Penilaian terhadap Profesionalisme Dokter

e Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS. Berdasarkan telaah yang dilakukan oleh peneliti, tidak semua peraturan perundang-undangan yang disebutkan di atas secara gamblang membahas profesionalisme dokter. Konsep profesionalisme sangat jelas digambarkan melalui Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Jika dilihat dari keseluruhan undang-undang yang dicantumkan di atas, dokter merupakan bagian dari sistem kesehatan nasional yang dibentuk pemerintah demi kesejahteraan rakyat. Hal ini sesuai dengan teori kontrak sosial yang telah dijelaskan sebelumnya. Konsep profesionalisme yang berkaitan tentang pasien juga cukup tergambarkan melalui Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Gambaran tersebut terlihat dari pasal 32 yang menjelaskan tentang hak pasien yang pada dasarnya juga merupakan bagian dari profesionalisme.

2.2 Penilaian terhadap Profesionalisme Dokter

Penilaian terhadap profesionalisme dokter sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan profesi. Komponen penting dari profesionalisme ini tentunya adanya sikap untuk mengevaluasi diri.Seiring bertambahnya waktu dan dengan kemajuan teknologi, nilai-nilai profesionalisme bisa saja berubah dan tidak sesuai dengan definisi profesionalisme. Maka dari itu, penilaian profesionalisme sangat berperan dalam menjaga nilai luhur sebuah profesi. Profesionalisme merupakan seperangkat perilaku yang hendaknya dinilai dari berbagai sisi. Penilaian bisa dilakukan oleh dokter itu sendiri, pengawas, pasien, dan kolega yang bekerja sama dengan dokter tersebut Wilkinson Wade, 2009; Green, Zick, Makoul, 2009. Dari penelitian Green, Zick, dan Makoul 2009 terlihat ada sedikit perbedaan cara menilai profesionalisme berdasarkan sudut pandang dokter, pasien, dan perawat. Dari penelitian tersebut, didapatkan bahwa dokter menilai tingkat profesionalismenya lebih rendah dibandingkan penilaian yang diberikan oleh pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Green, Zick, dan Makoul 2009 juga menunjukkan bahwa profesionalisme dapat dinilai melalui perilaku dokter yang terlihat. Akan tetapi, tidak semua aspek profesionalisme dokter dapat dinilai oleh pasien karena perilaku yang dinilai oleh pasien hanya berkisar pada hubungan dokter pasien. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pasien memiliki sudut pandang berbeda terhadap profesionalisme. Beberapa ciri profesionalisme yang dinilai oleh pasien fokus kepada komunikasi, walaupun komunikasi bukan fokus utama di dalam Physician Charter. Hasil yang mirip juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Wiggins, Coker, dan Hicks 2009 didapatkan hasil bahwa pasien menganggap kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat penting dari profesionalisme. Sangat memungkinkan jika pasien tidak menghubungkan profesionalisme dokter dengan kemampuan klinis seorang dokter. Selanjutnya Abadel dan Hattab 2014 mendapatkan hasil yang menunjukkan adanya perbedaan penilaian profesionalisme yang diberikan oleh pasien tergantung dengan latar belakang sosiodemografi pasien tersebut. Pasien dengan kelompok usia lebih tua memberikan penilaian yang lebih baik dibandingkan kelompok pasien usia lebih muda. Rata-rata penilaian pasien dalam penilitian ini adalah pada kategori “baik”. Dari beberapa penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pasien menilai profesionalisme dengan cara yang berbeda. Beberapa pasien dapat lebih kritis dibandingkan pasien lainnya Wilkinson Wade, 2009. Walaupun begitu, mengetahui bagaimana penilaian pasien tetap penting. Dengan mengetahui bagaimana penilaian pasien, makna profesionalisme diharapkan akan semakin jelas sehingga hubungan dokter dan pasien dapat terjaga kualitasnya. Terpenuhinya ekspektasi pasien terhadap dokter merupakan hal yang harus tercapai sesuai dengan konsep profesionalisme sebagai kontrak sosial.

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL