Perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol aquadest dan perlakuan infusa daun sirih merah 1,38 gkgBB disebabkan terjadinya peningkatan kadar kreatinin
darah yang signifikan, dilihat dari nilai rerata ± SE. Selain itu adanya kebermaknaan perbedaan pada kelompok kontrol aquadest ini lebih dikarenakan
faktor individu tikus itu sendiri. Hal ini diperkuat dengan hasil
uji One-Way Anova
setelah pemberian infusa daun sirih merah kadar kreatinin darah pada dosis tersebut dibandingkan dengan kadar kreatinin darah kelompok kontrol aquadest
menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna yang berarti peningkatan kadar kreatinin darah yang terjadi masih dalam batas normal.
Normalitas distribusi dari keempat kelompok perlakuan pada tikus betina juga normal, ditunjukkan dari nilai p yang diperoleh yaitu 0,651 p 0,05
statistik pada lampiran 18. Hasil uji One Way Anova kadar kreatinin tikus betina setelah pemberian infusa daun sirih merah selama 28 hari diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0,817 p0,05 menunjukan terdapat perbedaan yang tidak bermakna antar kelompok kontrol aquadest dan kelompok perlakuan infusa daun
sirih merah. Hal ini berarti pemberian infusa daun sirih merah selama 28 hari tidak mempengaruhi kadar kreatinin tikus betina. Diagram batang gambar 5 juga
menunjukkan bahwa tidak terdapat kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirih merah.
Dari penelitian diperoleh hasil pemberian dosis 1,38 ; 2,07 dan 3,105 gkgBB infusa daun sirih merah secara subkronis selama 28 hari tidak
berpengaruh secara bermakna terhadap kadar kreatinin tikus wistar. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirih merah.
E. Pemeriksaan Histologis Ginjal
Tujuan pemeriksaan histologi ginjal yaitu untuk melihat perubahan secara struktural pada ginjal. Hasil pemeriksaan gambaran histologis ginjal tikus
jantan dan betina masing-masing kelompok dideskripsikan pada tabel III dan IV.
Tabel III. Hasil pemeriksaan histologis ginjal pada tikus jantan Perlakuan
Gambaran Histologis Ginjal
Hari ke-28 Hari ke-42
Kontrol aquadest
dosis 3,105 gkgBB
Dua tikus jantan mengalami
perubahan secara struktural pada gambaran histologis yaitu nefritis
interstitialis infiltrasi limfosit di daerah interstisium, sedangkan
satu tikus lainnya tidak mengalami perubahan atau normal.
Satu tikus mengalami degenerasi hidropik epitel tubulus adanya
vakuola berbatas dalam sitoplasma dan
hipertrofi sehingga lumen tubulus tampak menyempit, dan
satu tikus lainnya tidak mengalami perubahan atau normal.
IDSM dosis 1,38
gkgBB Satu
tikus jantan mengalami perubahan secara struktural pada
gambaran histologis yaitu nefritis interstitialis infiltrasi limfosit di
daerah interstisium, dan satu tikus mengalami degenerasi hidropik
epitel tubulus adanya vakuola berbatas dalam sitoplasma dan
hipertrofi sehingga lumen tubulus tampak menyempit, sedangkan
satu tikus lainnya tidak mengalami perubahan atau normal.
Dua tikus lainnya tidak mengalami perubahan atau normal.
IDSM dosis 2,07
gkgBB Satu tikus mengalami nekrosis
epitel tubulus, sedangkan dua tikus lainnya tidak mengalami perubahan
atau normal. Satu tikus mengalami degenerasi
hidropik epitel tubulus adanya vakuola berbatas dalam sitoplasma
dan hipertrofi sehingga lumen tubulus tampak menyempit, dan
satu tikus lainnya tidak mengalami perubahan atau normal
IDSM dosis 3,105
gkgBB Ketiga tikus tidak mengalami
perubahan atau normal gambaran glomerulus, tubulus, dan
interstisium dalam batas normal. Kedua tikus tidak mengalami
perubahan atau normal gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium
dalam batas normal.
Tabel IV. Hasil pemeriksaan histologis ginjal pada tikus betina Perlakuan
Gambaran Histologis Ginjal
Hari ke-28 Hari ke-42
Kontrol aquadest
dosis 3,105 gkgBB
Satu tikus
betina mengalami
perubahan secara struktural pada gambaran histologis yaitu nefritis
interstitialis infiltrasi limfosit di daerah interstisium, dan dua tikus
mengalami degenerasi hidropik epitel tubulus adanya vakuola
berbatas dalam sitoplasma dan hipertrofi sehingga lumen tubulus
tampak menyempit.
Satu tikus mengalami degenerasi hidropik epitel tubulus adanya
vakuola berbatas dalam sitoplasma dan hipertrofi sehingga lumen
tubulus tampak menyempit, dan satu tikus lainnya tidak mengalami
perubahan atau normal.
IDSM dosis 1,38
gkgBB Tiga tikus mengalami degenerasi
hidropik epitel tubulus adanya vakuola berbatas dalam sitoplasma
dan hipertrofi sehingga lumen tubulus tampak menyempit.
Satu tikus mengalami degenerasi hidropik epitel tubulus adanya
vakuola berbatas dalam sitoplasma dan hipertrofi sehingga lumen
tubulus tampak menyempit, dan satu tikus lainnya tidak mengalami
perubahan atau normal.
IDSM dosis 2,07
gkgBB Ketiga tikus tidak mengalami
perubahan atau normal gambaran glomerulus, tubulus, dan
interstisium dalam batas normal. Satu tikus betina mengalami dua
perubahan sekaligus secara struktural yaitu nefritis interstitialis infiltrasi
limfosit di daerah interstisium, dan degenerasi hidropik epitel tubulus
adanya vakuola berbatas dalam sitoplasma dan hipertrofi sehingga
lumen tubulus tampak menyempit, sedangkan satu tikus lainnya tidak
mengalami perubahan atau normal
IDSM dosis 3,105
gkgBB Dua tikus mengalami degenerasi
hidropik epitel tubulus adanya vakuola berbatas dalam sitoplasma
dan hipertrofi sehingga lumen tubulus tampak menyempit, dan
satu tikus lainnya tidak mengalami perubahan atau normal.
Kedua tikus mengalami degenerasi hidropik epitel tubulus adanya
vakuola berbatas dalam sitoplasma dan hipertrofi sehingga lumen
tubulus tampak menyempit.
Dari tabel III dan IV terlihat gambaran histopatologi ginjal sebagian besar tikus jantan dan betina baik kontrol maupun perlakuan selama menerima
pemejanan infusa daun sirih merah selama 28 hari menunjukkan adanya kerusakan berupa nefritis intertitialis, degenerasi hidrofik, serta nekrosis epitel
tubulus, kecuali pada tikus jantan perlakuan infusa daun sirih merah dosis 3,105 gkgBB baik pada masa pemejanan maupun reversibilitas sama sekali tidak
menunjukkan adanya kerusakan pada sel-sel ginjal. Gambaran histologis organ
dicantumkan pada gambar 6.
Gambar 6. Histologi ginjal tikus dengan perbesaran 400x a tikus normal, b nekrosis epitel tubulus, c degenerasi hidropik epithel tubulus, dan d nefritis interstitialis
Pada kelompok kontrol akuadest dosis 15,525 gkgBB maupun perlakuan infusa daun sirih merah dosis 1,38 gkgBB ditemukan adanya perubahan secara
struktural pada ginjal tikus jantan yaitu nefritis intertitialis dan degenerasi hidrofik tubulus.
b a
c d