Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter di Unit Rawat Jalan RSUP Haji Adam Malik Medan
Oleh:
FATMADINA BURHAN
110100197
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
(2)
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
FATMADINA BURHAN
110100197
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter di Unit Rawat Jalan RSUP Haji Adam Malik Medan
Nama : Fatmadina Burhan
NIM : 110100197
Pembimbing
(dr. Ibnu Alferraly,M.Ked(PA), Sp. PA, D.Bioet) NIP: 19620212 198911 1 001
Penguji I
(dr. Sufitni, M.Kes., Sp.PA) NIP:19720404 200112 2 001
Penguji II
(dr. Cut Aryfa Andra, Sp.JP) NIP: 19811117 200604 2 002 Medan, 12 Januari 2015
Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD – KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001
(4)
HALAMAN PERSETUJUAN
Hasil Penelitian dengan Judul :
Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter di Unit Rawat Jalan RSUP Haji Adam Malik Medan
Yang Dipersiapkan oleh:
FATMADINA BURHAN 110100197
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini telah direvisi dan disetujui.
Medan, 8 Januari 2015 Disetujui, Dosen Pembimbing,
NIP.1962 0212 1989 11 1 001
dr.T. IbnuAlferraly, M.Ked(PA), Sp.PA, D.Bioet
(5)
ABSTRAK
Profesionalisme kedokteran merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki dokter di Indonesia. Berbagai macam cara dilakukan untuk menilai profesionalisme dokter, salah satunya melalui sudut pandang pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter, serta mengidentifikasi pengaruh karakteristik pasien terhadap penilaian yang diberikan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah potong-lintang dengan sampel merupakan pasien instalasi rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan. Data dikumpulkan dengan cara mewawancarai pasien secara langsung.
Sampel berjumlah seratus orang terdiri dari 33 pasien (33%) laki-laki dan 67 pasien (67%) perempuan. Sebaran penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter adalah Sangat Profesional (21%), Profesional (47%), dan Kurang Profesional (32%). Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk menilai pengaruh karakteristik pasien. Didapatkan bahwa jenis kelamin (p=0,216), umur (p=0,516), tingkat pendidikan (p=0,623), dan jumlah kunjungan tidak memiliki pengaruh yang bermakna pada penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter. Akan tetapi, ditemukan perbedaan yang bermakna pada penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter berdasarkan poliklinik (p=0,014).
Pada penelitian ini didapatkan bahwa tingkat profesionalisme dokter di RSUP Haji Adam Malik berada pada kategori “Profesional” dengan nilai rata-rata 3,31 (SD 0,80) dari skala five-point Likert. Peneliti menyimpulkan bahwa penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter tidak dipengaruhi oleh karakteristik pasien.
Kata kunci: profesionalisme dokter, penilaiaian pasien, pasien rawat jalan.
(6)
ABSTRACT
Medical Professionalism is one of the competencies required for physician in Indonesia.Various kinds of methods are used to assess the professionalism of physicians, one of them from patient’s view for instance.
This study aims to determine the patient's assessment of the physician’s professionalism and to identify the effect of patients’ characteristic to the given assessment .
The method used in this study was cross-sectional study with patient in outpatient installation at Adam Malik Hospital as sample. Data collected through direct interview.
Total amount of sample roughly summed hundreds consisted of 33 (33%) men and 67 (67%) women. Distribution of ratings given to the doctor was very professional (21%), professional (47%), and less Professional (32%). Statistical analysis was performed to assess the effect of the patients’ characteristic. It was found that gender (p=0,216), age (p=0,516), education level (p=0,623), and the number of visits (p=0,678) have no significant effect on patients’ assessment ofphysicians’ professionalism. However, there was a significant differences of the patients’ assessment based on departement (p=0.014).
In this study it was found that the level of professionalism of physician in Haji Adam Malik Hospital is at the category "Professional " with an average rate 3.31 (SD 0.80) on five - point Likert scale. It is concluded that the patients’ assessment of phisician’s professionalism is not influenced by the patients’ characteristic.
Keyword: physician’s professionalism, patients’ assessment, outpatient.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga laporan hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman untuk pengembangan ilmu bioetika kedokteran kedepannya.
Terimakasih kepada dr. T. Ibnu Alferral dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam pelaksanaan penelitian ini. Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada kedua orangtua yang telah berkontribusi memberikan doa demi kelancaran penelitian saya.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.
Medan, 7 Desember 2014
Peneliti Fatmadina Burhan
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... ... vii
DAFTAR GAMBAR... ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian... 3
1.3.1. TujuanUmum ... 3
1.3.2. TujuanKhusus... 3
1.4. Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Profesionalisme ... 5
2.1.1. Pengertian Profesionalisme ... 5
2.1.2. Profesionalisme Sebagai Kontrak Sosial ... 7
2.1.3. Prinsip - prinsip Profesionalisme... ... 9
2.1.4. Profesionalisme Kedokteran di Indonesia.. ... 12
2.2. Penilaian terhadap Profesionalisme Dokter ... 13
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. ... 15
3.1. Kerangka KonsepPenelitian ... 15
3.2. Definisi Operasional ... 15
3.3. Hipotesis... ... 17
(9)
BAB IV METODE PENELITIAN ... 18
4.1. Jenis Penelitian ... 18
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18
4.3. Populasi dan SampelPenelitian ... 18
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 19
4.4.1. Uji validitas dan reliabilitas... 20
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 21
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... ... 22
5.1. Hasil Penelitian. ... 22
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian. ... 22
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden... ... 22
5.1.3. Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter.. ... 23
5.1.4. Hasil Analisis Statistik. ... 25
5.2. Pembahasan... ... 27
5.2.1. Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter.. ... 27
5.2.2. Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter Berdasarkan Jenis Kelamin.. ... 28
5.2.3. Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter Berdasarkan Umur... ... 28
5.2.3. Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 29
5.2.4. Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter Berdasarkan Jumlah Kunnjungan... ... 29
5.2.5. Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter Berdasarkan Poliklinik ... 29
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 31
6.1. Kesimpulan.. ... 31
6.2. Saran.. ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 5.1. Gambaran Karakteristik Responden... 22 Tabel 5.2. Gambaran Penilaian Pasien terhadap
Profesionalisme Dokter ... 23 Tabel 5.3. Sebaran Penilaian Pasien terhadap
Profesionalisme Dokter... 24 Tabel 5.4. Sebaran Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme
Dokter berdasarkan Jenis Kelamin... 25 Tabel 5.5. Sebaran Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme
Dokter berdasarkan Umur... 25 Tabel 5.6. Sebaran Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme
Dokter berdasarkan Tingkat Pendidikan... 26 Tabel 5.7 Sebaran Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme
Dokter berdasarkan Jumlah Kunjungan... 26 Tabel 5.8. Sebaran Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme
Dokter berdasarkan Poliklinik... 27
(11)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Definisi Profesionalisme...6 Gambar 2.2 Kontrak Sosial ...8 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ...15
(12)
ABSTRAK
Profesionalisme kedokteran merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki dokter di Indonesia. Berbagai macam cara dilakukan untuk menilai profesionalisme dokter, salah satunya melalui sudut pandang pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter, serta mengidentifikasi pengaruh karakteristik pasien terhadap penilaian yang diberikan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah potong-lintang dengan sampel merupakan pasien instalasi rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan. Data dikumpulkan dengan cara mewawancarai pasien secara langsung.
Sampel berjumlah seratus orang terdiri dari 33 pasien (33%) laki-laki dan 67 pasien (67%) perempuan. Sebaran penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter adalah Sangat Profesional (21%), Profesional (47%), dan Kurang Profesional (32%). Selanjutnya dilakukan uji statistik untuk menilai pengaruh karakteristik pasien. Didapatkan bahwa jenis kelamin (p=0,216), umur (p=0,516), tingkat pendidikan (p=0,623), dan jumlah kunjungan tidak memiliki pengaruh yang bermakna pada penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter. Akan tetapi, ditemukan perbedaan yang bermakna pada penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter berdasarkan poliklinik (p=0,014).
Pada penelitian ini didapatkan bahwa tingkat profesionalisme dokter di RSUP Haji Adam Malik berada pada kategori “Profesional” dengan nilai rata-rata 3,31 (SD 0,80) dari skala five-point Likert. Peneliti menyimpulkan bahwa penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter tidak dipengaruhi oleh karakteristik pasien.
(13)
ABSTRACT
Medical Professionalism is one of the competencies required for physician in Indonesia.Various kinds of methods are used to assess the professionalism of physicians, one of them from patient’s view for instance.
This study aims to determine the patient's assessment of the physician’s professionalism and to identify the effect of patients’ characteristic to the given assessment .
The method used in this study was cross-sectional study with patient in outpatient installation at Adam Malik Hospital as sample. Data collected through direct interview.
Total amount of sample roughly summed hundreds consisted of 33 (33%) men and 67 (67%) women. Distribution of ratings given to the doctor was very professional (21%), professional (47%), and less Professional (32%). Statistical analysis was performed to assess the effect of the patients’ characteristic. It was found that gender (p=0,216), age (p=0,516), education level (p=0,623), and the number of visits (p=0,678) have no significant effect on patients’ assessment ofphysicians’ professionalism. However, there was a significant differences of the patients’ assessment based on departement (p=0.014).
In this study it was found that the level of professionalism of physician in Haji Adam Malik Hospital is at the category "Professional " with an average rate 3.31 (SD 0.80) on five - point Likert scale. It is concluded that the patients’ assessment of phisician’s professionalism is not influenced by the patients’ characteristic.
(14)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Profesi merupakan suatu kelompok yang mempunyai kekuasaan tersendiri serta tanggung jawab khusus (Bertens, 2005). Salah satu profesi tertua yang dikenal saat ini adalah profesi dokter. Di dalam Mukadimah Kode Etik Kedokteran Indonesia (2012) disebutkan bahwa konsep profesi dilahirkan dari hubungan kepercayaan (fiduciary relationship) antara sang pengobat dan penderita. Sebagai sebuah profesi, masyarakat mengharapkan standar kompetensi tinggi dan tanggung jawab moral dari dokter (Spandorfer eds. et al. 2010). Di dalam buku yang ditulis oleh Hanafiah dan Amir (2007) dikatakan bahwa profesi merupakan pekerjaan yang memerlukan pendidikan dan latihan tertentu serta memiliki kedudukan yang tinggi dalam masyarakat.
