Penelitian Terdahulu Analisis Nilai Ability To Pay dan Willingness To Pay Pengguna Jasa Bus Rapid Transit Medan-Binjai-Deliserdang

20

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan tentang analisis Ability To Pay dan Willingness To Pay WTP. Berikut merupakan penelitian Ability To Pay ATP yang dilakukan didalam negeri dengan beberapa variabel – variabel yang ditinjau serta metode pendekatan yang digunakan tertera pada tabel 2.1. No Judul Variabel Pendekatan Keterangan 1 Pendekatan Willingness To Pay Dalam Penentuan Tarif Tol 1. Household Budget untuk ATP 2. Persepsi Konsumen WTP Kebijakan tarif berdasarkan : - Kemampuan membayar konsumen ATP - Kemauan membayar konsumen WTP - Biaya Operasional Kendaraan Tesis Program Pasca Sarjana Teknik Sipil Universitas Indonesia, 2000 2 Analisa Ability To Pay dan Willingness To Pay Pengguna Jasa Kereta Api Bandara SoekarnoHatta- Manggarai 1. Household Budget untuk ATP 2. Persepsi Konsumen WTP Kebijakan tarif berdasarkan : - Kemampuan membayar konsumen ATP - Kemauan membayar konsumen WTP Tesis Program Pasca Sarjana Teknik Sipil Universitas Indonesia, 2012 3 Evaluasi Tarif Angkutan Umum dan Analisis Ability To Pay ATP dan Willingnes To Pay WTP di DKI Jakarta 1. Household Budget untuk ATP 2. Persepsi Konsumen WTP 3. Vehicle Operation Cost VOC Kebijakan tarif berdasarkan : - Kemampuan membayar konsumen ATP - Kemauan membayar konsumen WTP Jurnal Transportasi, Vol. 1, No. 2, 1999 Universitas Sumatera Utara 21 No Judullanjutan Variabel Pendekatan Keterangan 4 Analisa Tarif Bus Rapid Transit BRT Sarbagita Berdasarkan BOK, ATP dan WTP 1. Household Budget untuk ATP 2. Persepsi Konsumen WTP 3. Vehicle Operation Cost VOC Kebijakan tarif berdasarkan : - Kemampuan membayar konsumen ATP - Ke\\\mauan membayar konsumen WTP Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol.16 No.1, 2012 5 Evaluasi Penerapan Tarif Angkutan Umum Kereta Api Studi Kasus Kereta Api Madiun Jaya Ekspres 1. Household Budget untuk ATP 2. Persepsi Konsumen WTP 3. Vehicle Operation Cost VOC Kebijakan tarif berdasarkan : - Kemampuan membayar konsumen ATP - Kemauan membayar konsumen WTP Jurnal Matriks Teknik Sipil, 2013 6 Evaluasi Tarif KRL Jabodetabek Berdasarkan ATP WTP Masyarakat Studi Kasus Commuter Line Lintas Bogor – Jakarta Kota 1. Household Budget untuk ATP 2. Persepsi Konsumen WTP Kebijakan tarif berdasarkan : - Kemampuan membayar konsumen ATP - Kemauan membayar konsumen ATP Tugas Akhir Program Sarjana Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Tabel 2.1 Studi Literatur yang berkaitan dengan penelitian ini Universitas Sumatera Utara 22 Beberapa penelitian di luar negeri yang terkait dengan Ability To Pay ATP dan Willingness To Pay WTP yaitu : 1. Carlsson 1999 meneliti kesediaan penumpang untuk membayar perbaikan atribut dari moda transportasi yang berbeda dengan menggunakan survei stated preference pada penumpang pribadi dan bisnis yang berpergian dengan kereta api atau udara antara kedua kota terbesar di Swedia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dan membandingkan preferensi penumpang pribadi dan bisnis untuk menyelidiki dan membandingkan preferensi penumpang pribadi dan bisnis untuk moda transportasi yang berbeda, dan atribut yang sesuai. Yang menjadi perhatian dalam penelitian ini yaitu menyelidiki apakah dampak lingkungan dari moda transportasi mempengaruhi pilihan penumpang. Pandangan tradisional untuk perjalanan antar kota bahwa penumpang bisnis melakukan perjalanan dengan udara, sementara penumpang pribadi melakukan perjalanan dengan kereta api atau mobil. Untuk perjalanan lebih dari 300 km, perjalanan udara masih mendominasi untuk perjalanan bisnis, dengan nilai sebesar 48 persen dari total perjalanan, sementara kereta api memiliki 16 persen dan mobil 36 persen. Untuk perjalanan non-bisnis, mobil adalah moda transpotasi yang mendominasi dengan 66 persen dari total perjalanan, baik kereta api dan udara memiliki 14 persen, dan bus tujuh persen Luftfartsverket 1998. Pada paper ini tidak meneliti atribut utama kemauan membayar penumpang yaitu harga dan waktu perjalanan, melainkan meneliti beberapa atribut sekunder penumpang yaitu dampak lingkungan, kehandalan dan kenyamanan. Dari penelitian