Kadar Kreatinin Darah Tikus Betina Akibat Pemberian Infusa Daun Sirih
tubulus, kecuali pada tikus jantan perlakuan infusa daun sirih merah dosis 3,105 gkgBB baik pada masa pemejanan maupun reversibilitas sama sekali tidak
menunjukkan adanya kerusakan pada sel-sel ginjal. Gambaran histologis organ
dicantumkan pada gambar 6.
Gambar 6. Histologi ginjal tikus dengan perbesaran 400x a tikus normal, b nekrosis epitel tubulus, c degenerasi hidropik epithel tubulus, dan d nefritis interstitialis
Pada kelompok kontrol akuadest dosis 15,525 gkgBB maupun perlakuan infusa daun sirih merah dosis 1,38 gkgBB ditemukan adanya perubahan secara
struktural pada ginjal tikus jantan yaitu nefritis intertitialis dan degenerasi hidrofik tubulus.
b a
c d
Nefritis interstitialis merupakan kelainan pada ginjal di mana ruang antara tubulus ginjal mengalami pembengkakan ditandai adanya infiltrasi limfosit.
Nefritis interstitialis biasanya hasil dari reaksi alergi obat, bisa juga disebabkan oleh penyakit autoimun, infeksi atau infiltrasi penyakit lainnya. Oleh karena itu,
adanya nefritis intertitialis yang terjadi pada kontrol ini bisa dikatakan bukan dikarenakan pemberian infusa daun sirih merah, melainkan faktor patologis dari
individu tikus. Perubahan struktural ini bersifat reversibel hal ini bisa dilihat pada dosis 1,38 gkgBB, rentang setelah pemberian infusa daun sirih merah dihentikan
dan pada hari ke-42 masa reversibilitas, tidak ditemukan adanya perubahan pada sel ginjal sel tampak normal.
Selain mengalami nefritis interstitial, tikus jantan pada perlakuan infusa daun sirih merah dosis 1,38 gkgBB mengalami degenerasi hidropik epitel tubulus
gambar b. Degenerasi hidropik ini ditandai adanya vakuola dalam sitoplasma dan sel mengalami hipertrofi sehingga lumen tubulus tampak menyempit.
Selain itu juga terlihat pada perlakuan infusa daun sirih merah dosis 2,07 gkgBB mengalami nekrosis pada sel tubulus gambar c nekrosis hanya terjadi
pada satu ekor tikus sedangkan pada tikus lainnya tidak ditemukan, maka dapat dikatakan nekrosis yang terjadi bukan dikarenakan oleh perlakuan tetapi
oleh faktor patologi dari individu tikus itu sendiri. Nekrosis ini bersifat irreversibel.
Nekrosis yang terjadi ditandai dengan adanya inti sel yang mengalami kariopiknotis. Piknosis atau pengerutan inti merupakan homogenisasi sitoplasma
dan peningkatan eosinofil. Piknosis dapat terjadi karena adanya kerusakan di dalam sel, antara lain kerusakan membran yang diikuti oleh kerusakan
mitokondria dan apparatus golgi, sehingga sel tidak mampu mengeliminasi air dan trigliserida, sehingga tertimbun dalam sitoplasma sel.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa degenerasi hidrofik epitel tubulus, nefritis interstitialis dan nekrosis yang ditemukan pada ginjal tikus jantan
kelompok kontrol dosis 15,525 gkgBB dan perlakuan dosis 1,38 gkgBB lebih dikarenakan oleh faktor patologi dari individu tikus jantan itu sendiri.
Gambaran histopatologi ginjal pada tikus betina baik kontrol aquadest 15,525 gkgBB maupun perlakuan infusa daun sirih merah menunjukkan
perubahan struktural yang sama seperti pada tikus jantan yaitu nefritis intertisisial dan degenerasi hidrofik. Seperti halnya tikus jantan, nefritis intertitialis dan
degenerasi hidrofik epitel tubulus yang terjadi pada ginjal tikus betina dikarenakan faktor patologis tikus betina itu sendiri.
Selama pemberian infusa daun sirih merah, pada tikus betina perlakuan dosis 1,38 dan 3,105 gkgBB mengalami degenerasi hidrofik epitel tubulus.
Sedangkan untuk perlakuan infusa daun sirih merah dosis 2,07 gkgBB pada tikus betina selama masa pemejanan organ tidak menunjukkan adanya perubahan sama
sekali atau normal, namun pada masa reversibilitas ditemukan adanya dua kerusakan sekaligus berupa nefritis intertisisial dan degenerasi hidrofik.
Kerusakan yang terjadi ini dapat dikatakan bukan karena pemberian infusa daun sirih merah, namun lebih karena faktor patologis dari tikus betina sendiri.
Berdasarkan deskripsi gambaran histologis ginjal pada tikus jantan dan tikus betina tersebut dapat disimpulkan perubahan struktural yang terjadi
disebabkan faktor patologis dari individu tikus itu sendiri. Meskipun demikian,