commit to user
Suharman 2005: 95 berpendapat bahwa setiap perguruan Tamansiswa dan setiap pamong mempunyai kebebasan untuk mencari dan mencoba menemukan dan
menentukan sendiri teknik mendidik yang sesuai dengan garis kodrat pribadi masing-masing dengan keadaan setempat yang berbeda-beda, dengan ketentuan
tidak mengingkari atau menyalahi asas dan tujuan Tamansiswa.
3. Pendidikan Pondok Pesantren a Konsep Pendidikan Islam
Islamisasi pengetahuan menurut Mujamil Qomar 2005: 223 adalah merupakan
respon terhadap
keadaan pengetahuan
yang tersekulerkan,
terdikotomikan, dan terbaratkan, sehingga mengarah pada deislamisasi. Dengan kata lain islamisasi pengetahuan adalah bermaksud mengembalikan pengetahuan ke
dalam pengaruh nilai-nilai Islam, sebagaimana yang terjadi pada zaman kejayaan Islam.
Sistem pendidikan Islam ditawarkan sebagai alternatif bagi umat Islam ini merupakan koreksi selama ini terhadap sistem pendidikan yang berkembang dan
yang pernah ada. Tidak menutup kemungkinan sistem pendidikan barat dapat diadaptasi tetapi tetap mengikuti petunjuk-petunjuk Islam. Dengan demikian
identitas, karakter dan kemandirian sistem pendidikan Islam merupakan pola-pola dasar dari Islam yang dikembangkan untuk merangkai sistem pendidikan Islam itu
sendiri.
commit to user
Sisi lain dari konsep pendidikan Islam menurut Murray adalah sebagai berikut. One useful way to perceive educational trends in Indonesia, as well as in
other Islamic societies, is from the vantage point of four goals on which an instructional system can focus. These are the goals 1 of producing good
people socialmoral education; 2 of producing skilled communicators basic education in reading, writing, speaking, listening, calculating; 3
of developing well-informed people who understand the physical and social universe liberal or general education; and 4 of producing
efficient worker vocational education, Thomas Murray, 1988: 897.
Menurut Murray, salah satu cara yang berguna untuk melihat gaya pendidikan di Indonesia, serta dalam masyarakat Islam lainnya adalah dari sudut pandang
empat gol atau empat tujuan di mana sebuah sistem instruksional dapat fokus. Tujuannya antara lain, 1 menghasilkan yang baik orang pendidikan sosial atau
moral, 2 menghasilkan komunikator yang terampil pendidikan dasar dalam membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, menghitung, 3 dari berkembang
baik informasi orang-orang yang memahami fisik dan sosial semesta liberal atau pendidikan umum, dan 4 pekerja yang efisien menghasilkan pendidikan
kejuruan. Dalam penjelasan Murray ingin menjelaskan model pendidikan di Indonesia
yang di dalamnya mempunyai tujuan menjadi manusia yang bermoral, mempunyai pemahaman kognitif yang baik, tidak tertinggal dan mempunyai ketrampilan. Model
pendidikan yang diharapkan bukan hanya sekedar penguatan pemahaman kognitif saja, melainkan juga mengembangkan moral dan ketrampilan.
Al Ghazali dengan hadist Rasulullah mengatakan, bahwa semua orang akan rusak kecuali orang yang berfikir terpelajar, yang terpelajar akan rusak kecuali
commit to user
yang mengamalkan pengetahuannya, yang mengamalkan akan rusak kecuali yang menggunakan ketulusan. Maka Zamakhsyari Dhofier 1984: 21 mengatakan tujuan
pendidikan Islam adalah memberikan moral, menghaluskan budi pekerti, meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Muhaimin 2002: 38 dalam konteks historik-sosiologik, pendidikan Islam pernah dimaknai sebagai pendidikan atau pengajaran keagamaan atau keislaman
dalam rangka tarbiah al-muslimin mendidik orang-orang Islam untuk melengkapi dan membedakan dengan pendidikan sekuler non keagamaan atau non keislaman.
Misalnya adanya sistem pendidikan madrasah diniyah sekolah agama sore hari yang didirikan sebagai wahana penggalian, kajian dan penguasaan ilmu-ilmu
keagamaan serta pengalaman ajaran agama Islam bagi para peserta didik muslim yang pada pagi harinya menempuh pendidikan yang didirikan oleh pemerintah
kolonial Sistem pendidikan Islam semacam itu sampai sekarang ini masih tumbuh dan berkembang.
Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan dan seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan maka pendidikan Islam
pada dasarnya hendak mengembangkan pandangan hidup Islami, yang diharapkan tercermin dalam sikap hidup dan ketrampilan hidup orang Islam, Muhaimin, 2002:
39. Selanjutnya menurut Jalaludin
, 2001: 76
pendidikan Islam sebagai usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat
digunakan dalam memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah yang setia. Jadi bisa
commit to user
disimpulkan bahwa nilai-nilai yang ditanamkan dalam pendidikan Islam bukan hanya berhenti pada munculnya perilaku untuk berbuat baik saja, tetapi pendidikan
Islam haruslah didasarkan pada kesadaran ketuhanan yang kuat. Pendidikan karakter dalam Islam memiliki keunikan dan perbedaan dengan
pendidikan karakter di dunia Barat. Menurut Abdul Majid perbedaan- perbedaan tersebut mencakup penekanan terhadap prinsip-prinsip agama, aturan dan hukum
dalam memperkuat moralitas dan penekanan pada pahala di akhirat sebagai motivasi berperilaku moral. Inti dari perbedaan-perbedaan tersebut adalah
keberadaan wahyu Ilahi sebagai sumber dan rambu-rambu dalam pendidikan karakter Islam, 2011: 58.
b Pengertian Pondok Pesantren
Pesantren merupakan bagian dari infrastruktur masyarakat yang secara makro telah berperan menyadarkan komunitas masyarakat yang mempunyai idealisme,
kemampuan intelektual, dan perilaku mulia al-akhlaq al-karimah guna menata dan membangun karakter bangsa yang paripurna.
Definisi singkat istilah pondok adalah tempat sederhana yang merupakan tempat tinggal kiai bersama para santrinya Hasbullah, 1999: 142. Di Jawa,
besarnya pondok tergantung pada jumlah santrinya. Adanya pondok yang sangat kecil dengan jumlah santri kurang dari seratus sampai pondok yang memiliki tanah
yang luas dengan jumlah santri lebih dari tiga ribu. Tanpa memperhatikan berapa jumlah santri, asrama santri wanita selalu dipisahkan dengan asrama santri laki-laki.
commit to user
Komplek sebuah pesantren memiliki gedung-gedung selain dari asrama santri dan rumah kiai, termasuk perumahan kiai, gedung madrasah, lapangan olahraga,
kantin, koperasi, lahan pertanian dan atau lahan pertenakan. Kadang-kadang bangunan pondok didirikan sendiri oleh kiai dan kadang-kadang oleh penduduk
desa yang bekerja sama untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan. Kata pondok pesantren sendiri merupakan gabungan antara kata pondok dan
pesantren. Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan agama Islam tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama kompleks dimana
santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari leadership seseorang atau
beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.
Marwan dalam Achmad Patoni 2007: 91 juga berpendapat bahwa pondok pesantren berarti suatu lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada
umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara bandongan dan sorogan dimana kiai mengajar santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis
dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang santri tinggal di pondok atau asrama.
Metode sorogan merupakan suatu metode pengajaran yang bersifat individual, dimana santri belajar secara langsung dan berhadapan dengan kiai. dalam metode
ini yang dilakukan santri adalah mereka membawa kitab tertentu kepada sang kiai dan membacanya dihadapan kiai. Selanjutnya, kiai mendengarkan bacaan santri dan
commit to user
kalau dirasa perlu Dia membenarkan apa yang dibaca santri bila terjadi kesalahan. Berbeda dengan sistem sorogan, sistem bandongan merupakan metode pengajaran
dimana kiai menghadapi santri secara klasikal yang masing-masing santri memegang kitab yang sama. Kiai membacakan, menerjemahkan dan menerangkan
teks-teks Arab gundul tanpa harakat, sedangkan santri menyimak. Pendapat lain sebuah lembaga yang bernama pondok pesantren adalah suatu
komunitas tersendiri, di dalamnya hidup bersama-sama sejumlah orang yang dengan komitmen hati dan keikhlasan atau kerelaan mengikat diri dengan kiai, tuan guru,
buya, ajengan atau nama lainnya untuk hidup bersama dengan standar moral tertentu, membentuk budaya tersendiri. Sebuah komunitas disebut pondok pesantren
minimal ada kiai, masjid, asrama pondok, pengajian kitab kuning atau naskah salaf tentang ilmu-ilmu keislaman, Achmad Patoni, 2007: 92.
