commit to user
b. Persepsi Pengajar dan Siswa Mengenai Pendidikan Karakter
Kebutuhan anak bangsa untuk memperoleh pendidikan karakter semakin penting, mengingat akhir-akhir ini banyak tuntutan kepada sekolah untuk
mamasukkan pendidikan karakter. Dalam pelakasanaannya perlu didukung oleh semua komponen sekolah, salah satunya pengajar dan siswa. Sebagai praktisi
pendidikan setiap guru seharusnya dapat memahami pendidikan karakter, karena kurikulum merupakan sumber acuan penyelenggaraan pendidikan maupun
pembelajaran. Persepsi guru tentang pendidikan karakter merupakan salah satu aspek yang akan ikut mewarnai proses pembelajaran.
Proses pembelajaran juga tidak terlepas dari peran siswa sebagai subyek yang dipengaruhi. Siswa juga perlu memberikan persepsinya terhadap pola karakter
yang berjalan di sekolah. Dalam membahas pendidikan karakter di sekolah, berikut adalah berbagai pandangan yang dikemukakan oleh pengajar dan siswa khususnya
di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
1 Persepsi Pengajar dan Siswa tentang Pendidikan Karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta
Pemahaman pengajar terhadap pendidikan karakter sangat dipengaruhi oleh persepsi yang dimiliki oleh masing-masing guru. Artinya, seberapa baik
pemahaman guru terhadap pendidikan karakter akan kembali kepada guru tersebut untuk menerapkan yang diketahuinya. Semakin baik persepsi guru terhadap
commit to user
pendidikan karakter, maka dapat diperkirakan semakin baik pula penyampaian atau penerapan pendidikan karakter itu dilaksanakan di dalam kelas.
Proses penerapan pendidikan karakter juga tidak terlepas dari siswa. Pemahaman siswa diperlukan untuk mengetahui lebih jelas terkait pola penerapan
pendidikan karakter yang sudah berjalan. Dari hasil temuan di lapangan melalui wawancara mendalam dan observasi di lapangan dapat dikatakan bahwa pada
dasarnya para pengajar di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta mempunyai persepsi yang cukup bagus mengenai pendidikan karakter. Hal itu bisa
tercermin dari pernyataan-pernyataan yang dikemukakan ketika peneliti mewawancarainya. Selain itu, bisa juga dilihat dari tindakan-tindakan ketika guru
berada di dalam dan di luar kelas. Terkait dengan pengertian pendidikan karakter, Nyi Endang selaku pamong
ketamansiswaan menyatakan bahwa pendidikan karakter relevan dengan pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti. Beliau berpendapat “…pendidikan karakter
adalah cara berpikir, cara memilih yang baik, benar, adil serta indah dan cara menetapkan keinginan yang diwujudkan dalam sikap dan tingkah laku sehari-
hari….” catatan lapangan nomor 17. Menurut pendapat di atas disebutkan bahwa pendidikan karakter merupakan
universal, mencakup cipta, rasa dan karsa seperti yang diungkapkan oleh Ki Soeratman. Ki Soeratman mengungkapkan Tamansiswa adalah untuk mendidik agar
anak didik menjadi manusia merdeka, manusia yang berjiwa merdeka. Maksudnya adalah agar supaya ciptanya merdeka pikiran, rasanya merdeka batin dan
commit to user
karsanya merdeka karsa mendorong perbuatan. Manusia merdeka merupakan tujuan Tamansiswa dan sekaligus menjadi salah satu ciri pendidikan Tamansiswa
yaitu pendidikan merdeka. Dalam kurikulum pendidikan sekarang guru atau pamong dituntut untuk
memasukkan pendidikan karakter kepada peserta didik. Hal ini selaras dengan pasal 1 Undang Undang
Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas tahun 2003
menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Dengan
demikian pendidikan tidak hanya membentuk insan cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter kuat dan berakhlak mulia yang bernafas nilai-nilai
luhur bangsa dan agama. Untuk membentuk karakter yang cerdas, berkarakter kuat dan berakhlak
mulia sekolah Tamansiswa mempunyai cara yang sudah dikembangkan dalam sekolahnya. Pendidikan karakter yang dikembangkan di sekolah Tamansiswa
khususnya di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai ciri khas yang berbeda dengan sekolah lain. Konsep pendidikan karakter sudah berjalan sejak lama
di Tamansiswa dengan konsep dari ajaran Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan karakter yang dimaksud di sini adalah budi pekerti luhur. Pelajaran budi pekerti
luhur sudah diajarkan sejak lama ketika Tamansiswa muncul. Hal tersebut senada dengan pendapat dari pamong SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Ki Amin Priyanta
selaku juga Waka kurikulum berpendapat sebagai berikut:
commit to user
Pendidikan karakter sudah muncul sejak lama. Sebelum pemerintah mengeluarkan pendidikan karakter, SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
sebenarnya sudah melakukan proses pendidikan karakter. Catatan lapangan nomor 13.