Royal College of Physicians and Surgeons of Canada menyebutkan istilah profesionalisme digunakan untuk menggambarkan kemampuan, sikap, dan perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menjalankan profesinya (dikutip dalam Cruess RL & Cruess SR 2009). Dengan kata lain, profesionalisme menggambarkan kualitas dari suatu profesi.
Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2012 menyebutkan bahwa profesionalitas luhur merupakan pondasi pertama kompetensi dokter di Indonesia. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), profesionalitas merupakan kemampuan untuk bertindak profesional. Sesuai dengan penjabaran sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa profesionalisme merupakan bentuk perwujudan dari profesionalitas.Hal ini menunjukkan bahwa profesionalisme merupakan suatu hal yang sangat penting bagi profesi dokter. Walaupun profesionalisme sangat penting bagi profesi dokter, tampaknya sebagian besar dokter sulit untuk memahami konsepnya.
Maraknya pemberitaan negatif tentang dokter di media massa mengindikasikan adanya penurunan kepercayaan publik terhadap dokter Indonesia. Dalam kaitannya dengan profesionalisme, Physician Charter (2002) menyebutkan bahwa kepercayaan publik terhadap dokter merupakan hal yang
(15)
sangat penting. Kepercayaan tersebut dipengaruhi oleh sikap yang ditunjukkan oleh dokter berdasarkan nilai-nilai profesionalisme (Spandorfer eds. et al. 2010). Dapat dikatakan bahwa profesionalisme merupakan penentu kualitas hubungan dokter dan pasien. Berdasarkan sebuah penelitian, hubungan dokter dan pasien yang baik berpengaruh pada persepsi pasien terhadap kompetensi dokter. Dari penelitian yang sama juga dikatakan bahwa hubungan dokter dan pasien yang baik akan menurunkan keinginan pasien untuk melakukan tuntutan malapraktik (Moore, Adier, Robertson, 2000).
Walaupun profesionalisme merupakan inti penting dalam dunia kedokteran (Spandorfer eds. et al. 2010), profesionalisme cukup sulit dinilai. Akan tetapi, beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa profesionalisme dapat dinilai melalui perilaku dokter yang dilihat oleh pasien (Wiggins, Coker, Hicks, 2009; Green, Zick, Makoul, 2009; Abadel dan Hattab 2014).
Penelitian bersama Wiggins, Coker, dan Hicks (2009) ditemukan bahwa sebagian besar pasien menganggap bahwa profesionalisme ditunjukkan melalui perhatian yang dokter berikan terhadap masalah pasien dan berbahasa dengan bahasa yang mudah dimengerti. Hasil ini juga hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Green. Dinyatakan bahwa persepsi pasien terhadap profesionalisme dokter fokus pada komunikasi, walaupun komunikasi bukan merupakan domain yang dibicarakan dalam Physician Charter (Green, Zick, Makoul, 2009).
Latar belakang pasien juga mempengaruhi penilaian terhadap profesionalisme, seperti pada penelitian Abadel dan Hattab (2014) dikatakan bahwa pasien dengan usia tua memberi penilaian lebih tinggi. Penilaian yang rendah terhadap profesionalisme dokter diberikan oleh pasien dengan latar pendidikan yang tinggi dan pasien usia muda, karena umumnya pasien tersebut memiliki sikap kritis dan memiliki ekspektasi yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubugan latar belakang pasien dengan cara pasien menilai profesionalisme dokter.
(16)
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa pasien menilai profesionalisme dokter melalui sudut pandang yang berbeda. Walaupun begitu, penilaian melalui sudut pandang pasien tetap dibutuhkan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai profesionalisme. Dengan mengetahui bagaimana penilaian pasien terhadap profesionalisme, dokter akan lebih mudah memberikan apa yang diharapkan oleh pasien sehingga kualitas hubungan dokter-pasien menjadi lebih baik. Hubungan antara dokter dan dokter-pasien yang terjalin dengan baik akan meningkatkan kepercayaan pasien pada dokter. Karena pasien merupakan bagian dari masyarakat, diketahuinya penilaian pasien dapat membantu dokter untuk menjaga keluhuran kedudukan profesi dokter di tengah masyarakat.
Berdasarkan latar belakang ini, peneliti ingin melakukan sebuah penelitian ilmiah untuk menggambarkan bagaimana penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter, dengan mengambil obyek penelitian di unit rawat jalan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter di unit rawat jalan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui data, fakta, dan informasi yang dapat dipercaya mengenai penilaian pasien terhadap dokter di unit rawat jalan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat profesionalisme dokter di unit rawat jalan RSUP Haji Adam Malik Medan.
(17)
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, terutama:
a. Bagi pembuat kebijakan pelayanan kesehatan, dapat dijadikan pedoman dalam pembuatan kebijakan pelayanan kesehatan.
b. Bagi dokter, sebagai referensi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hubungan dokter-pasien.
c. Bagi akademisi, dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dalam pembelajaran etika khususnya profesionalisme di bidang kedokteran.
d. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai tambahan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai profesionalisme kedokteran.
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profesionalisme
2.1.1. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari akar kata “profesi” . Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), profesionalisme adalah “tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi.” Sedangkan profesi merupakan suatu kelompok yang memiliki kekuasaan tersendiri dan karena itu mempunyai tanggung jawab khusus. Suatu profesi disatukan oleh latar belakang pendidikan yang sama serta memiliki keahlian yang tertutup dari orang lain (Bertens, 2005). Orang yang bergabung dengan kelompok profesi memiliki pengetahuan dan keahlian yang tidak dimiliki kebanyakan orang lain. Anggota profesi ini diatur oleh kode etik dan menyatakan komitmen terhadap kemampuan, integritas dan moral, altruism, dan dukungan demi kesejahteraan masyarakat. (Cruess S.R & Cruess R.L., 2012)
Profesi, profesional, dan profesionalisme memiliki pengertian yang umum dan dapat digunakan untuk profesi lain. Karena hal tersebut, maka istilah “profesionalisme kedokteran (medical professionalism)” telah dikembangkan dan digunakan agar memiliki pengertian yang spesifik dalam praktik kedokteran (Cruess S.R. & Cruess R.L., 2009). Topik profesionalisme yang diangkat oleh penulis pun akan spesifik tentang profesionalisme kedokteran.
Profesionalisme cukup sulit didefinisikan karena konsepnya yang rumit dan multidimensional (Arnold dan Stern, 2006; Spandorfer eds et al, 2010). Istilah profesionalisme sendiri telah digunakan untuk merujuk seni dan etika dalam dunia kedokteran (Wear dan Aultman 2006). Di dalam preambul Physician Charter
(Brennan, et al 2002) profesionalisme didefinisikan sebagai kontrak dasar antara kedokteran dengan masyarakat.
Wear dan Aultman (2006) mendefinisikan profesionalisme sebagai pemeliharaan kompetensi yang sangat penting untuk praktik, pembinaan, serta pemajuan ilmu pengetahuan, etik, dan perawatan penuh kasih dalam melayani pasien dan masyarakat. Sedangkan Cruess S.R dan Cruess R.L (2009, 2012) menggunakan definisi yang diajukan oleh Royal College of Physicians of London,
(19)
yaitu “A set of values, behaviors, and relationships that underpins the trust that the public has in doctors”. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan bahwa profesionalisme merupakan seperangkat nilai-nilai, perilaku, dan hubungan dengan dasar kepercayaan publik pada dokter. Definisi ini lebih mudah dimengerti dan sederhana.
Sebagai panduan dalam menilai profesionalisme, Arnold dan Stern (2006) memberikan definisi bahwa profesionalisme ditunjukkan melalui sebuah dasar kompetensi klinis, kemampuan berkomunikasi, pemahaman etika dan hukum yang dibangun oleh harapan untuk melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme:
excellence (keunggulan), humanism (humanisme), accountability (akuntabilitas), altruism (altruisme). Selanjutnya Arnold dan Stern memvisualisasikan definisi profesionalisme seperti bagan di bawah ini.
Gambar 2.1 Definisi Profesionalisme (Arnold dan Stern, 2006).
Dari bawah ke atas, terlihat bahwa clinical competence (kompetensi klinis), communication skills (kemampuan berkomunikasi), dan ethical and legal understanding (pemahaman hukum dan etik) menjadi sebuah dasar profesionalisme. Sedangkan excellence (keunggulan),
(20)
humanism(humanisme), accountability (akuntabilitas), dan altruism
(altruisme) merupakan tonggak profesionalisme.
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa profesionalisme merupakan suatu penentu kualitas hubungan dokter yang digambarkan melalaui seperangkat perilaku dan sangat bergantung dengan kepercayaan. Hubungan ini tidak terbatas pada dokter dan pasien sebagai individu, tetapi juga hubungan dokter sebagai sebuah kelompok profesi dengan dengan masyarakat luas. Penulis berpendapat bahwa, aplikasi profesionalisme juga tidak terbatas pada hubungan dokter dengan eksternal profesinya, tetapi juga dapat digunakan dalam hubungan internal profesi.
2.1.2. Profesionalisme sebagai Kontrak Sosial
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa profesionalisme berkaitan dengan hubungan dokter dengan internal dan eksternal profesinya. Cruess S.R. dan Cruess R.L. (2009) menerangkan bahwa hubungan ini dapat dijelaskan melalui teori kontrak sosial. Profesionalisme sebagai kontrak sosial juga disebutkan di dalam Standar Kompetensi Kedokteran Indonesia 2012.
Pada bagian preambul Physician Charter (Brennan, et al, 2002)dinyatakan bahwa profesionalisme merupakan dasar kontrak sosial. Dokter dituntut untuk menempatkan kepentingan pasien di atas kepentingan sendiri, menetapkan dan mempertahankan standar kompetensi dan integritas, serta menyediakan pemecahan masalah kesehatan masyarakat. Hal yang sangat penting bagi kontrak ini adalah kepercayaan (Brennan, et al, 2002; Cruess S.R. & Cruess R.L., 2009).
