commit to user
etos kerja yang tinggi, dan kegigihan sebagi basis gerakan karakter yang baik. Sekolah harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik
berdasarkan nilai-nilai dimaksud, mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari, mencontohkan nilai-nilai itu
dan menggunakannya sebagai dasar dalam hubungan antar manusia dengan mengaplikasikan di sekolah dan masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut pendidikan karakter adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai baik dalam diri peserta didik secara
umum dan harus ada program pendukung baik dalam proses pembelajaran atau di luar proses tersebut.
2. Pendidikan Sekolah Tamansiswa a Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan
Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan ialah usaha kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa
raga anak agar dalam kodrat pribadinya serta pengaruh lingkunganannya, mereka memperoleh kemajuan lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan Ki
Suratman, 1987: 12. Sedang yang dimaksud adab kemanusiaan adalah tingkatan tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia yang berkembang selama
hidupnya. Artinya dalam upaya mencapai kepribadian seseorang atau karakter seseorang, maka adab kemanusiaan adalah tingkat yang tertinggi.
commit to user
Pendidikan dan pengajaran sebenarnya suatu upaya untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik untuk meningkatkan kualitas
perilakunya kearah yang lebih baik dan lebih maju. Jadi secara implisit pendidikan itu telah bermuatan untuk menanamkan kesadaran terhadap semua nilai-nilai
kebaikan dan keburukan, sehingga diharapkan para lulusannya meningkat perilaku baiknya.
Corak pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara haruslah bersifat nasional. Artinya secara nasional pendidikan harus memiliki corak yang sama
dengan tidak mengabaikan budaya lokal. Bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak suku, ras, dan agama hendaknya memiliki kesamaan corak dalam
mengembangkan karakter anak bangsanya. Pendidikan
yang dicita-citakan
oleh Ki Hadjar Dewantara
adalah Pendidikan Nasional. Hal ini bisa diartikan bahwa perjuangan kemerdekaan
bangsa harus didasari jiwa merdeka dan jiwa nasional dari bangsa itu. Hanya orang-orang yang berjiwa merdeka saja yang sanggup berjuang menuntut dan
selanjutnya mempertahankan
kemerdekaan. Syaratnya ialah Pendidikan Nasional, dan pendidikan merdeka pada anak-anak yang akan dapat memberi
bekal kuat untuk membangun karakter bangsa. Cara mendidik menurut Ki Hadjar Dewantara disebutnya sebagai
“peralatan pendidikan”. Menurut Ki Hadjar Dewantara cara mendidik itu amat banyak, tetapi terdapat beberapa cara yang patut diperhatikan, yaitu:
a. Memberi contoh voorbeelt
commit to user
b. Pembiasaan pakulinan, gewoontevorming c. Pengajaran wulang-wuruk
d. Laku zelfbeheersching e. Pengalaman lahir dan batin nglakoni, ngrasa Ki Hadjar Dewantara,
1977: 28. Ki Hadjar Dewantara sebagai seorang pendidik mengemukakan betapa
pentingnya tiga pusat pendidikan ialah alam atau lingkungan keluarga, alam perguruan dan alam pemuda Darsiti Soeratman, 1989: 6. Setiap pusat
mempunyai tugas sendiri-sendiri tapi mempunyai tujuan yang sama. Sistem pendidikan dengan menggunakan pendekatan tiga pusat tersebut dinamakan
Tripusat. Menurut Darsiti Soeratman, 1989: 7 tugas dari Tripusat atau tiga pusat pendidikan itu adalah sebagai berikut.
1. Alam keluarga, pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting. Tugasnya mendidik budi pekerti dan laku sosial,
2. Alam perguruan, pusat pendidikan yang berkewajiban mengusahakan kecerdasan pikiran dan memberikan ilmu pengetahuan,
3. Alam pemuda, membantu pendidikan baik menuju kepada kecerdasan jiwa maupun budi pekerti.
Daoed Joesoef 2007: 6 mengatakan bahwa Ki Hadjar Dewantara mengadopsi sistem pendidikannya ke tanah air ini dengan konsepnya education is
part of culture, jadi yang diajarkan adalah culture atau kebudayaan. Tentu kebudayaan bukan dalam arti seni pertunjukan ketoprak atau ludruk. Sistem
commit to user
pendidikan Indonesia yang ideal adalah yang menghamba pada pertumbuhan dan perkembangan anak didik sebagai warga negara Indonesia, oleh karena itu
pendidikan tidak dapat dilepaskan dengan pemikiran mendalam soal kebudayaan bangsanya.
