13 Salah satu upaya mengukur keberhasilan pembelajaran yang diperoleh oleh siswa
dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang bisa diukur melalui
tes. Sardiman 2003:51 menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh siswa selalu memunculkan pemahaman atau menimbulkan reaksi yang dapat diterima
oleh akal serta tidak terikat pada situasi di tempat mencapai, tetapi dapat pula di- gunakan dalam situasi lain.
Secara mendasar hasil belajar sangat dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan awal anak. Banyak faktor untuk mengukur suatu pembelajaran dikatakan berha-
sil, bukan saja dari hasil belajar siswa tetapi bisa dilihat dari perubahan yang ter- jadi pada diri siswa, yang tentunya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan
berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa memperoleh hasil belajar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemam- puan yang diperoleh siswa setelah melalui proses belajar yang didalamnya terjadi
interaksi edukatif sehingga berdampak positif bagi diri siswa itu sendiri. Hasil belajar dapat berupa skor atau nilai tertentu dan merupakan bukti dari usaha yang
dilakukan siswa dalam kegiatan belajar.
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan
belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin dalam Solihatin, 2007:4 mengatakan bahwa cooperative
14 learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembela-
jaran Ismail, 2003:18. Selain itu, Ismail mengungkapkan pula bahwa Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah :
1. belajar dengan teman
2. tatap muka antar teman
3. mendengarkan diantara anggota
4. belajar dari teman sendiri didalam kelompok
5. belajar dalam kelompok kecil
6. produktif berbicara atau mengeluarkan pendapat
7. siswa membuat keputusan
8. siswa aktif
Dari hal-hal tersebut, dapat dilihat bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah
semata-mata siswa berdiskusi bersama saja, karena dalam pembelajaran koope- ratif ini dalam berdiskusi bersama siswa diharapkan saling belajar dan membela-
jarkan untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Roger dan David Johnson dalam Lie, 2002:30-34 mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok biasa dianggap cooperative learning. Untuk menda- patkan hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus
diterapkan, yaitu : 1.
Saling ketergantungan positif Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya dima-
na semua anggota kelompok bekerja demi tercapainya satu tujuan yang sama.
15 Dengan demikian setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk mem-
berikan sumbangan. 2.
Tanggung jawab perorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika pembela-
jaran dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan me- rasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Dalam model pem-
belajaran ini tugas harus dipersiapkan sedemikian rupa, masing-masing ang- gota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas
selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan, sehingga anggota kelompok yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.
3. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan ber- diskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan kesempatan siswa untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Para anggota ke- lompok diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama
lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. 4.
Komunikasi antar anggota Unsur ini juga menghendaki agar siswa mempunyai bekal keterampilan ber-
komunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian
mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk
mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelom- pok juga merupakan proses panjang dimana siswa tidak bisa diharapkan
16 langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun,
proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental
dan emosional para siswa. 5.
Evaluasi proses kelompok Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka dengan istilah efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok,
melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif.
Mencermati unsur-unsur yang semestinya ada dalam pembelajaran kooperatif, di-
harapkan antar siswa yang terlibat dalam pembelajaran tersebut terjalin interaksi sosial dan interaksi kognitif, dengan terjalinnya interaksi ini diharapkan siswa
yang terlibat dalam pembelajaran selain dapat memahami materi pembelajaran yang dipelajari juga akan mempunyai kemampuan berinteraksi dan mengem-
bangkan sikap sosialnya. Model belajar cooperative learning ini mendorong peningkatan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah yang ditemui selama proses pembelajaran. Pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung diantara anggota kelompok sangat
penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya. Hal ini dikarenakan setiap saat mereka akan melakukan diskusi, saling membagi penge-
tahuan, pengalaman, pemahaman dan kemampuan serta saling mengoreksi antar sesama dalam belajar. Suprayekti 2006:89 mengungkapkan bahwa
17 Ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat memberikan dampak positif kepada siswa
antara lain : a. Membangun sikap belajar kelompok bersosialisasi.
b. Membangun kemampuan bekerjasama. c. Melatih kecakapan berkomunikasi.
d. Melatih keterlibatan emosi siswa. e. Mengembangkan rasa percaya diri dalam belajar.
f. Meningkatkan prestasi akademiknya secara individu dan kelompok. g. Meningkatkan motivasi belajar.
h. Memperoleh kepuasan belajar.
Salah satu dari teknik instruksional pembelajaran kooperatif adalah learning
together, yang dikembangkan oleh Johnson dan Johnson. Dalam belajar bersama, kelompok yang terdiri dari empat sampai enam siswa diberi satu pelajaran atau
worksheet dimana mereka harus belajar atau melengkapinya bersama-sama. Setiap anggota dari setiap kelompok juga membantu kelompok lain setiap kali
mereka telah melengkapi tugas mereka. Penghargaan diberikan untuk bekerja sama dan menyelesaikan tugas. Dalam pendekatan ini, tidak ada kompetisi antar
kelompok.
Learning together menekankan empat hal. Pada hakekatnya, karakteristik umum dari semua teknik belajar kooperatif yaitu:
1 Interaksi face to face para siswa dalam kelompok empat sampai enam
orang; 2
Saling ketergantungan positif para siswa bekerja sama untuk mencapai satu tujuan umum;
3 Tanggung jawab individual para siswa harus menunjukkan bahwa
mereka sudah menguasai dan memahami materi; 4
Keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok kecil para siswa di- ajarkan bagaimana bekerja sama dan bagaimana cara mengevaluasinya.
18 Teori dan riset dengan jelas menekankan bahwa dua hal penting bagi pembelaja-
ran kooperatif yaitu :
1
Merangsang untuk bekerja sama dan
2 Tanggung jawab individu. Kebanyakan aplikasi belajar kooperatif, penge-
nalan kelompok dan kompetisi antar kelompok menjadi perangsang. Dan tanggungjawab individu meluas yang mana pencapaian kelompok bergan-
tung pada pencapaian individual di dalam kelompok tersebut.
Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pembe-
lajaran, salah satunya adalah NHT. Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan dalam Lie, 2002:58. Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat
kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Numbered Head Together atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Teknik ini
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Menurut Triyanto 2007:62-63 dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT.
19 Struktur empat fase tersebut adalah sebagai berikut :
a. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.
b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat
tanya.
c. Fase 3 : Berfikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas.
E. Lembar Kerja Siswa LKS