Kontrak sosial dianalogikan sebagai hak dan kewajiban antara negara dengan warganya yang menunjukkan suatu hubungan timbal balik (Cough di dalam Cruess S.R. dan Cruess R.L., 2009). Berdasarkan analogi tersebut, maka profesionalisme dapat digambarkan sebagai sebuah hubungan antara kelompok profesi dengan masyarakat yang ditandai dengan adanya tuntutan hak dan kewajban. Kontrak sosial sejatinya tidak tertulis, akan tetapi ada beberapa kontrak sosial tertulis tergantung negara tempat profesi itu bernaung. Kontrak sosial tertulis dapat ditemukan dalam hukum dan peraturan pemerintah mengenai
(21)
kedokteran, perundang-undangan mengenai sistem pelayanan kesehatan, keputusan hukum yang ditemukan dalam yurisprudensi, serta kode etik yang ditetapkan oleh profesi itu sendiri.
Gambar 2.2 Kontrak Sosial (Cruess SR dan Cruess RL, 2009).
Gambar 2.2 menunjukkan skema kontrak sosial kedokteran dengan masyarakat. Profesi kedokteran (medical profession) terdiri atas dokter (individual physicians), organisasi profesi, dan institusi (medicine’s institutions). Masyarakat (society) terdiri atas pasien dan publik umum (general public), serta pemerintahan yang dibentuk oleh politisi (politicians) dan pegawai sipil (civil servants). Pengaruh eksternal yang dapat mempengaruhi kontrak ini sistem pelayanan kesehatan, kerangka peraturan, serta media. Profesionalisme disajikan sebagai dasar hubungan kedokteran dengan masyarakat sebagai satu kesatuan.
Berdasarkan gambar di atas, terlihat dua kelompok penting dalam kontrak sosial, yaitu profesi kedokteran dan masyarakat. Profesi kedokteran terdiri atas dokter sebagai individu, organisasi profesi, dan institusi yang menaungi profesi tersebut. Sedangkan dari kelompok masyarakat (society) terdiri atas pasien dan publik umum serta pemerintahan. Profesionalisme digambarkan sebagai
(22)
penghubung antara kelompok profesi kedokteran dengan masyarakat yang ditandai dengan adanya ekspektasi dari kelompok masyarakat dan kewajiban melayani dari kelompok profesi. Teori ini menunjukkan bahwa profesionalisme tidak terbatas pada hubungan antara dokter dengan pasien secara individu, tetapi juga hubungan dokter dengan institusinya, kelompok profesi dokter dengan masyarakat, dan hubungan dokter dengan pembuat kebijakan publik.
Sistem pelayanan kesehatan dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah merupakan pengaruh eksternal bagi kontrak sosial. Hal ini terbukti dengan fakta lapangan yang ada saat ini. Buruknya sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh suatu institusi kesehatan akan mempengaruhi pendapat masyarakat terhadap dokter.
Nilai-nilai profesionalisme dapat berubah seiring dengan perubahan perubahan nilai sosial di masyarakat yang diperkuat oleh media sebagai pembentuk opini publik. Pendapat publik sering ditunjukkan dengan pola voting.
Hubungan penduduk dengan pemerintahan menjadi hal yang sangat penting dalam penentuan struktur pelayanan kesehatan. Kebijakan publik yang dihasilkan pemerintah memberikan pengaruh besar terhadap sistem pelayanan kesehatan dan selanjutnya mempengaruhi kontrak sosial (Cruess SR dan Cruess RL, 2006).
2.1.3. Prinsip- prinsip Profesionalisme
Profesionalisme memiliki beberapa prinsip dalam pelaksanaannya. Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Stern, terdapat empat prinsip utama, yaitu (Arnold dan Stern, 2006; Kanter, et al, 2013):
a. Excellence (Keunggulan)
Dokter senantiasa terus belajar untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan.
b. Accountability (akuntabilitas)
Dokter hendaknya dapat mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dibuat, serta menerima konsekuensinya.
(23)
Dokter hendaknya mendahulukan kepentingan pasien di atas kepentingan pribadi. Komunikasi yang baik dengan pasien dan menghormati kebutuhan pasien dari merupakan bagian dari aspek ini.
d. Humanism (humanisme)
Humanisme merupakan rasa perikemanusiaan yang meliputi rasa hormat (respect), rasa kasih (compassion), empati, serta kehormatan dan integritas (honor and integrity).
Sedikit berbeda dengan prinsip yang disebutkan sebelumnya, Physician Charter (2002)mencantumkan tiga prinsip dasar dan sepuluh tanggung jawab profesional. Prinsip-prinsip ini dapat dikatakan sebuah penjabaran dari empat prinsip yang dikenalkan oleh Stern. Prinsip-prinsip dasar profesionalisme berdasarkan Physician Charter adalah sebagai berikut.
a. Principle of primary of patient welfare
Prinsip ini didasarkan pada dedikasi melayani apa yang menjadi kebutuhan pasien. Mementingkan kepentingan pasien dapat mempengaruhi kepercayaan yang menjadi kunci hubungan dokter-pasien. b. Principle of patient autonomy
Dokter harus menghormati otonomi pasien. Dokter harus jujur dan memberikan kuasa kepada pasien untuk ikut memutuskan terapi. Keputusan pasien merupakan hal yang penting selama masih tetap sesuai dengan etik dan prosedur.
c. Principle of social justice
Profesi kedokteran harus memajukan keadilan dalam pelayanan kesehatan, termasuk persebaran sumber daya kesehatan. Dokter harus bekerja aktif untuk menghilangkan diskriminasi dalam pelayanan kesehatan, baik itu ras, jenis kelamin, status sosioekonomi, etnik, agama, atau kategori sosial lainnya.
Untuk melaksanakan ketiga prinsip tersebut, terdapat sepuluh tanggung jawab profesional berdasarkan Physician Charter (2002) yaitu:
a. Commitment to professional competence (komitmen pada kompetensi profesional). Dokter harus berkomitmen untuk belajar sepanjang hayat dan
(24)
bertanggung jawab menjaga ilmu pengetahuan kekdokteran yang berguna dalam peningkatan kualitas pelayanan.
b. Commitment to honesty with patient (komitmen untuk jujur dengan pasien). Dokter harus memastikan bahwa pasien telah diberitahukan secara jelas dan jujur tentang terapi yang diberikan sebelum dan setelah terapi dilaksanakan. Dokter harus mengerti bahwa pada pelayanan kesehatan, kesalahan bisa saja terjadi. Jika pasien terluka akibat kesalahan yang dilakukan, pasien seharusnya diberitahu karena hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan pasien dan masyarakat.
c. Commitment to patient confidentiality (komitmen pada kepercayaan pasien). Dokter harus berkomitmen untuk menjaga informasi rahasia pasien atas dasar kepercayaan yang telah diberikan pasien. Akan tetapi, komitmen ini bisa dilanggar pada keadaan tertentu misalnya ketika pasien menjadi ancaman bagi orang banyak.
d. Commitment to mantain apropriate relations (komitmen untuk menjaga hubungan yang pantas). Dokter selayaknya tidak memiliki hubungan dengan pasien hanya untuk maksud tertentu, seperti memanfaatkan pasien untuk kepentingan seksual dan memanfaatkan pasien hanya untuk mendapat kepuasan finansial pribadi.
e. Commitment to improving quality of care (komitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan). Dokter harus berdedikasi untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan. Kompetensi ini tidak hanya menjaga kompetensi klinis, tetapi juga bekerja sama untuk mengurangi kesalahan medis, menjaga keamanan pasien, mengurangi penggunaan tenaga kesehatan berlebihan, dan mengoptimalkan pelayanan.
f. Commitment to improving access to care (komitmen memperbaiki akses pelayanan). Profesionalisme kedokteran menuntut pelayanan kesehatan yang obyektif tersedia dengan standar yang seragam dan adekuat.
g. Commitment to a just distribution of finite resources (komitmen pada sumber daya terbatas). Dokter dituntut untuk memberikan pelayanan
(25)
bijaksana sesuai dengan pengaturan biaya yang efektif dan sumber daya klinis terbatas.
h. Commitment to scientific knowledge (komitmen kepada ilmu pengetahuan). Dokter memiliki kewajiban untuk menetapkan standar secara ilmiah, mendukut riset, serta mengembangkan ilmu pengetahuan. i. Commitment to mantaining trust by managing conflicts of interest
(komitmen untuk menjaga kepercayaan dengan mengelola konflik kepentingan). Dokter seharusnya tidak memanfaatkan kepercayaan pasien hanya untuk kepentingan peribadi.
j. Commitment to professional responsibilities (komitmen pada tanggung jawab profesional). Sebagai anggota dari sebuah profesi, dokter diharapkan mampu bekerja sama untuk memaksimalkan pelayanan pasien, menghormati teman sejawat, dan ikut serta dalam peningkatan disiplin profesi.
2.1.4. Profesionalisme Kedokteran di Indonesia
Profesionalisme menjadi bagian dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia pada tahun 2012. Pasal mengenai profesionalisme terdapat pada pasal delapan Kode Etik Kedokteran Indonesia (2012) dengan bunyi “ Seorang dokter wajib, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan secara berkompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia”. Di dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012, profesionalisme dokter terdapat pada area kompetensi satu yaitu “Profesionalitas yang luhur”. Hal tersebut sesuai dengan amanat yang tersirat di dalam peraturan perudang-undangan, antara lain:
a) Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
b) Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan c) Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit d) Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
(26)
e) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Berdasarkan telaah yang dilakukan oleh peneliti, tidak semua peraturan perundang-undangan yang disebutkan di atas secara gamblang membahas profesionalisme dokter. Konsep profesionalisme sangat jelas digambarkan melalui Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Jika dilihat dari keseluruhan undang-undang yang dicantumkan di atas, dokter merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional yang dibentuk pemerintah demi kesejahteraan rakyat. Hal ini sesuai dengan teori kontrak sosial yang telah dijelaskan sebelumnya. Konsep profesionalisme yang berkaitan tentang pasien juga cukup tergambarkan melalui Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Gambaran tersebut terlihat dari pasal 32 yang menjelaskan tentang hak pasien yang pada dasarnya juga merupakan bagian dari profesionalisme.