Berdasarkan perspektif keterbukaan terhadap perubahan yang terjadi pondok pesantren dibagi menjadi salafi dan khalafi. Salafi tetap mengajarkan kitab-kitab
Islam klasik sebagai inti pengajarannya. Pondok pesantren khalafi telah
memasukkan pelajaran umum dalam madrasah yang dikembangkannya atau membuka tipe-tipe sekolah umum dilingkungan pondok pesantren.
Dari sisi pendidikan yang dikembangkan ada tiga tipe pondok pesantren. Pertama, memiliki santri yang belajar dan tinggal bersama kiai, kurikulum
tergantung kiai dan pengajuan secara individual. Kedua, memiliki madrasah, kurikulum tertentu, pengajaran bersifat aplikasi, kiai memberikan pelajaran secara
umum dalam rentang waktu tertentu, santri bertempat tinggal di asrama untuk
commit to user
mempelajari pengetahuan umum dan agama. Ketiga, hanya berupa asrama, santri belajar di sekolah, madrasah, bahkan perguruan tinggi, sementara kiai sebagai
pengawas dan pembina mental. Menurut Mohammad Iskandar 2001: 91 pesantren pada dasarnya merupakan
asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang atau lebih guru yang dikenal dengan sebutan
kiai atau ajegan. Unsur-unsur pesantren adalah masjid, pondok atau kobong, santri, pelajaran kitab-kitab Islam klasik yang sekarang dikenal dengan sebutan kitab-kitab
kuning dan kiai. Biasanya letak asrama atau pondokan para santri tidak berjauhan dengan masjid dan rumah kiai.
Menurut Sumarsono Mustoko 1986: 65 para santri yaitu murid-murid yang belajar, diasramakan dalam suatu kompleks yang dinamakan pondok. Pondok
tersebut dapat dibangun atas biaya guru yang bersangkutan ataupun atas biaya bersama dari masyarakat desa pemeluk agama Islam. Pesantren tersebut disamping
berfungsi sebagai pondok juga dapat digunakan bersama untuk diusahakan antara para guru dan santri.
Zamakhsari Dhofier 1985: 51-52 membagi santri menjadi dua tipe. Pertama, santri mukim adalah murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap
dalam kelompok. Santri mukim yang paling lama tinggal disebuah pesantren biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggungjawab
mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah.
commit to user
Kedua adalah santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk
mengikuti pelajaran di pesantren mereka pulang-pergi dari rumahnya sendiri. Biasanya pada pesantren kecil santri kalong lebih banyak, sedangkan dalam
pesantren besar santri mukim lebih banyak jumlahnya. Salah satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat asrama
para santri adalah sebagai tempat latihan bagi santri untuk mengembangkan ketrampilan kemandiriannya agar mereka siap hidup mandiri dalam masyarakat
sesudah tamat dari pesantren. Santri harus memasak sendiri, mencuci pakaian sendiri dan diberi tugas seperti memelihara lingkungan pondok, Dhofier, 1985:45.
Orang tua membawa anaknya ke pondok pesantren untuk dua tujuan, yaitu untuk belajar dan tinggal di pesantren lebih murah serta juga dimata orang tua bisa
memberi latihan disiplin Pradjarta Dirdjosanjoto. 1999: 150. Kemandirian, kesetiakawanan, disiplin merupakan harapan hasil dari pendidikan di pondok
pesantren. Harapan lain adalah supaya anak mereka bisa lebih mendalami dan menghayati nilai-nilai islam. Pendidikan yang murah dan harapan mulia menjadi
daya tarik orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke pondok pesantren. Pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, lembaga sosial dan
penyiaran agama. Abuddin Nata 2001: 112 berpendapat sebagai lembaga pendidikan, pesantren menyelenggarakan pendidikan formal madrasah, sekolah
umum dan perguruan tinggi dan pendidikan nonformal yang secara khusus
commit to user
mengajarkan agama yang sangat kuat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran ulama fikih, hadis, tafsir, tauhid dan tasawuf.