Pelajaran ketamansiswaan, budi pekerti dan agama menjadi sebuah konsep untuk membentuk karakter siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan, tetapi
semua pelajaran seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan nilai-nilai. Ketamansiswaan, budi pekerti yang diajarkan di sekolah mempunyai konsep untuk
bisa membentuk karakter siswa. Hal inilah yang disebutkan oleh Ki Amin bahwa pendidikan karakter sudah diterapkan sejak lama di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan. Dalam pelajaran tersebut ajaran Ki Hadjar Dewantara disampaikan. Ajaran Ki Hadjar Dewantara sekarang masih relevan digunakan pada zaman
sekarang. Hal itu seperti yang dituturkan oleh pamong pelajaran budi pekerti Nyi Sri Sukamti, yaitu sebagai berikut.
Pendidikan karakter itu merupakan cerminan sikap dan perilaku. Dalam pelajaran
budi pekerti mempunyai tujuan supaya peserta didik mempunyai budi pekerti yang baik di sekolah, di rumah, dan di
masyarakat. Catatan lapangan nomor 16.
Dalam proses pembelajaran budi pekerti lebih lanjut dijelaskan bahwa sebagian besar ajaran-ajaran dari Ki Hadjar Dewantara diberikan dengan
pendekatan ilmu psikologi dan metode yang menarik. Dengan cara ini maka dalam proses pembelajaran dapat merangsang siswa untuk mengerti dan harapannya bisa
dipahami dan diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Konsep nilai budi pekerti bukan hanya diberikan dalam pelajaran budi pekerti, melainkan juga
disampaikan dalam pelajaran ketamansiswaan.
commit to user
Manfaat pelajaran budi pekerti juga dirasakan oleh siswa. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Agung salah satu siswa di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan. Kesan Agung terhadap pelajaran ketamansiswaan membuat siswa bisa merubah sikap yang dahulunya kurang baik menjadi lebih baik. Hal ini bisa
dirasakan karena pada pelajaran ini disampaikan nasehat-nasehat dan teori-teori dari Ki Hadjar Dewantara. Pelajaran budi pekerti sering diajarkan kerja sama kelompok,
komunikasi dan toleransi, catatan lapangan nomor 18. Pelajaran ketamansiswaan mempunyai nilai strategis untuk menyampaikan
pendidikan karakter kepada siswa. Dengan pelajaran ini peserta didik diharapkan bisa meneladani pahlawan bangsa, khususnya Ki Hadjar Dewantara. Berikut
relevansi antara pendidikan karakter dan pelajaran ketamansiswaan. Ketamansiswaan adalah salah satu mata pelajaran pendidikan budi pekerti
ala Tamansiswa. Pendidikan ini diberikan di semua jenis jenjang dan satuan pendidikan yang diselenggarakan Tamansiswa. Dengan pelajaran
Ketamansiswaan diharapkan para peserta didik mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan konsepsi Tamansiswa yang isinya adalah
konsepsi Ki Hadjar Dewantara. Selain itu tujuan pelajaran ini untuk membentuk jiwa-jiwa kepemimpinan. Dengan adanya pendidikan
karakter sangat berhubungan sekali dengan pelajaran ketamansiswaan, karena dalam pelajaran ketamansiswaan terdapat ajaran budi pekerti.