2.2 Penilaian terhadap Profesionalisme Dokter
Penilaian terhadap profesionalisme dokter sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan profesi. Komponen penting dari profesionalisme ini tentunya adanya sikap untuk mengevaluasi diri.Seiring bertambahnya waktu dan dengan kemajuan teknologi, nilai-nilai profesionalisme bisa saja berubah dan tidak sesuai dengan definisi profesionalisme. Maka dari itu, penilaian profesionalisme sangat berperan dalam menjaga nilai luhur sebuah profesi.
Profesionalisme merupakan seperangkat perilaku yang hendaknya dinilai dari berbagai sisi. Penilaian bisa dilakukan oleh dokter itu sendiri, pengawas, pasien, dan kolega yang bekerja sama dengan dokter tersebut (Wilkinson & Wade, 2009; Green, Zick, & Makoul, 2009). Dari penelitian Green, Zick, dan Makoul (2009) terlihat ada sedikit perbedaan cara menilai profesionalisme berdasarkan sudut pandang dokter, pasien, dan perawat. Dari penelitian tersebut, didapatkan bahwa dokter menilai tingkat profesionalismenya lebih rendah dibandingkan penilaian yang diberikan oleh pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh Green, Zick, dan Makoul (2009) juga menunjukkan bahwa profesionalisme dapat dinilai melalui perilaku dokter yang
(27)
terlihat. Akan tetapi, tidak semua aspek profesionalisme dokter dapat dinilai oleh pasien karena perilaku yang dinilai oleh pasien hanya berkisar pada hubungan dokter pasien. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pasien memiliki sudut pandang berbeda terhadap profesionalisme. Beberapa ciri profesionalisme yang dinilai oleh pasien fokus kepada komunikasi, walaupun komunikasi bukan fokus utama di dalam Physician Charter.
Hasil yang mirip juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Wiggins, Coker, dan Hicks (2009) didapatkan hasil bahwa pasien menganggap kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat penting dari profesionalisme. Sangat memungkinkan jika pasien tidak menghubungkan profesionalisme dokter dengan kemampuan klinis seorang dokter.
Selanjutnya Abadel dan Hattab (2014) mendapatkan hasil yang menunjukkan adanya perbedaan penilaian profesionalisme yang diberikan oleh pasien tergantung dengan latar belakang sosiodemografi pasien tersebut. Pasien dengan kelompok usia lebih tua memberikan penilaian yang lebih baik dibandingkan kelompok pasien usia lebih muda. Rata-rata penilaian pasien dalam penilitian ini adalah pada kategori “baik”.
Dari beberapa penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasien menilai profesionalisme dengan cara yang berbeda. Beberapa pasien dapat lebih kritis dibandingkan pasien lainnya (Wilkinson & Wade, 2009). Walaupun begitu, mengetahui bagaimana penilaian pasien tetap penting. Dengan mengetahui bagaimana penilaian pasien, makna profesionalisme diharapkan akan semakin jelas sehingga hubungan dokter dan pasien dapat terjaga kualitasnya. Terpenuhinya ekspektasi pasien terhadap dokter merupakan hal yang harus tercapai sesuai dengan konsep profesionalisme sebagai kontrak sosial.
(28)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas, tampak jelas bahwa peneliti ingin mengetahui bagaimana penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter. Penilaian yang diberikan terbagi atas tiga kategori, yaitu kurang profesional, profesional, dan sangat profesional. Penelitian ini diharapkan juga menggambarkan karakteristik pasien yang menjadi responden penelitian.
3.2. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel yang diukur adalah penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter. Penilaian yang diberikan oleh pasien berdasarkan pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Instrumen yang digunakan adalah terjemahan kuesioner ABIMS’s Patient Assesment survey. Kuesioner ini telah digunakan untuk menilai profesionalisme dokter di berbagai negara (Abadel & Hattab, 2014). Kuesioner yang digunakan memiliki sepuluh pertanyaan yang mencakup
Karakteristik Pasien
Pasien
Penilaian terhadap Profesionalisme dokter
Sangat Profesional Profesional
Kurang Profesional
(29)
aspek profesionalisme yang dapat dinilai oleh pasien. Pasien diminta untuk memberikan nilai dari setiap pernyataan yang diberikan dalam skala five-point
Likert, yaitu
• Kurang diberi nilai 1
• Cukup diberi nilai 2
• Baik diberi nilai 3
• Sangat baik diberi nilai 4
• Unggul diberi nilai 5
Hasil ukur yang didapatkan merupakan nilai rata-rata dari seluruh pertanyaan. Nilai yang didapatkan selanjutnya dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu:
• Kurang profesional untuk nilai rata-rata 1-2.99
• Profesional untuk nilai rata-rata 3-3.99
• Sangat profesional untuk nilai rata-rata 4-5 Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal.
Karakteristik pasien, yang meliputi umur, jenis kelamin, dan pendidikan ditanyakan langsung kepada pasien sesuai dengan panduan sebagai berikut.
a. Jenis kelamin : Status seksual pasien
Ditentukan dengan melihat penampilan pasien atau data jenis kelamin pada Kartu Tanda Penduduk.
Kategori jenis kelamin: 1. Laki-laki 2. Perempuan
b. Umur : bilangan tahun dihitung sejak pasien lahir sampai dengan tahun dimana pasien berkunjung ke poliklinik.
Ditentukan dengan cara menanyakan langsung kepada pasien atau dengan melihat data umur pada Kartu Tanda Penduduk.
c. Pendidikan : jenjang pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh pasien Ditentukan dengan cara menanyakan langsung kepada pasien.
Pendidikan dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu 1. Tidaksekolah/tidak lulus SD
(30)
3. Tamat SMP atausederajat 4. Tamat SMA atausederajat 5. Perguruantinggi
d. Pekerjaan: bidang yang ditekuni oleh pasien untuk mendapatkan penghasilan.
Ditentukan dengan cara menanyakan langsung kepada pasien. 1. Tidak bekerja
2. PNS/ABRI
3. PegawaiSwasta/BUMN 4. Mahasiswa
5. Wiraswasta/Pedagang Pensiunan
6. Lainnya(……….)
e. Jumlah kunjungan: total kunjungan yang telah dilakukan oleh pasien untuk satu orang dokter yang sama.
Ditentukan degan cara menanyakan langsung kepada pasien. 1. Pertamadatang
2. Kedua
3. Lebihdaridua kali
3.3.Hipotesis
Terdapat perbedaan penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter berdsasarkan karakteristik pasien.
(31)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskrptif analitik dengan desain
cross-sectional. Peneliti memilih desain cross-sectional karena subyek hanya diamati satu kali dan pengukuran variabel dilakukan pada saat pengamatan. Rancangan ini diharapkan mampu menggambarkan penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter di unit rawat jalan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
4.2.Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan pada September 2014 sampai dengan November 2014 yang bertempat di unit rawat jalan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit dengan akreditasi A yang menjadi pusat rujukan untuk Provinsi Sumatera Utara. Poliklinik rawat jalan yang dipilih oleh peneliti adalah sebagai berikut.
- Poliklinik Kebidanan - Poliklinik Paru - Poliklinik Kardiologi - Poliklinik Neurologi - Poliklinik Penyakit Dalam - Poliklinik Bedah Umum - Poliklinik THT
4.3.Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasien yang berkunjung ke poliklinik rawat jalan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan pada bulan September 2014 sampai November 2014.
(32)
�= �� 2��
�2 �= 1,96
2 × 0,5 × (1−0,5) 0,12
�= 96,04
n = jumlah sampel
zα = nilai z berdasarkan tingkat kemaknaan α. Tingkat kemaknaan yang dipilih adalah 0,05
P = proporsi keadaan yang akan dicari. Proporsi yang digunakan adalah 0,5.
Q = (1-P), didapatkan hasil 0,5.
d = tingkat ketepatan absolut yang ditetapkan yaitu 10%
Dengan jumlah sampel minimal tersebut, maka peneliti menetapkan sampel sebanyak 100. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut.
Kriteria inklusi
- Pasien rawat jalan di poliklinik Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
- Berusia ≥18 tahun, dibuktikan denga Kartu Tanda Penduduk. - Memahami Bahasa Indonesia.
- Pasien dalam keadaan sadar dan bersedia dijadikan subyek penelitian. Kriteria eksklusi
- Pasien berusia <18 tahun.
- Pasien mengalami gangguan mental. - Pasien tidak bersedia diwawancarai. 4.4.Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer. Setiap pasien yang memenuhi kriteria inklusi akan dijadikan sampel sampai jumlah sampel mencukupi. Data dikumpulkan melalui wawancara langsung terpimpin dengan
(33)
pasien. Instrumen yang digunakan merupakan terjemahan kuesioner ABIMS’s Patient Assesment survey dari American Board of Internal Medicine. Kuesioner ini merupakan kuesioner yang telah baku dan telah digunakan secara luas (Abadel dan Hattab, 2014). Kuesioner yang digunakan memiliki sepuluh pernyataan yang mencakup aspek profesionalisme yang dapat dinilai oleh pasien. Pasien diminta untuk memberikan nilai dari setiap pertanyaan yang diberikan dalam skala five-point Likert. Rentang nilai yang dipilih adalah sebagai berikut:
• Kurang diberi nilai 1
• Cukup diberi nilai 2
• Baik diberi nilai 3
• Sangat baik diberi nilai 4
• Unggul diberi nilai 5
Karakteristik pasien, yang meliputi umur, jenis kelamin, dan pendidikan, pekerjaan, dan jumlah kunjungan ditanyakan langsung kepada pasien ketika diwawancarai.
4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas konstruk digunakan untuk menguji apakah semua pernyataan tersebut memiliki korelasi walaupun telah diterjemahkan. Untuk menguji validitas digunakan pengolahan statistika koefisien korelasi pruduct moment dari Pearson dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Pengujian dilakukan dengan sampel sebanyak 20. Hasil korelasi dikatakan bermakna apabila nilai r hitung>nilai r tabel. Pada hasil pengujian didapatkan bahwa seluruh pertanyaan valid pada tingkat kemaknaan 1%, dimana r hitung> nilai r tabel (0,561)
Uji reliabilitas dilanjutkan untuk menilai apakah hasil pengukuran dapat diandalkan. Pengujian dilakukan dengan perhitungan statistika Alpha Cronbach
dengan bantuan SPSS. Dari hasil uji realibilitas, semua pertanyaan pengetahuan yang valid adalah reliable dengan alpha= 0,959 atau sangat reliabel.
