commit to user
setiap kamar. Terdapat ketua kamar yang menjadi koordinator untuk kerapian, kebersihan dan berlangsungnya kegiatan di asrama.
Siswa dalam kegiatan sehari-hari dituntut untuk mandiri, menjaga kebersihan bersama dan saling mengingatkan dalam setiap hal, misalnya saling
mengingatkan ketika shalat, ngaji dan sebagainya. Nilai-nilai kemandirian, kebersamaan inilah yang menjadi bagian terpenting dalam setiap aktivitas para
santri. Peran ketua kamar juga akan membentuk jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab bagi santri. Hal tersebut akan menjadi pembelajaran dan bekal bagi
santri-santri di MA Ali Maksum.
B. Pokok-Pokok Temuan Penelitian
Berdasarkan sajian data yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini dapat diperoleh pokok-pokok temuan antara lain sebagai berikut.
1. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah. Pendapat pamong dan siswa
mengungkapkan bahwa pola penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan meliputi proses kegiatan belajar mengajar, kegiatan
ekstrakurikuler, sistem among keteladanan pamong, dan muatan pelajaran muatan lokal ketamansiswaan dan budi pekerti. Berdasarkan observasi atau
pengamatan di lapangan kegiatan ekstrakurikuler belum berjalan dengan maksimal, karena murid yang terbatas sehingga ada beberapa kegiatan
ekstrakurikuler yang tidak berjalan. Selain kegiatan belajar mengajar, kegiatan
commit to user
ekstrakurikuler, di MA Ali Maksum berlaku sistem pondok pesantren yang tergabung dalam madrasah. Kegiatan yang diselenggarakan cukup beragam,
padat dan dilakukan dalam pengawasan yang cukup ketat, maka akan membentuk karakter siswa.
2. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai siswa yang cukup sedikit sehingga dalam program pembelajaran lebih cenderung mudah dikondisikan
dan diatur. Dalam pelaksanaannya siswa di SMA Taman Madya cukup pasif menanggapi pertanyaan dari pamong. Dalam proses pembelajaran siswa
cenderung pasif. Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak merupakan sekolah yang terintegrasi dengan pondok pesantren Krapyak.
Dengan kegiatan yang padat akan berdampak kepada siswa. Kegiatan yang mulai dari jam 03.30 pagi sampai jam 21.30 membuat siswa lelah. Dampak
yang terlihat adalah para siswa ngantuk dan pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Persepsi pengajar pamong mengenai pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sebagian besar telah memahami secara baik. Hal ini
bisa diperoleh gambaran ketika diwawancarai narasumber mampu menjelaskan dan menghubungkan antara pendidikan karakter dengan
pelajaran yang diampu. Hasil temuan yang serupa juga terdapat di MA Ali Maksum. Pengajar di MA Ali Maksum lebih cenderung menekankan
pendidikan karakter itu sama dengan akhlak mulia yang sudah diterapkan di
commit to user
madrasah. Persepsi pengajar di MA Ali Maksum belum terlihat dari hasil wawancara yang sudah dilaksanakan.
4. Persepsi siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum mengenai pola pendidikan karakter lebih bersifat ke evaluasi dari program
kegiatan yang sudah berlangsung dan pandangan mereka terkait kegiatan yang bisa membentuk karakter yang baik. Ada korelasi antara siswa yang ikut
organisasi dengan siswa yang pasif mengikuti organisasi. Dari beberapa informan dapat diketahui siswa yang aktif dalam organisasi atau
ekstrakurikuler lebih aktif, menguasai dan cermat menjawab pertanyaan. Untuk persepsi siswa di MA Ali Maksum peneliti mendapatkan gambaran
bahwa karakter religius, kemandirian, kebersamaan dan jiwa sosial yang mereka dapat di MA Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak. Mereka
menganggap pengajar sekaligus kiai dan orang tua di madrasah. Siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan diperoleh temuan bahwa siswa menguasai
konsep ajaran dari Tamansiswa atau Ki Hadjar Dewantara. Dalam aktualisasi pengamalan yang dapat dilihat, siswa sudah memunculkan nilai-nilai
karakter yang baik, akan tetapi perlu ditingkatkan mengingat ajaran yang disampaikan begitu kental dengan ajaran budi pekerti. Berbeda dengan di MA
Ali Maksum, aktualisasi pengamalan yang muncul adalah nilai-nilai keislaman yang lebih dominan.
5. Dalam mengoptimalkan aktualisasi pengamalan nilai-nilai karakter pada siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan, perlu didukung semua
commit to user
komponen sekolah, keluarga dan masyarakat atau lingkungan, sehingga nilai- nilai yang sudah ditanamkan di sekolah dapat berlanjut dengan baik. Tidak
banyak ruang dan waktu untuk melihat sikap siswa, sehingga sedikit kegiatan yang dapat diamati. Aktualisasi di MA Ali Maksum banyak ditemui dalam
kegiatan di luar proses pembelajaran terutama dalam kegiatan di asrama Pondok Pesantren, misalnya kegiatan musyawarah, kegiatan ekstrakurikuler,
kegiatan sehari-hari, model pembelajaran di asrama. Kegiatan yang dilaksanakan penuh dengan kegiatan positif dan lebih banyak bersifat
pemahaman dan aplikasi ilmu Islam. Dalam SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan hanya sebatas dalam kegiatan rutinitas sekolah dan kegiatan
ekstrakurikuler.
C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pola Pendidikan Karakter