Kebudayaan adalah roh pendidikan dan menjadi ruang tempat proses demi proses pendidikan itu terjadi. Kebudayaan akan mengantar bangsa Indonesia pada
dua arus utama, yakni pembangunan dan tuntutan peningkatan martabat manusia. Dalam konteks ini pendekatan pembangunan pendidikan hanya akan berhasil jika
selalu ditempatkan dalam kerangka sitemik dan bukan ensiklopedik. Pada zaman sekarang ini sangat sulit mengajarkan setiap hal berdasarkan pendekatan
fragmentaris belaka. Sebaliknya pendidikan seharusnya lebih diarahkan pada metodologi umum yang dapat membantu anak didik dalam mengorganisasi
pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti kegiatan.
b Sekolah Tamansiswa
Tamansiswa merupakan suatu badan perjuangan yang berjiwa nasional yaitu dengan ditandai suatu pergerakan sosial yang menggunakan kebudayaan sendiri
sebagai dasar perjuangannya. Tamansiswa tidak hanya menghendaki pembentukan intelek saja, tetapi juga dan terutama pendidikan dalam arti pemeliharaan dan
latihan susila, Darsiti Soeratman, 1989: 96. Menurut Ki Soeratman 1982: 11, Tamansiswa adalah untuk mendidik agar
anak didik menjadi manusia merdeka, manusia yang berjiwa merdeka. Maksudnya
commit to user
adalah supaya ciptanya merdeka pikiran, rasanya merdeka batin dan karsanya merdeka karsa mendorong perbuatan-tenaga. Manusia merdeka merupakan tujuan
Tamansiswa dan sekaligus menjadi salah satu ciri pendidikan Tamansiswa yaitu pendidikan merdeka.
Ki Soeratman juga menyebutkan bahwa nasionalisme yang ada di dalam Tamansiswa adalah nasionalisme kultural yang selaras dengan kebutuhan
masyarakat, maka cara memberikan pendidikan kebangsaan itu dilakukan melalui etik, sejarah kebudayaan, pelajaran bahasa, kesenian termasuk antara lain
permainan, nyanyian, tarian dan musik serta kepemudaan. Dalam pengertian lain Tamansiswa sering disebut sebuah peguruan.
Perguruan merupakan tempat tinggal guru dan juga tempat guru mendidik murid- muridnya Pranata, 1959: 57. Istilah perguruan ini sengaja diambil untuk
membedakannya dari kata sekolah yang pada masa itu merupakan tempat yang dalam perguruan muncul rasa kekeluargaan. Hubungan batin antara murid dengan
guru dan murid dengan murid akan lebih erat. Tugas Tamansiswa adalah membina manusia-manusia merdeka, serta asas
kebangsaannya, yang di Eropa dalam abad ke-19 dicerminkan oleh aliran liberalisme, mendapat ruang yang istimewa dalam semangat nasionalisme yang
sedang berkobar-kobar dalam masyarakat Indonesia Pranata, 1959: 58. Semangat nasionalisme inilah yang menjadi daya tarik orang-orang untuk masuk ke
Tamansiswa.
commit to user
Suharman 2005: 95 berpendapat bahwa setiap perguruan Tamansiswa dan setiap pamong mempunyai kebebasan untuk mencari dan mencoba menemukan dan
menentukan sendiri teknik mendidik yang sesuai dengan garis kodrat pribadi masing-masing dengan keadaan setempat yang berbeda-beda, dengan ketentuan
tidak mengingkari atau menyalahi asas dan tujuan Tamansiswa.
3. Pendidikan Pondok Pesantren a Konsep Pendidikan Islam