(34)
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Peneliti menggunakan aplikasi statistik SPSS untuk mengolah data. Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik subyek penelitian, mean, dan distribusi frekuensi data. Untuk memperdetil gambaran variabel berdasarkan karakteristik subyek penelitian, dilakukan pula analisis statistik inferensial dengan analisis varians satu arah Kruskal-Wallis. Penilaian dari sepuluh kategori data akan dijadikan menjadi satu rata-rata tunggal dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu kurang profesional, profesional, dan sangat profesional.
(35)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang beralamat di Jalan Bunga Lau No.17 Medan Tuntungan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi pusat rujukan di Provinsi Sumatera Utara. Peneliti memilih responden yang merupakan pasien dari tujuh poliklinik instalasi rawat jalan, yaitu poliklinik Obstetri dan ginekologi, Bedah, Telinga Hidung dan Tenggorokan, Penyakit Dalam, Kardiologi, Neurologi, serta Paru. Jam kerja poliklinik tersebut berkisar dari pukul 08.00 s/d 14.00 WIB, kecuali di hari Sabtu layanan poliklinik sudah tutup pukul 13.00. Kunjungan pasien terbanyak adalah pada hari Senin dan Selasa pada pukul 08.00 s/d 11.00 WIB. 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Tabel 5.1.Gambaran Karakteristik Responden
Karakteristik Jumlah %
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur 18-29 tahun 30-44 tahun 45-59 tahun ≥60 tahun Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah/Tidak lulus SD Tamat SD atau sederajat Tamat SMP atau sederajat Tamat SMA atau sederajat Perguruan Tinggi Pekerjaan Kuli Bangunan Mahasiswa Pegawai swasta/BUMN Pelajar 33 67 15 17 42 26 2 11 16 37 34 1 4 4 3 33 67 15 17 42 26 2 11 16 37 34 1 4 4 3
(36)
Pendeta Pensiunan Perawat Petani PNS/ABRI Tidak Bekerja Wiraswasta/Pedagang Jumlah Kunjungan Pertama Datang Kedua Kali
Lebih dari dua kali
2 17 1 8 15 34 11 17 10 73 2 17 1 8 15 34 11 17 10 73
Total 100 100
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa 67% (67 orang) pasien berjenis kelamin perempuan. Rentang usia 45-59 tahun merupakan kelompok usia terbanyak (42%) disusul dengan kelompok usia ≥60 tahun sebesar 26% (26 orang). Sebesar 37% (37 orang) pasien menamatkan pendidikan di tingkat SMA dan 34% (34 orang) lainnya telah menamatkan jenjang Perguruan Tinggi.
Gambaran pekerjaan pasien cukup beragam dimana pasien yang tidak bekerja sebesar 34% (34 orang) yang didominasi oleh ibu rumah tangga. 73% (73 orang) dari seluruh sampel telah bertemu dengan dokter lebih dari dua kali. 5.1.3. Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter
Tabel 5.2. Gambaran Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter Penilaian Rata-Rata SD 1. Memberitahukan Anda semua tentang penyakit
Anda; jujur dan berterus terang; tidak
menyembunyikan hal yang seharusnya Anda ketahui.
2. Memberi salam dengan hangat; menyapa dengan nama yang baik; ramah, tidak kasar.
3. Memperlakukan Anda sebagai orang dengan tingkat yang sama; tidak merendahkan Anda. 4. Mempersilakan Anda menceritakan keluhan;
mendengarkan dengan hati-hati; bertanya dengan bijaksana; tidak menghentikan Anda di tengah pembicaraan.
5. Menunjukkan ketertarikan kepada Anda; tidak menunjukkan kebosanan atau tidak mengabaikan
3,19 3,35 3,50 3,56 3,36 0,95 0,88 0,84 0,86 0,95
(37)
apa yang Anda katakan.
6. Memberitahukan apa yang akan dokter lakukan sebelum pemeriksaan fisik serta memberitahukan alasannya; memberitahukan Anda apa yang ditemukan.
7. Mendiskusikan pilihan terapi dengan Anda; menanyakan pendapat Anda; memberikan pilihan dan memberi bantuan dalam memutuskan;
menanyakan pendapat Anda sebelum memberitahu apa yang harus dilakukan. 8. Mendorong Anda untuk bertanya; menjawab
dengan jelas; tidak menghindari pertanyaan anda. 9. Menjelaskan apa yang Anda harus ketahui
tentang masalah Anda, bagaimana dan kenapa masalah itu terjadi, dan apa yang akan terjadi.
10. Menggunakan kata-kata yang Anda mengerti
ketika menjelaskan istilah medis dengan bahasa awam. 3,37 3,10 3,16 3,11 3,48 0,99 1,18 1,14 1,10 0,92
Penilaian akhir 3,31 0,80
Pasien diminta untuk memberikan nilai dengan rentang nilai 1-5 untuk sepuluh pernyataan. Jumlah nilai yang didapatkan selanjutnya diambil rata-ratanya untuk mendapatkan penilaian akhirnya. Sesuai dengan yang ditunjukkan oleh tabel, penilaian akhir pasien adalah 3,31. Dari sepuluh pertanyaan, rata-rata pemberian nilai terendah adalah pada pernyataan ke-7, dengan nilai rata-rata 3,10. Nilai rata-rata tertinggi adalah pada pernyataan ke-4 sebesar 3,56.
Tabel 5.3. Sebaran Penilaian Pasien Terhadap Profesionalisme Dokter N Persentase
Sangat Profesional 21 21%
Profesional 47 47%
Kurang Profesional 32 32%
Total 100 100%
Setelah perhitungan rerata penilaian, nilai akhir selanjutnya dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu kurang profesional untuk nilai 1-2,99;
profesional untuk nilai 3-3,99 dan sangat profesional untuk nilai 4-5. Dari hasil pengelompokan tersebut didapatkan bahwa 47% (47 orang) pasien memberikan
(38)
penilaian akhir profesional bagi dokter yang menangani mereka dan sebanyak 32% (32 orang) pasien memberikan nilai akhir kurang profesional.
5.1.4. Hasil Analisis Statistik
Tabel 5.4. Sebaran Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter Berdasarkan Jenis Kelamin
Penilaian Pasien Jenis
Kelamin
Sangat Profesional
Profesional Kurang Profesional
Total df ᵡ2 p
N % N % N %
Laki-laki Perempuan 4 17 12,1 25,4 19 28 57,6 41,8 10 22 30,3 32,8 33 67
2 3,065 0,216
Untuk menilai pengaruh jenis kelamin terhadap penilaian pasien, dilakukan uji Chi-Square. Hasil uji dikatakan bermakna apabila didapatkan p<0,05. Berdasarkan analisis statistik peneliti mendapatkan hasil yang bermakna karena p=0,216.
Tabel 5.5. Sebaran Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter Berdasarkan Umur
Penilaian Pasien
Umur Sangat
Profesional
Profesional Kurang Profesional
Total df ᵡ2 p
N % N % N %
18-29 tahun 30-44 tahun 45-59 tahun ≥60 tahun 6 6 6 3 40,0 35,3 14,3 11,5 4 6 22 15 26,7 35,3 52,4 57,7 5 5 14 8 33,3 29,4 33,3 30,8 15 17 42 26
3 2,283 0,516
Data umur pasien yang didapatkan kemudian dikelompokkan menjadi empat, yaitu kelompok umur 18-29 tahun, 30-44 tahun, 45-59 tahun, ≥60 tahun. Pasien terbanyak adalah pada rentang umur 45-59 tahun sebanyak 42% (42 orang). Selanjutnya dilakukan uji statistika nonparametrik Kruskal-Wallis untuk menilai apakah ada perbedaan bermakna pada setiap kelompok umur. Hasil dikatakan bermakna apabila didapatkan p<0,05. Dari hasil uji didapatkan p=0,516.
(39)
Tabel 5. 6. Sebaran Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Penilaian Pasien Tingkat
Pendidikan
Sangat Profesional
Profesional Kurang Profesional
Total df ᵡ2 p
N % N % N %
Tidak sekolah/Tidak lulus SD Tamat SD atau sederajat Tamat SMP atau sederajat Tamat SMA atau sederajat Perguruan Tinggi 0 4 2 7 8 0,0 36,4 12,5 18,9 23,5 2 5 8 17 15 100,0 45,5 50,0 45,9 44,1 0 2 6 13 11 0,0 18,2 37,5 35,1 32,4 2 11 16 37 34
4 2,620 0,623
Pasien yang tidak menamatkan pendidikan dasar hanya sebesar 2% (dua orang). Pasien dengan tingkat pendidikan tamat SMA dan Perguruan Tinggi secara berurutan didapatkan sebesar 37% (37 orang) dan 34% (34 orang). Uji Kruskal-Wallis dilakukan untuk mengetahui apakah tingkat pendidikan mempengaruhi penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter. Setelah dilakukan pengujian, peneliti mendapatkan p=0,623.
Tabel 5.7. Sebaran Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter berdasarkan Jumlah Kunjungan
Penilaian Pasien Jumlah
Kunjungan
Sangat Profesional
Profesional Kurang Profesional
Total df ᵡ2 p
N % N % N %
Pertama Kedua Lebih dari dua kali 4 1 16 23,5 10,0 21,9 7 5 35 41,2 50,0 47,9 6 4 22 35,3 40,0 30,1 17 10 73
2 0,778 0,678
Pada penelitian ini didapat bahwa sebesar 73% (73 orang) pasien merupakan pasien yang sudah pernah bertemu dengan dokter yang sama lebih dari dua kali. Pada hasil uji Kruskal-Wallis didapatkan p=0,678.