Catatan lapangan nomor 17.
Dari keterangan di atas, bahwa pelajaran ketamansiswaan merupakan pelajaran untuk membentuk moral yang baik dengan meneladani pahlawan bangsa
terutama Ki Hadjar Dewantara dengan konsep ajarannya. Dengan meneladani pahlawan bangsa harapannya bisa menjadikan siswa Tamansiswa mempunyai jiwa
kepemimpinan yang baik dan berperilaku menjadi teladan ing ngarsa sung
commit to user
tuladha, selalu membangun semangat ing madya mangun karsa dan selalu memberi kesempatan berkreatifitas secara demokratis tut wuri handayani.
Tamansiswa akan memberikan orientasi tentang ketamansiswaan dengan harapan siswa mampu meneruskan dan menjadi kader Tamansiswa dengan
mengetahui dan mengamalkan konsep-konsep atau ajaran Tamansiswa. Dengan mengajarkannya di dalam kelas akan mempermudah orientasi kepada siswa di SMA
Taman Madya Ibu Pawiyatan. Hal tersebut senada dengan pernyataan Galih. Siswa kelas XII IPA ini berpendapat sebagai berikut.
Tentang pelajaran ketamansiswaan adalah pelajaran yang bisa mengenalkan ajaran Ki Hadjar Dewantara dan sejarahnya. Ini menjadi
pelajaran yang baru karena belum pernah ia dapatkan di sekolah lain. Pelajaran budi pekerti ini memberikan pengertian kepada siswa tentang
tata krama dan sopan santun terhadap sesama dan orang tua ataupun pamong. Dengan belajar pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti
siswa bisa mengerti tentang ajaran Ki Hadjar Dewantara dan penerapannya. Jadi doktrin Ki Hadjar Dewantara dalam kedua pelajaran
ini yaitu ketamansiswaan dan budi pekerti sangat kuat lah. Catatan lapangan nomor 19.
Pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti merupakan pelajaran muatan lokal dari Tamansiswa. Pelajaran Tamansiswa mengajarkan tentang sejarah dan
ajaran Ki Hadjar Dewantara, sedangkan pelajaran budi pekerti lebih khusus kepada ajaran hidup seperti tata karma, sopan santun yang diambil juga dari konsep Ki
Hadjar Dewantara. Bisa dikatakan doktrin Ki Hadjar Dewantara sangat kuat dalam kedua pelajaran tersebut.
Hal senada juga disampaikan oleh Tri Wahyudi selaku siswa kelas XI IPA. Menurut Tri Wahyudi pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti intinya
commit to user
mengajarkan sikap dan perilaku yang baik. Selain itu juga dikuatkan dengan konsep teori terutama konsep ajaran Ki Hadjar Dewantara, sehingga memudahkan siswa
untuk memahami dan mengaplikasikan karakter, catatan lapangan nomor 21. Berdasarkan hasil wawancara serta observasi pendidikan karakter juga
berhubungan dengan pelajaran agama. Pelajaran agama mempunyai kedudukan sama pentingnya dengan pelajaran yang lain terutama dalam mendidik dan
mendorong siswa untuk berakhlak mulia. Pernyataan ini senada dengan pendapat Ki Ribut selaku pengampu pelajaran Pendidikan Agama Islam. Beliau berpendapat
sebagai “…pendidikan karakter itu terkait erat dengan pembelajaran pendidikan Islam terutama dalam pelajaran akhlak….” Catatan lapangan nomor 14.
Ki Ribut ingin menekankan bahwa pendidikan karakter itu sangat berkaitan dengan pelajaran pendidikan Agama Islam. Dalam pelajaran Pendidikan Agama
Islam, siswa diajarkan untuk selalu mempunyai sifat akhlak mulia. Meneladani dan meyakini ajaran Islam sebagai landasan untuk bersikap dan bersosialisasi dengan
masyarakat. Pendekatan agama ini merupakan bagian penting dalam membentuk karakter siswa.
