mitokondria dan apparatus golgi, sehingga sel tidak mampu mengeliminasi air dan trigliserida, sehingga tertimbun dalam sitoplasma sel.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa degenerasi hidrofik epitel tubulus, nefritis interstitialis dan nekrosis yang ditemukan pada ginjal tikus jantan
kelompok kontrol dosis 15,525 gkgBB dan perlakuan dosis 1,38 gkgBB lebih dikarenakan oleh faktor patologi dari individu tikus jantan itu sendiri.
Gambaran histopatologi ginjal pada tikus betina baik kontrol aquadest 15,525 gkgBB maupun perlakuan infusa daun sirih merah menunjukkan
perubahan struktural yang sama seperti pada tikus jantan yaitu nefritis intertisisial dan degenerasi hidrofik. Seperti halnya tikus jantan, nefritis intertitialis dan
degenerasi hidrofik epitel tubulus yang terjadi pada ginjal tikus betina dikarenakan faktor patologis tikus betina itu sendiri.
Selama pemberian infusa daun sirih merah, pada tikus betina perlakuan dosis 1,38 dan 3,105 gkgBB mengalami degenerasi hidrofik epitel tubulus.
Sedangkan untuk perlakuan infusa daun sirih merah dosis 2,07 gkgBB pada tikus betina selama masa pemejanan organ tidak menunjukkan adanya perubahan sama
sekali atau normal, namun pada masa reversibilitas ditemukan adanya dua kerusakan sekaligus berupa nefritis intertisisial dan degenerasi hidrofik.
Kerusakan yang terjadi ini dapat dikatakan bukan karena pemberian infusa daun sirih merah, namun lebih karena faktor patologis dari tikus betina sendiri.
Berdasarkan deskripsi gambaran histologis ginjal pada tikus jantan dan tikus betina tersebut dapat disimpulkan perubahan struktural yang terjadi
disebabkan faktor patologis dari individu tikus itu sendiri. Meskipun demikian,
ada kemungkinan infusa daun sirih merah memberikan pengaruh terhadap ginjal, sehingga untuk lebih memastikan spektrum efek toksik yang ditimbulkan oleh
infusa daun sirih merah perlu dilakukan uji subkronis untuk waktu yang lebih lama lagi.
F. Perubahan Berat Badan Tikus
Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran berat badan tikus. Berat badan tikus punya peran yang penting karena perubahan berat badan hewan uji
merupakan salah satu data pendukung dalam uji toksisitas. Perubahan berat badan yang terjadi tergantung dari asupan pakan yang diperoleh maupun kondisi fisik
dari hewan uji itu sendiri. Selain itu berat badan juga mempengaruhi volume dosis yang akan diberikan kepada hewan uji. Pada penelitian ini perubahan berat badan
tikus jantan maupun betina dianalisis dengan General Linear Model metode Multivariate. Hasil analisis berat badan tikus disajikan pada Tabel V dan VI
berikut.
Tabel V. Purata berat badan ± SE tikus jantan akibat pemberian infusa daun sirih merah
Kelompok Perlakuan
Purata berat badan ± SE
Hari ke- Hari ke-
7
Hari
ke-14
Hari ke-
21
Hari ke-
28
I Kontrol
Aquadest 15,525
gkgBB 148,18
± 6,28 160,15
± 4,24 177,49
± 3,10 188,27
± 3,90 203,53
± 3,45 II
IDSM 1,38 gkgBB
151,32 ± 2,71
157,35 ± 2,97
173,755 ± 5,46
194,287 ± 7,00
209,11 ± 7,47
III IDSM 2,07
gkgBB 136,75
± 3,41 142,36
± 3,07 164,75
± 4,53 182,84
± 6,68 195,68
± 8,10 IV
IDSM 3.105
gkgBB 116,51
± 4,84 130,13
± 5,62 147,78
± 5,75 163,46
± 6,77 177,83
± 6,56
Gambar 7. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian infusa sirih merah
Keterangan : Kontrol aquadest dosis 15,525 gkgBB Dosis 1 = perlakuan Infusa Daun Sirih Merah 38 gkgBB
Dosis 2 = perlakuan Infusa Daun Sirih Merah 2,07 gkgBB Dosis 3 = perlakuan Infusa Daun Sirih Merah 3,105 gkgBB
Hasil dari analisis Multivariate terhadap perubahan berat badan tikus jantan yang dibandingkan mulai hari ke-0, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21,
sampai hari ke-28 menunjukkan hasil berbeda bermakna antara kelompok kontrol aquadest dan kelompok perlakuan pemberian infusa daun sirih merah. Dapat
disimpulkan infusa daun sirih merah dapat mempengaruhi berat badan tikus jantan namun pengaruh yang diberikan tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan tikus
jantan, tetapi yang lebih dominan berpengaruh adalah dari faktor pertumbuhan tikus jantan itu sendiri.