(40)
Tabel 5.8. Sebaran Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter Berdasarkan Poliklinik
Penilaian Pasien Poliklinik Sangat
Profesional
Profesional Kurang Profesional
Total df ᵡ2 p
N % N % N %
Obgin Bedah THT Peny. Dalam Kardiologi Neurologi Paru 2 8 3 1 1 1 5 22,2 40,0 27,3 5,6 5,3 8,3 45,5 1 8 5 5 14 7 4 44,4 40,0 45,5 27,8 73,7 58,3 36,4 3 4 3 12 4 4 2 33,3 20,0 27,3 66,7 21,1 33,3 18,2 9 20 11 18 19 12 11
6 16,309 0,014
Sebagian besar pasien yang berada di Poliklinik Penyakit dalam memberikan penilaian akhir Kurang Profesional kepada dokter yang menangani. Hal ini cukup mencolok jika dibandingkan dengan poliklinik lainnya. Selanjutnya dilakukan uji Kruskal-Wallis untuk menilai adanya perbedaan yang bermakna pada tiap Poliklinik dengan nilai kemaknaan p<0,05. Peneliti mendapatkan hasil p= 0,014 yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna. Selanjutnya peneliti melakukan uji post hoc Mann-Whitney U untuk melihat letak perbedaan pada setiap poliklinik.
Hasil uji Mann-Whitney dikatakan bermakna apabila p<0,05. Dari hasil analisis statistik, didapatkan perbedaan yang bermakna di antara poliklinik Penyakit Dalam dengan Bedah (p=0,002), Penyakit Dalam dengan Kardiologi (p=0,012), dan Penyakit Dalam dengan Paru (p=0,004).
5.2. Pembahasan
5.2.1. Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter
Pada penelitian ini didapatkan tingkat profesionalisme dokter di Unit Rawat Jalan RSUP Haji Adam Malik rata-rata adalah 3,31 dari skala five-point
Likert yaitu pada kategori “Profesional”. Nilai rata-rata terendah yang diberikan oleh pasien adalah 3,10 pada poin pertanyaan ke-7. Pada poin ini pasien ditanyakan apakah dokter yang menangani mendiskusikan pilihan terapi dengan
(41)
pasien. Pada penelitian yang dilakukan oleh Abadel dan Hattab (2014), penilaian pasien tentang keterlibatan dalam pembuatan keputusan terapi merupakan yang paling rendah karena pendekatan secara paternalistik masih dominan di lingkungan praktik dokter. Rendahnya partisipasi pasien dalam pembuatan keputusan dapat dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan pasien tentang kesehatan dan sedikitnya akses informasi pasien tentang kesehatan (Fraenkel dan McGraw, 2007; Ng, et al, 2013). Kurangnya partisipasi pasien juga dikarenakan dokter telah memutuskan pilihan terapi yang cocok sebelum ditanyakan kepada pasien (Kallio, Ruusuvuori, Peräkylä, 2011). Berdasarkan apa yang ditemui peneliti di lapangan, keterbatasan ini mungkin disebabkan karena pilihan obat sudah ditentukan bagi pasien BPJS.
5.2.2. Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil analisis jenis kelamin terhadap penilaian pasien, peneliti mendapatkan p=0,216 (p>0,05) atau tidak bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang bermakna pada penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter (p=0,579). Temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Abadel dan Hattab (2014) serta penelitian Campbell, Ramsay, dan Green (2001). Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi penilaian pasien. Penelitian lain juga menyatakan bahwa jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang bermakna dengan kepuasan pasien (Schmittdiel, et al, 2000).
5.2.3. Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter berdasarkan Umur Dari hasil analisis umur terhadap penilaian pasien, peneliti mendapatkan p=0,516 (p>0,05) atau tidak bermakna. Hasil uji ini menunjukkan bahwa penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter tidak dipengaruhi oleh umur pasien. Temuan ini berbeda dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa umur mempengaruhi penilaian dan kepuasan pasien (Abadel & Hattab, 2014; Campbell, Ramsay, dan Green, 2001). Hal ini karena pasien dengan usia yang lebih muda memiliki sikap yang kritis dan memiliki ekspektasi yang tinggi
(42)
terhadap dokter. Adanya perbedaan itu juga disebabkan oleh adanya perbedaan interaksi dokter-pasien antara umur pasien yang lebih muda dengan pasien yang lebih tua (Peck, 2011).
5.2.4. Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pada analisis tingkat pendidikan terhadap penilaian pasien, peneliti mendapatkan p=0,623 (p>0,05) atau tidak bermakna. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan pasien tidak mempengaruhi penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter. Terdapat perbedaan hasil temuan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abadel dan Hattab (2014) yang menyatakan bahwa penilaian pasien terhadap dokter dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pasien (p=0,003). Di dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa adanya perbedaan penilaian pasien berdasarkan tingkat pendidikan disebabkan pasien dengan pendidikan lebih tinggi lebih kritis dibandingkan pasien dengan pendidikan yang lebih rendah.
5.2.5. Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter berdasarkan Jumlah Kunjungan
Dari hasil analisis Jumlah Kunjungan terhadap penilaian pasien, peneliti mendapatkan p=0,678 (p>0,05) atau tidak bermakna. Jumlah kunjungan yang dilakukan oleh pasien tidak mempengaruhi penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter.
5.2.6. Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter berdasarkan Poliklinik Berdasarkan uji statistik yang dilakukan, terdapat perbedaan penilaian yang signifikan pada penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter berdasarkan poliklinik (p=0,014, p<0,05). Hal ini mungkin dikarenakan adanya perbedaan interaksi dokter-pasien di setiap poliklinik. Setelah dilakukan uji Mann-Whitney U didapatkan perbedaan bermakna antara poli Penyakit dalam dengan Bedah, Penyakit Dalam dengan Kardiologi, dan Penyakit dalam dengan Paru. Perbedaan ini didukung dengan sebaran penilaian pasien dengan 65% pasien
(43)
di poli Penyakit Dalam memberikan nilai akhir Kurang Profesional. Pada lokasi penelitian, peneliti mendapatkan bahwa poli Penyakit Dalam memiliki jumlah kunjungan paling banyak dibandingkan poli lainnya. Karena jumlah kunjungan yang banyak tersebut, diperkirakan waktu yang dihabiskan dokter dengan pasien sangat sedikit dibandingkan dengan poli yang lainnya.
(44)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa tingkat profesionalisme dokter di RSUP Haji Adam Malik berada pada kategori “Profesional” dengan nilai rata-rata 3,31 (SD 0,80) dari skala five-point Likert. Keterlibatan pasien dalam membuat keputusan mendapatkan rata-rata nilai paling rendah dengan nilai 3,10 (SD 1,18).
Karakteristik pasien seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan jumlah kunjungan tidak mempengaruhi penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter. Akan tetapi, terdapat perbedaan yang bermakna pada penilaian pasien terhadap profesionalisme dokter berdasarkan poliklinik. Perbedaan ini dapat terjadi karena perbedaan cara interaksi dokter-pasien pada tiap poliklinik dan perbedaan lamanya waktu yang dihabiskan dokter dengan pasien.
6.2. Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan lebih banyak sampel dengan lokasi yang lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi homogenitas sampel.
2. Pada penelitian selanjutnya, perlu dilakukan penilaian terhadap kondisi kesehatan pasien karena dapat mempengaruhi cara pasien menilai dokter. Dikhawatirkan pasien memberikan nilai yang lebih rendah pada kondisi kesehatan yang jelek sehingga dapat mengakibatkan bias.
3. Penelitian observasional tentang bagaimana dokter berinteraksi dengan pasien perlu dilakukan untuk melihat kualitas interaksi antara dokter dengan pasien secara akurat. Hal ini karena terdapat perbedaan kurikulum dalam pembelajaran dokter sehingga mungkin saja ada perbedaan bagaimana dokter berinteraksi dengan pasien berdasarkan generasi kelulusan.
(45)
4. Pada penelitian selanjutnya perlu dipertimbangkan lamanya waktu yang dihabiskan antara dokter dengan pasien.
(46)
DAFTAR PUSTAKA
Abadel, F.T & Hattab, A.S. 2014. Patients’ Assessment of professional and Communication Skills of Medical Graduates. BMC Medical Education
14(28).
Arnold, L & Stern, D.T. What is Medical Professionalism?. In: Stern D.T ed. 2006. Measuring Medical Professionalism. New York, USA: Oxford University Press.
Bertens K. 1993. Etika. Cetakan IX. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Brennan T, et al. 2002. Medical Professionalism in the New Millennium: A Physician Charter. Ann Intern Med 136(3): 243-246.
Campbell JL, Ramsay J, dan Green J. 2001. Age, Gender, Socioeconomic, and Ethnic Differences in Patients’ Assessments of Primary Health care.
Quality in Health Care 10:90-95.
Cruess R.L & Cruess S.R. 2009. The Cognitive Base of Professionalism. In: Cruess R.L., Cruess S.R., Steinert Y ed. Teaching Medical Professionalism. New York: Cambridge University Press, 7-23.
.
Fraenkel, Liana & McGraw, Sarah. 2007. What are the Essential Elements to enable Patient Participation in Medical Decision Making?. Society of General Internal Medicine 22:614–619.
2012. Teaching Professionalism-Why, What and How.
FVV in Obgyn4(4): 259-265.
Green M, Zick A, dan Gregory M. 2009. Defining Professionalism From the Perspective of Patients, Physicians, and Nurses. Academic Medicine 84(5): 566-573.
Hanafiah, M.J. dan Amir, A. 2008. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.
Edisi 4. Jakarta: EGC.
Kallio, TI., Ruusuvuori, J., Peräkylä A. 2011. ‘Unilateral’ decision making and patient participation in primary care. Communication & Medicine8(2): 145–155. DOI: 10.1558/cam.v8i2.145.
(47)
Kanter, M.H., et al. 2013. What Does Professionalism Mean to the Physician?.
Perm J 17(3): 87-90.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Kedokteran Indonesia.
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. 2012. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta: Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia.
Moore P.J, Adler N.E, Roberstson P.A. 2000. Medical Malpractice: The Effect of Doctor-Patient Relations on Medical Patient Perceptions and Malpractice Intentions. West J Med 173: 244-250.
Ng Chirk-Jenn, et al, 2013.An overview of patient involvement in healthcaredecision-making: a situational analysis of theMalaysian context.
BMC Health Services Research13:408.
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Republik Indonesia. 2004. Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Republik Indonesia. 2011. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Peck, B.M. 2011. Age-Related Differences in Doctor-Patient Interaction andPatient Satisfaction. Current Gerontology and Geriatrics Research. doi:10.1155/2011/137492.
