14
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Medan, disamping sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, telah berkembang menjadi Kota Metropolitan, seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk, perkembangan ekonomi dan semakin meningkatnya mobilitas masyarakat kota Medan. Oleh karenanya kota Medan sebagai pusat kegiatan
ekonomi maupun pusat pendidikan di Propinsi Sumatera Utara memiliki daya tarik bagi masyarakat yang berdomisili didaerah penyangga kota Medan seperti
kota Binjai dan Kabupaten Deliserdang. Menurut Tamin, 1985, kota yang berpenduduk lebih dari 1-2 juta jiwa
pasti mempunyai permasalahan transportasi. Permasalahan dasar transportasi di kota Medan adalah permintaan lalu lintas yang melebihi penyediaan ruang jalan
yang mengakibatkan kepadatan dan kemacetan lalulintas terutama di jalan-jalan utama dan jalan-jalan protokol.
Permasalahan utama dibidang transportasi perkotaan yang dihadapi saat ini, dapat dikemukakan sebagai berikut :
Masyarakat perkotaan cenderung menggunakan kendaraan pribadi disebabkan kualitas pelayanan angkutan umum yang rendah.
Pelayanan angkutan umum yang ada saat ini hanya mampu menarik masyarakat pengguna angkutan umum, yang tidak memiliki alternatif selain
angkutan umum dan belum mampu menarik perhatian pengguna kendaran pribadi.
Universitas Sumatera Utara
15
Sistem setoran diidentifikasi sebagai akar penyebab rendahnya kualitas pelayanan angkutan umum.
Tarif angkutan umum yang berlaku belum seimbang dengan tingkat kemampuan membayar masyarakat untuk transportasi.
Rendahnya kapasitas angkutan umum, yang diindikasikan oleh semakin berkembangnya angkot MOPEN, MIKROLET, SUDACO yang berkapasitas
sangat kecil dibandingkan angkutan umum berbasis bus. Pemerintah Kota Medan berencana untuk menggunakan Bus Rapid Transit
sebagai salah satu moda transportasi di Medan. Perencanaan ini telah disetujui dengan adanya nota kesepahaman MOU diantara pemerintah kota Medan, Binjai,
Deliserdang dan Sumatera Utara. Rute yang dilalui Bus Rapid Transit BRT ialah Medan-Binjai-Deliserdang MEBIDANG.
Lintasan rute secara detail dapat dilihat pada gambar 1.1.
.
Gambar 1.1 Gambar Jaringan Bus Transit di MEBIDANG
Universitas Sumatera Utara
16
Dalam penentuan tarif angkutan umum yang sekarang dilakukan ditemukan beberapa perbedaan pendapat, dimana masyarakat pengguna umumnya
berpendapat bahwa tarif yang berlaku sekarang lebih memihak pada operator atau pengusaha jasa angkutan tanpa melihat pada daya beli masyarakat pengguna itu
sendiri. Dilain pihak dengan adanya kondisi krisis moneter yang sedang dialami
Indonesia mengakibatkan kenaikan harga- harga diberbagai sektor. Hal ini dialami pula oleh sektor transportasi, dalam hal ini sektor angkutan umum, dimana
kenaikan harga suku cadang yang sangat tinggi, kenaikan harga bahan bakar serta barang- barang pendukung operasi kendaraan lainnya mengakibatkan kenaikan
pada biaya operasi kendaraan. Sedangkan tarif ini sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya operasi kendaraan tersebut.
Dengan melihat masalah diatas, tentunya diperlukan tarif yang layak diberlakukan terhadap tarif Bus Rapid Transit BRT. Dan juga perlu diperhatikan
apakah tarif yang akan di berlakukan telah memperhatikan baik kepentingan operator maupun kepentingan masyarakat pengguna dalam hal ini daya beli
masyarakat .
1.2 Perumusan Masalah