tahunan dari aktiva
total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan positif dengan Beta. Dengan alasan semakin cepat tingkat atau laju pertumbuhannya
menggunakan dana untuk membiayai kebutuhan pertumbuhannya berarti semakin besar dana yang digunakan dan menyebabkan tingginya resiko
yang akan dihadapi. Utomo, 2006: 24
36
Variabel pertumbuhan aktiva asset growth didefinisikan sebagai perubahan tingkat pertumbuhan tahunan dari aktiva total. Variabel ini
diprediksi mempunyai hubungan positip dengan Beta. Hubungan ini tidak didukung oleh teori.
37
2.3 Kerangka Pemikiran
Asumsi 1.
Bagi investor, resiko merupakan komponen utama dalam investasi selain return.
2. Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Jakarta yang mengalami kesulitan dalam
membiayai kewajiban finansialnya masih banyak mengandalkan struktur permodalan perusahaan tersebut. Seperti halnya perusahaan LQ45 di Bursa
Efek Jakarta yang banyak memanfaatkan hutang – hutang sehingga resiko finansial perusahaan menjadi tinggi.
Perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage Husnan, 2009:113, semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh
perusahaan, pemilik modal sendiri akan menanggung risiko yang makin besar, karena itu semakin tinggi financial leverage, semakin tinggi beta
Maka kesimpulannya bahwa dengan mengetahui besarnya operating leverage perusahaan dapat menentukan berapa besar proporsi hutang yang harus digunakan.
Perusahaan dengan operating leverage tinggi akan menunjukkan adanya kemungkinan risiko bisnis yang tinggi. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa kemampuan
perusahaan memberikan keuntungan kepada investor rendah, hal ini akan mempengaruhi harga saham dan akan mempengaruhi beta saham, makin tinggi operating leverage dari
suatu perusahaan akan cenderung mempunyai beta yang tinggi
Oleh karena itu variabel pertumbuhan aktiva asset growth didefinisikan sebagai perubahan tingkat pertumbuhan tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi
mempunyai hubungan positif dengan Beta. Dengan alasan semakin cepat tingkat atau laju pertumbuhannya menggunakan dana untuk membiayai kebutuhan pertumbuhannya
berarti semakin besar dana yang digunakan dan menyebabkan tingginya resiko yang akan dihadapi. Utomo, 2006: 24
Financial Leverage X
1
Asset Growth X
3
Operating Leverage X
2
Beta Saham Y
Analisis Regresi Linier Berganda Y =
β +
β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+e
Tidak Ada Pengaruh Ada Pengaruh
38
2.4 Hipotesis