Schimttdiel, Julie, et al. 2000. Effect of Physician and Patient Gender Concordanceon Patient Satisfaction and Preventive Care Practices. J Gen Intern Med 15:761–769.
(48)
Spandorfer J eds et al. 2010. Professionalism in Medicine: A Case Based Guide for Medical Students. Cambridge, UK: Cambridge University Press.
Wear, D., Aultman, J.M.,. 2006. Professionalism in Medicine Critical Perspectives.USA: Springer.
Wiggins M.N, Coker K, Hicks. 2009. Patient Perception of Professionalism: Implications for Residency Education. Medical Education 43: 28-33. Wilkinson, T. J. & Wade, W. B. 2009. A Blueprint to Assess Professionalism:
(49)
Nama : Fatmadina Burhan
Tempat/Tanggal lahir : Bukittinggi/ 11 Februari 1993
Agama : Islam
Alamat : jl. Karya Bakti, Komplek Bakti Indah Residence, No. 1 Medan
Nama Orangtua
Ayah : Burhanuddin, SH.
Ibu : Dra. Emmafatri, SH., MH. Riwayat Pendidikan :
1. Sekolah Dasar Negeri 200117 Padangsidimpuan 2. SMP Negeri 1 Padangsidimpuan
3. SMA Negeri 2 Padangsidimpuan
Riwayat Pelatihan :
1. Manajemen Mahasiswa Baru 2011 2. Temu Ilmiah Nasional 2013 Riwayat Organisasi:
1. Pengurus OSIS bidang pendidikan SMA Negeri 2 Padangsidimpuan 2010-2011
(50)
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN
Bapak / Ibu yang saya hormati,
Perkenalkan nama saya Fatmadina Burhan, saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Semester VII dengan Nomor Induk Mahasiswa 110100197 yang saat ini sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah sebagai kewajiban saya dengan judul “Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter di Unit Rawat Jalan RSUP Haji Adam Malik Medan”.
Pada kesempatan ini saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak / Ibu untuk dapat berpartisipasi dalam penelitian saya ini dimana kepada Bapak / Ibu saya mohon bersedia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian terhadap profesionalisme dokter di Unit Rawat Jalan RSUP Haji Adam Malikdimana kesediaan Bapak / Ibu bersifat sukarela tanpa ada paksaan dan Bapak/Ibu data mengundurkan diri sewaktu-waktu. Seluruh informasi pribadi maupun data-data yang Bapak / Ibu berikan akan menjadi rahasia yang menjadi tanggung jawab saya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini saja tanpa mempengaruhi proses perobatan Bapak / Ibu.
Demikianlah penjelasan ini saya sampaikan dengan harapan kiranya Bapak / Ibu bersedia memenui permohonan saya ini.
Untuk informasi dan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi saya melalui 081375307321.
Hormat saya, Peneliti
(51)
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dari Fatmadina Burhan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU dengan NIM 110100197 tentang tujuan, manfaat, cara kerja penelitian yang berjudul “Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter di Unit Rawat Jalan RSUP Haji Adam Malik Medan”, maka saya yang bertanda tangan dibawah ini :
N a m a
:……… Umur
:……… Jenis Kelamin : Laki-laki / perempuan
Pasien di
:………..
Dengan ini menyatakan setuju dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian dimaksud secara sukarela tanpa ada paksaan dari dan oleh pihak manapun.
Medan,……… Yang membuat pernyataan
(52)
Lampiran 4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No.
FAKULTAS KEDOKTERAN
KUESIONER PENELITIAN DATA PASIEN
1. Sedangberobat di Poliklinik : ………
2. Umur : ……… tahun
3. JenisKelamin : Laki-laki Perempuan 4. PendidikanTerakhir :
Tidaksekolah/tidak lulus SD Tamat SMA atausederajat Tamat SD atausederajat Perguruantinggi
Tamat SMP atausederajat 5. Pekerjaan:
PNS/ABRI Tidak bekerja
PegawaiSwasta/BUMN Mahasiswa Wiraswasta/Pedagang Pensiunan Lainnya(……….)
6. JumlahKunjungan:
Pertamadatang Lebihdaridua kali Kedua
(53)
Pertanyaan untuk Penilaian Pasien terhadap Profesionalisme Dokter Di Unit Rawat Jalan RSUP Haji Adam Malik Medan
1 2 3 4 5
Kurang Cukup Baik Sangat baik Unggul
11. Memberitahukan Anda semua tentang penyakit Anda; jujur dan berterus terang; tidak menyembunyikan hal yang seharusnya anda ketahui. Dokter
1 2 3 4 5
12. Memberi salam dengan hangat; menyapa dengan nama yang baik; ramah,
tidak kasar.
1 2 3 4 5
13. Memperlakukan Anda sebagai orang dengan tingkat yang sama; tidak merendahkan Anda
1 2 3 4 5
14. Mempersilakan Anda menceritakan keluhan; mendengarkan dengan hati-hati; bertanya dengan bijaksanan; tidak menghentikan Anda di tengah pembicaraan.
1 2 3 4 5
15. Menunjukkan ketertarikan kepada Anda; tidak menunjukkan kebosanan atau tidak mengabaikan apa yang Anda katakan.
1 2 3 4 5
16. Memberitahukan apa yang akan dokter lakukan sebelum pemeriksaan fisik serta memberitahukan alasannya; memberitahukan Anda apa yang ditemukan.
1 2 3 4 5
17. Mendiskusikan pilihan terapi dengan Anda; menanyakan pendapat Anda; memberikan pilihan dan memberi bantuan dalam memutuskan; menanyakan pendapat Anda sebelum memberitahu apa yang harus dilakukan.
1 2 3 4 5
18. Mendorong Anda untuk bertanya; menjawab dengan jelas; tidak menghindari pertanyaan anda.
(54)
19. Menjelaskan apa yang Anda harus ketahui tentang masalah Anda, bagaimana dan kenapa masalah itu terjadi, dan apa yang akan terjadi.
1 2 3 4 5
20. Menggunakan kata-kata yang Anda mengerti ketika menjelaskan istilah medis dengan bahasa awam.
(55)
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Korelasi Pearson
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 ptotal
P1 Pearson Correlation 1 .950** .823** .791** .667** .611** .644** .768** .789** .579** .867**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .004 .002 .000 .000 .007 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson Correlation .950** 1 .877** .800** .724** .811** .734** .827** .838** .673** .940**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson Correlation .823** .877** 1 .888** .815** .721** .729** .818** .771** .754** .930**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson Correlation .791** .800** .888** 1 .694** .618** .511* .650** .603** .837** .819**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .004 .021 .002 .005 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson Correlation .667** .724** .815** .694** 1 .658** .821** .815** .694** .688** .875**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 .001 .002 .000 .000 .001 .001 .000
(56)
Sig. (2-tailed) .004 .000 .000 .004 .002 .000 .000 .002 .002 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P7 Pearson Correlation .644** .734** .729** .511* .821** .793** 1 .847** .621** .523* .847**
Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .021 .000 .000 .000 .003 .018 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P8 Pearson Correlation .768** .827** .818** .650** .815** .771** .847** 1 .848** .636** .933**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .002 .000 .000 .000 .000 .003 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P9 Pearson Correlation .789** .838** .771** .603** .694** .652** .621** .848** 1 .608** .867**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .005 .001 .002 .003 .000 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P10 Pearson Correlation .579** .673** .754** .837** .688** .657** .523* .636** .608** 1 .779**
Sig. (2-tailed) .007 .001 .000 .000 .001 .002 .018 .003 .004 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
ptotal Pearson Correlation .867** .940** .930** .819** .875** .840** .847** .933** .867** .779** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
(57)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
(58)
Lampiran 6
Master Data
Kode Nama Poliklinik Umur Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir Pekerjaan Jumlah Kunjungan 001 MA Obgyn 18 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Mahasiswa Pertama datang 002 HE Obgyn 41 Perempuan Tamat SMP atau sederajat Tidak bekerja Pertama datang 003 SA Obgyn 49 Perempuan Perguruan Tinggi Tidak bekerja Kedua
004 NU Obgyn 51 Perempuan Tamat SD atau sederajat Lainnya Lebih dari dua kali 005 WI Obgyn 49 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 006 AS Bedah 52 Perempuan Perguruan Tinggi PNS/ABRI Lebih dari dua kali 007 SE Bedah 40 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Wiraswasta/Pedagang Lebih dari dua kali 008 TI Bedah 18 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 009 TU Bedah 62 Perempuan Tamat SD atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 010 BA Bedah 44 Perempuan Tamat SMP atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 011 NA Bedah 21 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 012 NF Bedah 37 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 013 MY Bedah 42 Perempuan Tamat SMP atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 014 BE Bedah 40 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Lainnya Lebih dari dua kali 015 WG Bedah 57 Perempuan Tamat SD atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 016 SS Bedah 42 Perempuan Tamat SD atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 017 JM Bedah 53 Perempuan Tamat SD atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 018 LS Bedah 42 Perempuan Tamat SD atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 019 TM Bedah 72 Perempuan Perguruan Tinggi Pensiunan Lebih dari dua kali
(59)
021 SM THT 51 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat Lainnya Lebih dari dua kali 022 RI Obgyn 32 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Tidak bekerja Pertama datang
023 EM Obgyn 29 Perempuan Perguruan Tinggi PNS/ABRI Kedua
024 SP THT 42 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali
025 MS THT 51 Laki-laki Perguruan Tinggi Lainnya Lebih dari dua kali
026 BW THT 27 Perempuan Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang Lebih dari dua kali 027 RP THT 21 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Mahasiswa Lebih dari dua kali 028 SL THT 59 Perempuan Tamat SD atau sederajat Tidak bekerja Pertama datang 029 PA Obgyn 46 Perempuan Tamat SMP atau sederajat Lainnya Lebih dari dua kali 030 SN Bedah 45 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 031 FI Bedah 58 Perempuan Tidak sekolah/Tidak lulus SD Tidak bekerja Kedua
032 MS Obgyn 56 Perempuan Tamat SMP atau sederajat Wiraswasta/Pedagang Kedua
033 BS THT 27 Laki-laki Tamat SMP atau sederajat Wiraswasta/Pedagang Pertama datang 034 ANA THT 54 Perempuan Perguruan Tinggi PNS/ABRI Lebih dari dua kali 035 DH THT 46 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Tidak bekerja Kedua
036 SA THT 53 Laki-laki Perguruan Tinggi PNS/ABRI Lebih dari dua kali 037 SO Neurologi 55 Perempuan Perguruan Tinggi PNS/ABRI Lebih dari dua kali 038 PM Neurologi 48 Laki-laki Perguruan Tinggi Lainnya Lebih dari dua kali 039 AE Neurologi 67 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat Pensiunan Lebih dari dua kali 040 OL Neurologi 54 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Wiraswasta/Pedagang Pertama datang 041 MA Neurologi 51 Perempuan Tamat SMA atau sederajat PNS/ABRI Pertama datang 042 ZN Neurologi 68 Perempuan Perguruan Tinggi Wiraswasta/Pedagang Kedua
043 TMA
Peny.