ini ditemukan bahwa kedua penumpang baik pribadi dan bisnis memiliki nilai yang tinggi untuk perbaikan dampak lingkungan dari sektor Universitas Sumatera Utara 23 transportasi. Penumpang udara menghargai lebih tinggi perbaikan lingkungan daripada penumpang kereta api. Dari atribut sekunder, dampak lingkungan adalah atribut yang paling penting bagi penumpang udara, sementara dampak lingkungan dan keandalan adalah sama pentingnya untuk penumpang kereta api. Penumpang Bisnis lebih menghargai kehandalan dari penumpang pribadi, karena secara umum, tarif penumpang bisnis sangat tinggi. Penjelasan untuk ini adalah faktanya bahwa penumpang bisnis tidak membayar tiket sendiri, dengan demikian penumpang bisnis cenderung mengabaikan atribut harga dalam survei. Sehingga ditemukan bahwa penumpang pribadi memiliki nilai jauh lebih rendah untuk semua atribut. Penumpang kereta secara umum memiliki nilai yang lebih rendah semua atribut dari penumpang udara. Penjelasan untuk hasil ini bisa jadi bahwa orang yang lebih sensitif terhadap harga perjalanan dengan kereta api karena perjalanan kereta api pada umumnya lebih murah daripada perjalanan udara, dan ini tercermin dalam survei SP. Rangkumannya yaitu bahwa ada perbedaan antara penumpang baik pribadi dan bisnis, dan antara penumpang udara dan penumpang kereta api. Perbedaan ini disebabkan beberapa faktor, tapi dua faktor penting adalah proses pengambilan keputusan untuk perjalanan dan siapa yang menanggung biaya perjalanan. Penumpang bisnis biasanya membuat keputusan sendiri dan tidak membayar biaya sendiri. Pada saat yang sama, beberapa penumpang bisnis diatur oleh aturan di perusahaan mereka, dan ini tentu saja dapat juga mempengaruhi pilihan mereka dari moda dari transportasi. Oleh karena itu, terutama dalam kasus penumpang bisnis, penting untuk mendefinisikan dengan jelas nilai-nilai yang kita ukur, bagaimana kita mengukur mereka dan yang nilainya kita ingin ukur. Universitas Sumatera Utara 24 2. Mahmoud 2013. Meneliti tentang kemampuan dan membayar untuk fasilitas publik di jalur gaza mengenai listrik dan air. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui nilai faktor utama di balik kemauan dan kemampuan rumah tangga Palestina untuk membayar tagihan mengenai dua utilitas publik tersebut. Dalam penelitian ini, digunakan teknik Stated Preference untuk mengetahui karakteristik responden, kemampuan membayar dan kemauan membayar. Untuk mencapai tujuan ini, tingkat model kemauan dan kemampuan keduanya telah dikembangkan dan diperkirakan. Keputusan yang dibuat oleh rumah tangga yang memiliki kemauan dan atau kemampuan untuk membayar tagihannya, setelah melewati waktu tertentu air atau konsumsi listrik, yang ditentukan dalam model dua persamaan. Karena nilai-nilai variabel terikat dalam model dikodekan 0-5, persamaan dalam model disebut ordered probit model. Hasil empiris dari model estimasi menunjukkan satu set personal, ekonomi,variabel sosial dan legislatif yang merupakan penentu utama di balik perilaku rumah tangga terhadap pembayaran tagihan. Oleh karena itu, baik penyedia dan konsumen harus bekerja sama dalam adopsi dan pelaksanaan langkah-langkah untuk meningkatkan efisiensi pengumpulan tagihan. Selain itu, beberapa jenis paket dukungan atau bantuan harus dilakukan oleh penyedia air dan listrik jasa dalam rangka meningkatkan efisiensi dalam menjalankan utilitas umum di Tepi Gaza. 3. Eboly dan Mazzulla 2008 meneliti tentang kemauan membayar pengguna jasa angkutan umum untuk peningkatan kualitas layanan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyediakan alat untuk menghitung kesediaan membayar pengguna untuk meningkatkan kualitas pelayanan di angkutan umum. Universitas Sumatera Utara 25 Untuk mencapai tujuan ini beberapa metode MNL Multinomial Logit dan ML Mixed Logit dikalibrasikan berdasarkan pilihan pengguna didalam survei Stated Preference. Beberapa faktor yang heterogen mengenai persepsi dari mulai atribut reabilitas, bus kepenuhan, informasi di halte bus, dan petugas yang ramah telah diteliti. Nilai standar deviasi yang diperoleh dari kalibrasi model menyatakan bahwa ada perbedaan yang besar dari persepsi pengguna mengenai atribut- atribut tersebut.

2.3 Teori Produk Jasa