Ronald Lukens 2010: 9 berpendapat tentang pendidikan di pesantren khususnya dalam kurikulum dan yang dikembangkan adalah sebagai berikut.
The curriculum found in contemporary pesantren can be devided into four basic areas: religious education ngaji, character development,
vocational skills training and general education. The first three types of instruction are rigidly gender segregated. At some pesantren general
education may be co-educational following the example of the government schools, thougt this has proven to be somewhat problematic.
Religious education involves studying texts, which include the Qur’an, Hadith and the classical texts which include commentaries on scripute,
expositions on mystic.
Ronald Lukens berpendapat bahwa kurikulum ditemukan di pesantren kontemporer dapat dibagi menjadi empat bidang dasar antara lain pendidikan agama
ngaji, pengembangan karakter, pelatihan ketrampilan kejuruan dan pendidikan umum. Pada beberapa pendidikan dipesantren mengikuti contoh pendidikan pada
umumnya di sekolah-sekolah. Dalam pendidikan agama memasukan pelajaran teks yang meliputi Al Qur’an, hadist dan teks klasik.
Sebagai lembaga sosial, pesantren menampung anak-anak dari segala lapisan masyarakat muslim, tanpa membedakan tingkat sosial ekonomi mereka. Sementara
itu setiap hari menerima tamu yang datang dari masyarakat. Mereka datang untuk bersilaturahim, berkonsultasi, memohon doa, meminta nasihat dan sebagainya.
Sebagai penyiaran agama Islam, masjid pesantren sering dipakai untuk majelis taklim pengajian, diskusi keagamaan dan berdakwah.
commit to user
Sesuai dengan fungsinya pesantren memiliki prinsip-prinsip utama dalam menjalankan pendidikannya. Menurut Abuddin Nata 2001: 113 ada dua belas
prinsip yang seharusnya dipegang teguh pesantren yaitu 1 theocentric 2 sukarela dalam pengabdian; 3 kearifan; 4 kesederhanaan; 5 kolektivitas; 6 mengatur
kegiatan bersama; 7 kebebasan terpimpin; 8 kemandirian; 9 pesantren adalah tempat untuk mencari ilmu dan mengabdi; 10 mengamalkan ajaran agama; 11
belajar di pesantren bukan mencari ijazah; 12 restu kiai artinya semua perbuatan yang dilakukan setiap warga pesantren bergantung pada kerelaan dan doa kiai.
Jadi bisa disimpulkan bahwa pondok pesantren adalah sebuah tempat tinggal santri atau asrama santri yang digunakan dalam proses belajar agama, sosial,
pendidikan dan sebagai pengembangan minat dan bakat santri.
c Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
Yayasan Ali Maksum dalam sejarah berdirinya tidak terlepas dari sejarah Pondok Pesantren Krapayak Yogyakarta dan al-maghfurlah KH. Ali Maksum.
Pondok Pesantren Krapyak didirikan tahun 1910 oleh al-maghfurlah KH. M. Moenawwir, merupakan salah satu pesantren di Indonesia yang telah dikenal luas di
berbagai kalangan. Hal tersebut disebabkan karena Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta telah mampu menunjukan perannya dalam membina umat, menyiapkan
kader-kader bangsa yang memiliki kesatuan wawasan dan kedalaman ilmu dengan landasan keimanan dan ketakwaan yang baik, Tim Yayasan Pondok Pesantren Ali
Maksum 2011: 5.
commit to user
Arif Subhan 2003: 76 menyatakan bahwa Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta dikenal sebagai pesantren Al Quran sehingga mempunyai
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap KH. Munawir. Ketika tokoh ini tiada, sementara dikalangan anggota keluarga tidak ada yang memiliki kemampuan setara,
maka reputasi pesantren mulai menurun. Dalam kondisi tersebut Ali Maksum tiba di Krapyak dengan mempertahankan ciri yang dikenal pesantren Al Quran. Ali
Maksum mempertahankan ciri khas itu dan menambah sistem madrasah di lingkungan pesantren.
Dengan adanya madrasah tidak mengurangi tradisi pondok pesantren yang sudah berjalan. Justru akan membentuk kepribadian dengan banyak faktor yang
brepengaruh pada santri seperti faktor lingkungan dan keteladanan. Sekarang Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta berkembang cukup pesat. Madrasah dari
tingkat paling bawah sampai tingkat tinggi ada dalam Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
B. Penelitian yang Relevan