Keterangan di atas dapat memberikan bahwa pelajaran budi pekerti, ketamansiswaan dan agama merupakan sarana untuk membentuk karakter siswa di
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan, walaupun tidak menutup pelajaran yang lain untuk memasukkan atau menyisipkan pendidikan karakter dalam proses
pembelajaran.
commit to user
2 Persepsi Pengajar di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Pendidikan karakter sebagai sebuah pedagogi yang menempatkan individu yang terlibat dalam dunia pendidikan sebagai pelaku utama dalam pengembangan
pendidikan karakter. Pelaku ini menjadi agen penafsir, penghayat dan sekaligus pelaksana untuk mengembangkan pendidikan karakter di sekolah. Peran guru atau
pengajar sebagai agen tersebut sangat penting untuk mendidik dan mengajarkan kepada siswa di sekolah. Adanya tuntutan untuk memasukkan pendidikan karakter
di pelajaran akan berpengaruh dari kualitas pengajar memahami pendidikan karakter.
Dalam persepsi pengajar dan siswa di MA Ali Maksum mempunyai pandangan yang beragam mengenai pendidikan karakter. Menurut Bapak Asyhari
Abta selaku kepala Madrasah menerangkan: Pendidikan itu sendiri sudah mengandung karakter. Mendidik berarti juga
sudah merupakan karakter. Kalau di pondok pesantren pendidikan, karakter sudah terwujud sejak lama, karena di pondok pesantren
mengajarkan ilmu yang manfaat. Ilmu yang manfaat untuk sesama manusia. Catatan lapangan nomor 9.
Berdasarkan pernyataan di atas, pendidikan itu sendiri sejatinya sudah mengandung karakter, karena dalam pendidikan sudah terdapat unsur mendidik
yang berarti bagian untuk membentuk karakter. Pendidikan karakter di pondok pesantren sudah dilaksanakan sejak lama. Hal itu karena kiai atau guru selalu
mengajarkan ilmu-ilmu agama baik sifatnya berhubungan dengan Allah dan sesama
commit to user
manusia. Dengan konsep pondok pesantren keduanya bisa langsung dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal senada juga disampaikan oleh siswa MA Ali Maksum kelas X yang bernama Ahmad Riqza Alufarul Umam. Siswa atau santri wajib menghormati guru
atau pengajarnya di Madrasah Aliyah Ali Maksum. Lebih lanjut Riqza berpendapat sebagai berikut.
Guru disini sebagai ustad juga. Guru atau ustad disini bukan hanya transfer ilmu tetapi juga transfer nilai. Selain mendapat pengetahuan ilmu,
siswa juga mendapat pengetahuan nilai, agama dan juga bisa langsung dipraktekkan. Catatan lapangan nomor 7.
Dari keterangan di atas bisa didapat gambaran bahwa pendidikan karakter berhubungan dengan pendidikan. Dalam proses pendidikan pengajar sangat
berpengaruh dalam pembentukan karakter. MA Ali Maksum sebagian besar pengajarnya mempunyai kemampuan ilmu agama yang cukup baik, sehingga akan
berpengaruh dalam proses pembelajaran. Siswa bukan hanya mendapat pengetahuan ilmu umum, melainkan mendapat ilmu agama dan nilai-nilai.
Dalam lingkungan yang terkondisikan dengan baik, maka santri akan mudah mempraktekkan ilmu agama dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-
hari juga muncul kedekatan antara pengajar dengan santri. Santri kalau bertemu dengan kiai selalu rendah hati tawadu’. Salah satunya yang terlihat adalah siswa
atau santri selalu mengucapkan salam dan mencium tangan guru atau kiai ketika bertemu walaupun diluar sekolah, catatan lapangan nomor 6.
commit to user
Dalam madrasah pendidikan karakter yang dikembangkan bisa diterapkan di semua mata pelajaran tanpa kecuali. Hal itu diwajibkan karena MA Ali Maksum
mempunyai ideologi sekolah bukan hanya untuk mengajarkan pengetahuan sosial ataupun alam seperti sekolah lain, tetapi untuk menanamkan ajaran-ajaran Islam.