(60)
045 AZW Neurologi 18 Laki-laki Tamat SMP atau sederajat Lainnya Lebih dari dua kali 046 FI Kardiologi 39 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 047 SR Kardiologi 64 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat Pensiunan Lebih dari dua kali 048 HM Kardiologi 70 Laki-laki Perguruan Tinggi Pensiunan Lebih dari dua kali 049 AS Kardiologi 50 Laki-laki Perguruan Tinggi Pensiunan Lebih dari dua kali 050 WG Kardiologi 74 Laki-laki Tamat SMP atau sederajat Pensiunan Lebih dari dua kali 051 AM Kardiologi 64 Laki-laki Tamat SMP atau sederajat Wiraswasta/Pedagang Lebih dari dua kali 052 TL Kardiologi 55 Perempuan Tamat SMP atau sederajat Lainnya Lebih dari dua kali 053 IM Bedah 21 Laki-laki Tamat SMP atau sederajat Wiraswasta/Pedagang Lebih dari dua kali 054 SG Bedah 48 Perempuan Tidak sekolah/Tidak lulus SD Tidak bekerja Pertama datang 055 HE Neurologi 18 Perempuan Tamat SMP atau sederajat Lainnya Kedua
056 FT Kardiologi 38 Perempuan Perguruan Tinggi PNS/ABRI Lebih dari dua kali 057 AB Kardiologi 52 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat PNS/ABRI Lebih dari dua kali 058 MD Kardiologi 43 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat Wiraswasta/Pedagang Lebih dari dua kali 059 RH
Peny.
Dalam 25 Laki-laki Perguruan Tinggi Mahasiswa Lebih dari dua kali 060 TR
Peny.
Dalam 59 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 061 BU Neurologi 58 Perempuan Tamat SMP atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 062 IN
Peny.
Dalam 66 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 063 ZI
Peny.
Dalam 58 Perempuan Perguruan Tinggi Tidak bekerja Lebih dari dua kali 063 SM Bedah 63 Perempuan Tamat SD atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 064 YU Peny. 53 Perempuan Perguruan Tinggi Pegawai swasta/BUMN Lebih dari dua kali
(61)
065 FT Dalam 33 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 065 JI Kardiologi 65 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat Pensiunan Pertama datang 066 PU
Peny.
Dalam 49 Perempuan Perguruan Tinggi PNS/ABRI Lebih dari dua kali 067 FR
Peny.
Dalam 18 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat Lainnya Kedua 068 MA
Peny.
Dalam 62 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat Lainnya Pertama datang 069 MR
Peny.
Dalam 62 Perempuan Tamat SMP atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 070 JM Paru 56 Perempuan Perguruan Tinggi PNS/ABRI Lebih dari dua kali
071 SH Paru 49 Perempuan Perguruan Tinggi PNS/ABRI Pertama datang
072 SA Paru 55 Perempuan Tamat SD atau sederajat Tidak bekerja Pertama datang 073 PT Paru 44 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat Lainnya Lebih dari dua kali 074 US Kardiologi 57 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat Pensiunan Lebih dari dua kali 076 TU Kardiologi 70 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Pensiunan Lebih dari dua kali 078 AM Kardiologi 62 Laki-laki Perguruan Tinggi Pensiunan Lebih dari dua kali 079 DE Paru 34 Perempuan Perguruan Tinggi Tidak bekerja Lebih dari dua kali 080 PR Bedah 61 Perempuan Perguruan Tinggi Pensiunan Pertama datang 081 KS Paru 70 Laki-laki Perguruan Tinggi Pensiunan Lebih dari dua kali 082 RS Kardiologi 62 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 083 LA Kardiologi 60 Perempuan Perguruan Tinggi Pensiunan Lebih dari dua kali 084 NAI
Peny.
Dalam 60 Perempuan Tamat SMP atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali 085 MK Peny. 60 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Tidak bekerja Lebih dari dua kali
(62)
086 MW Dalam 57 Perempuan Perguruan Tinggi PNS/ABRI Lebih dari dua kali 087 KR Kardiologi 57 Perempuan Tamat SD atau sederajat Lainnya Pertama datang 088 NI Kardiologi 50 Perempuan Tamat SD atau sederajat Wiraswasta/Pedagang Kedua
089 PDM Kardiologi 69 Perempuan Perguruan Tinggi Pensiunan Lebih dari dua kali 090 SYF Paru 60 Laki-laki Perguruan Tinggi Pensiunan Lebih dari dua kali 091 RU
Peny.
Dalam 37 Laki-laki Perguruan Tinggi PNS/ABRI Kedua
092 MTN
Peny.
Dalam 57 Perempuan Perguruan Tinggi PNS/ABRI Lebih dari dua kali 093 CR
Peny.
Dalam 27 Perempuan Perguruan Tinggi Lainnya Lebih dari dua kali 094 SMJ Paru 48 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat Wiraswasta/Pedagang Lebih dari dua kali 095 BT Paru 50 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat Lainnya Lebih dari dua kali 096 MAR Paru 62 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat Lainnya Lebih dari dua kali 097 SAD Paru 54 Laki-laki Tamat SMA atau sederajat Pegawai swasta/BUMN Pertama datang 098 UMM
Peny.
Dalam 75 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Pensiunan Lebih dari dua kali 099 AML Neurologi 63 Laki-laki Perguruan Tinggi Pensiunan Lebih dari dua kali 100 HNS Neurologi 19 Perempuan Tamat SMA atau sederajat Mahasiswa Pertama datang
Kode P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Ptot
Prata-rata
(1)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .823a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Poliklinik
Mann-Whitney Test
Ranks
Poliklinik N Mean Rank Sum of Ranks
Penilaian Pasien THT 11 11.00 121.00
Peny. Dalam 18 17.44 314.00
Total 29
Test Statisticsb
Penilaian Pasien
Mann-Whitney U 55.000
Wilcoxon W 121.000
Z -2.185
Asymp. Sig. (2-tailed) .029
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .049a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Poliklinik
Mann-Whitney Test
Ranks
Poliklinik N Mean Rank Sum of Ranks
Penilaian Pasien THT 11 14.41 158.50
Kardiologi 19 16.13 306.50
Total 30
Test Statisticsb
Penilaian Pasien
Mann-Whitney U 92.500
Wilcoxon W 158.500
Z -.604
(2)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .611a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Poliklinik
Mann-Whitney Test
Ranks
Poliklinik N Mean Rank Sum of Ranks
Penilaian Pasien THT 11 10.91 120.00
Neurologi 12 13.00 156.00
Total 23
Test Statisticsb
Penilaian Pasien
Mann-Whitney U 54.000
Wilcoxon W 120.000
Z -.813
Asymp. Sig. (2-tailed) .416
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .487a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Poliklinik
Mann-Whitney Test
Ranks
Poliklini
k N Mean Rank Sum of Ranks
Penilaian Pasien THT 11 12.59 138.50
Paru 11 10.41 114.50
Total 22
Test Statisticsb
Penilaian Pasien
Mann-Whitney U 48.500
Wilcoxon W 114.500
(3)
Asymp. Sig. (2-tailed) .399
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .438a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Poliklinik
Mann-Whitney Test
Ranks
Poliklinik N Mean Rank Sum of Ranks
Penilaian Pasien Peny. Dalam 18 23.08 415.50
Kardiologi 19 15.13 287.50
Total 37
Test Statisticsb
Penilaian Pasien
Mann-Whitney U 97.500
Wilcoxon W 287.500
Z -2.522
Asymp. Sig. (2-tailed) .012
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .024a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Poliklinik
Mann-Whitney Test
Ranks
Poliklinik N Mean Rank Sum of Ranks
Penilaian Pasien Peny. Dalam 18 17.44 314.00
Neurologi 12 12.58 151.00
Total 30
Test Statisticsb
Penilaian Pasien
Mann-Whitney U 73.000
Wilcoxon W 151.000
(4)
Asymp. Sig. (2-tailed) .094
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .146a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Poliklinik
Mann-Whitney Test
Ranks
Poliklinik N Mean Rank Sum of Ranks
Penilaian Pasien Peny. Dalam 18 18.25 328.50
Paru 11 9.68 106.50
Total 29
Test Statisticsb
Penilaian Pasien
Mann-Whitney U 40.500
Wilcoxon W 106.500
Z -2.852
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .007a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Poliklinik
Mann-Whitney Test
Ranks
Poliklinik N Mean Rank Sum of Ranks
Penilaian Pasien Kardiologi 19 15.45 293.50
Neurologi 12 16.88 202.50
Total 31
Test Statisticsb
Penilaian Pasien
Mann-Whitney U 103.500
Wilcoxon W 293.500
Z -.519
(5)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .675a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Poliklinik
Mann-Whitney Test
Ranks
Poliklinik N Mean Rank Sum of Ranks
Penilaian Pasien Kardiologi 19 17.39 330.50
Paru 11 12.23 134.50
Total 30
Test Statisticsb
Penilaian Pasien
Mann-Whitney U 68.500
Wilcoxon W 134.500
Z -1.767
Asymp. Sig. (2-tailed) .077
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .123a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Poliklinik
Mann-Whitney Test
Ranks
Poliklinik N Mean Rank Sum of Ranks
Penilaian Pasien Neurologi 12 14.13 169.50
Paru 11 9.68 106.50
Total 23
Test Statisticsb
Penilaian Pasien
Mann-Whitney U 40.500
Wilcoxon W 106.500
Z -1.696
(6)
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .118a
a. Not corrected for ties.