50 100
150 200
250
H 0 H 7
H 14 H 21
H 28
B er
at B
ad an
gr am
Hari
Kontrol Dosis 1
Dosis 2 Dosis 3
Tabel VI. Purata berat badan ± SE tikus betina akibat pemberian infusa daun sirih merah
Kelompok Perlakuan
Purata berat badan ± SE
Hari ke- Hari ke-
7
Hari ke-
14
Hari ke-
21
Hari ke-
28
I Aquadest
15,525 gkgBB
119,16 ± 2,20
121,82 ± 2,73
130,83 ± 3,17
141,31 ± 4,29
154,16 ± 5,32
II IDSM 1,38
gkgBB 134,48
± 4,23 139,57
± 3,00 149,27
± 3,88 156,77
± 6,93 169,25
± 6,44 III
IDSM 2,07
gkgBB
141,71 ± 6,07
144,58 ± 5,19
151,15 ± 7,90
161,30 ± 5,9
164,27 ± 2,33
IV IDSM
3.105 gkgBB
136,77 ± 7,95
141,91 ± 9,48
151,37 ± 11,51
159,77 ± 13,49
170,08 ± 13,25
Keterangan : SE = Standar Error of Mean, IDSM = Infusa Daun Sirih Merah
Gambar 8. Grafik perubahan berat badan tikus betina selama pemberian infusa sirih merah
Keterangan : Kontrol aquadest dosis 15,525 gkgBB Dosis 1 = perlakuan Infusa Daun Sirih Merah 1,38 gkgBB
Dosis 2 = perlakuan Infusa Daun Sirih Merah 2,07 gkgBB Dosis 3 = perlakuan Infusa Daun Sirih Merah 3,105 gkgBB
Sedangkan pada tikus betina, hasil analisis terhadap perubahan berat badan tabel VI menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna. Hal ini berarti
50 100
150 200
250
H 0 H 7
H 14 H 21
H 28
B er
at B
ad an
gr am
Hari
Kontrol Dosis 1
Dosis 2 Dosis 3
bahwa infusa daun sirih merah tidak mempengaruhi berat badan tikus betina. Adanya perubahan berat badan tikus betina dikarenakan proses pertumbuhan
pada tikus betina. Gambar 7 dan 8 menunjukkan grafik dari perubahan berat badan tikus
jantan dan betina, terlihat dari grafik bahwa semua kelompok perlakuan mempunyai profil yang sama. Hal ini berarti seiring dengan masa pertumbuhan
tikus maka akan disertai dengan peningkatan berat badan dari hari ke hari. Dapat disimpulkan terjadinya perubahan berat badan dikarenakan proses
pertumbuhan yang dialami oleh tikus jantan maupun betina seiring meningkatnya usia dan kebutuhan pakan.
G. Asupan Pakan Tikus
Salah satu yang mempengaruhi berat badan tikus adalah asupan pakan yang diperoleh. Selain itu asupan pakan juga merupakan salah satu data
pendukung dalam uji toksisitas. Berdasarkan pola grafik antar kelompok perlakuan jika terdapat perbedaan yang bermakna, hal ini mungkin disebabkan
oleh efek dari pemberian infusa daun sirih merah atau pola makan tikus itu sendiri. Grafik asupan pakan tikus jantan dan betina dapat dilihat pada gambar 9
dan 10.
Gambar 9. Grafik asupan pakan tikus jantan
Keterangan : Kontrol aquadest dosis 15,525 gkgBB Dosis 1 = perlakuan Infusa Daun Sirih Merah 1,38 gkgBB
Dosis 2 = perlakuan Infusa Daun Sirih Merah 2,07 gkgBB Dosis 3 = perlakuan Infusa Daun Sirih Merah 3,105 gkgBB
Gambar 10. Grafik asupan pakan tikus betina
Ketera
ngan : Kontrol aquadest dosis 15,525 gkgBB Dosis 1 = perlakuan Infusa Daun Sirih Merah 1,38 gkgBB
Dosis 2 = perlakuan Infusa Daun Sirih Merah 2,07 gkgBB Dosis 3 = perlakuan Infusa Daun Sirih Merah 3,105 gkgBB
Dari grafik asupan pakan tikus jantan dan betina gambar 9 dan 10, pola makan dari tikus jantan maupun tikus betina terlihat normal. Meskipun terlihat
adanya peningkatan atau penurunan namun peningkatan ataupun penurunan asupan pakan ini tidak terlalu bermakna.
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
1 3
5 7
9 11
13 15
17 19
21 23
25 27
A su
p a
n P
a k
a n
g ra
m
Hari ke-
Kontrol Dosis 1 g
Dosis 2 g Dosis 3 g
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728 A
su p
a n
P a
k a
n g
ra m
Hari ke-
kontrol Dosis 1
Dosis 2 Dosis 3