Dalam mata pelajaran terdapat mata pelajaran yang berbeda dengan sekolah lain. MA Ali Maksum melaksanakan 26 mata pelajaran yang harus ditempuh siswanya.
Salah satunya untuk mengembangkan pendidikan karakter di MA Ali Maksum dimasukkan pelajaran akidah akhlak, akhlak taklim, pendidikan kewarganegaraan.
Pendidikan karakter adalah program yang diadakan pemerintah, kalau di Madrasah Aliyah Ali Maksum ditekankan pada di pelajaran akidah
akhlak, akhlak taklim dan akhlak serta pelajaran Pendidikan Kewarganegarakan. Akan tetapi pendidikan karakter sekarang lebih
dikembangkan dan bisa dimasukkan kepada semua pelajaran yang diajarkan. Catatan lapangan nomor 2.
Hal serupa juga disampaikan guru atau pengajar sejarah di MA Ali Maksum. Pendidikan karakter bisa dikembangkan dalam pelajaran sejarah, terutama dalam
tema-tema yang mengandung tema kepahlawanan, nasionalisme dan sebagainya. Adapun persepsi bapak Hardi selaku guru sejarah mengenai relevansi pendidikan
karakter dengan pelajaran sejarah adalah sebagai berikut. Dalam pembelajaran sejarah nilai-nilai karakter bisa muncul karena tema-
tema dalam pembelajaran berhubungan dengan karakter, misalnya nasionalisme, karakter patriotisme, karakter rela berkorban dan
sebagainya. Hal ini perlu disampaikan dalam pembelajaran sejarah dengan menyampaikan hikmah atau refleksi dalam pembelajaran.
Catatan lapangan nomor 5.
Dari hasil wawancara tersebut bisa memberi gambaran bahwa pelajaran sejarah mempunyai nilai strategis untuk mengembangkan pendidikan karakter.
commit to user
Pelajaran sejarah bisa membentuk rasa nasionalisme, rela berkorban, patriotisme dengan mempelajari sejarah para tokoh pahlawan nasional atau peristiwa yang
relevan dengan karakter yang positif. Perlu kecermatan dari setiap pengajar untuk memasukkan karakter-karakter tersebut guna memupuk wawasan kebangsaan di
MA Ali Maksum. Lebih lanjut dijelaskan: Pelajaran Pkn sekarang itu justru banyak mempelajari tentang tata negara
dan pelajaran Pancasilanya malah sedikit misalnya menghargai, menghormati dan saling mencintai itu tidak ada. Maka saya menghubungkan
antara dalil-dalil Al Quran dengan tema pembelajaran. Siswa justru lebih pintar dan bisa menangkap serta menghubungkan antara tema dengan dalil-
dalil Al Quran. Catatan lapangan nomor 2.
Dari penjelasan di atas, pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pkn lebih banyak mempelajari tentang Undang-Undang, konstitusi, Pancasila dan sedikit yang
mempelajari mengenai tema-tema tentang nilai-nilai karakter seperti sikap saling menolong, tenggang rasa, cinta tanah air dan sebagainya. Sebagai guru Pkn maka
salah satu yang diambil adalah menghubngkan tema-tema tersebut dengan Al Qur’an dan hasilnya justru siswa lebih tertarik dan pandai menjelaskan.
Dari perspektif lain, persepsi bapak Nandar selaku pengajar atau guru Bimbingan Konseling berpendapat bahwa pendidikan karakter merupakan suatu
kesatuan dalam pendidikan. Pembentukan karakter harus diikuti dengan adanya tata tertib dan pengawalan tata tertib tersebut. Hal ini sebagai upaya untuk
meningkatkan kedisiplinan para santri. Pengawalan dan sistem kontrol inilah salah satu fungsi guru Bimbingan Konseling BK di MA Ali Maksum.
commit to user
c. Aktualisasi Pengamalan Nilai Karakter Pada Siswa