BPFI kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 10,0 mL, dilarutkan dengan methanol p.a hingga larut, dicukupkan volume dengan metanol p.a sampai garis
tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 1000 μgmLLIB I.Dari
larutan deksametason LIB I dipipet 1 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 mL labu A, dan dari larutan deksklorfeniramin maleat LIB I dipipet 2 mL
dimasukkan ke dalam labu A, dicukupkan dengan metanol p.a sampai garis tanda sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 100,0
μgmL dan 200,0 μgmL labu A. Kemudian dari labu A dipipet 1 ml dimasukkan kedalam labu tentukur
10,0 ml dilarutkan dengan methanol p.a hingga larut, dicukupkan volume dengan metanol p.a sampai garis tanda, sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi
21 μgmL dan 11 μgmL labu B. Selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang
gelombang yang telah ditetapkan.
3.6.10 Penentuan kadar sampel campuran deksametason dengan
deksklorfeniramin maleat
Dua puluh tablet ditimbang dan digerus homogen. Serbuk ditimbang setara dengan 4,5 mg deksametason dan dihitung kesetaraan deksklorfeniramin maleat
yang terkandung didalamnya, penimbangan dilakukan sebanyak enam kali pengulangan. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 50,0 ml dan dicukupkan
dengan metanol p.a sampai garis tanda. Dibantu pelarutannya menggunakan sonikator selama 20 menit, lalu disaring ± 10,0 ml filtrat pertama dibuang, filtrat
selanjutnya ditampung. Kemudian dipipet 2,75 mL larutan filtrat, dimasukkan kedalam labu tentukur 50,0 mL, lalu dicukupkan dengan metanol p.a hingga garis
tanda. Kemudian dipipet 5,5 mL larutan filtrat, dimasukkan kedalam labu tentukur 50,0 mL, lalu dicukupkan dengan metanol p.a hingga garis tanda. Selanjutnya
diukur absorbansinya pada panjang gelombang yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
3.6.11 Perhitungan kadar deksametason dengan deksklorfeniramin maleat
Perhitungan kadar masing-masing komponen dalam campuran dilakukan atas dasar absorbansi campuran Ac dan serapan jenis tiap komponen pada multi
panjang gelombang yang telah diketahui dari hasil pengukuran dengan menggunakan persamaan matriks:
[c] = [[a] x [a
1
]]
-1
x [a] x Ac] Keterangan :
[c] : kadar komponen dari campuran
[a] : matriks serapan jenis senyawa penyusun campuran
[a
1
] : transpose matriks serapan jenis senyawa penyusun
campuran [[a] X [a
1
]]
-1
: invers matriks kali transpose matriks serapan jenis senyawa penyusun campuran
Ac : nilai serapan sampel
3.6.12 Analisis Hasil
Menurut Harmita 2004, Analisis hasil dilakukan untuk mengetahui validitas metode yang digunakan dalam penelitian, berikut parameter yang diukur:
a. Akurasi
Nilai akurasi dihitung dari hasil matriks kadar yang terukur atau kadar hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya dikalikan kadar sertifikat
analisis. Akurasi dikatakan baik jika berada dalam rentang 90,0-110,0. Akurasi dari hasil matriks=
kadarhasil kadarsebenarnya
x kadar sertifikat analisis Ditjen BKAK, 2014
b. Uji Presisi
Menurut Ermer dan McB. Miller 2005, Penentuan presisi berdasarkan harga koefisian variasi KV atau Coefficient of variation CV. Jika KV lebih
Universitas Sumatera Utara
kecil dari 2 maka dinilai mempunyai presisi yang baik. Koefisien Variasi KV diperoleh dengan rumus:
KV=
st andardeviasikadarhasil hargareratakadarhasil
x 100 c.
Analisis Data Penetapan Kadar Secara Statistik Data perhitungan kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat
dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji T
Tabel
distribusi t dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 67.
Menurut Sudjana 2005, Rumus yang digunakan adalah :
SD =
1 -
n X
- Xi
2
∑
Untuk mencari t hitung digunakan rumus: t
hitung
= n
SD x
Xi −
Data diterima jika t
tabel
t
hitung
-t
tabel
pada interval kepercayaan 95 dengan nilai α = 0,005.
Keterangan : SD
: standard deviation simpangan baku x
i
: kadar dalam satu perlakuan
−
X
: Kadar rata-rata dalam satu sampel mg100g n
: jumlah ulangan α
: tingkat kepercayaan Untuk menghitung kadar deksametason dan deksklorfeniramin maleat
sebenarnya dalam sampel secara statistik dapat digunakan rumus : µ =
X
± tα2, dk x SD √n
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : SD
: standard deviation simpangan baku
−
X
: Kadar rata-rata dalam satu sampel N
: jumlah ulangan t
: harga t
tabel
sesuai dengan derajat kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
nm. 200,00
250,00 300,00
350,00
A bs.
1,50000
1,00000
0,50000
-0,05000
Universitas Sumatera Utara
nm. 200,00
250,00 300,00
350,00
A bs.
1,00000
0,50000
0,00000 -0,05000
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5 Tumpang tindih spektrum serapan deksklorfeniramin maleat
konsentrasi 21 µgml dan deksametason 11 µgml Spektrum serapan deksklorfeniramin maleat dan deksametason dengan
berbagai konsentrasi dalam pelarut metanol p.a menunjukkan bahwa konsentrasi tidak mengubah bentuk spektrum dari masing-masing zat, pada Gambar 4.3 dan
4.4. Spektrum tumpang tindih dibuat dengan menggabungkan kedua serapan dari deksklorfeniramin maleat dan deksametason yaitu konsentrasi 21,0 µgmL dan
11, µgmL dan juga merupakan perbandingan dari kandungan masing masing zat dalam sampel yaitu 4:1. Spektrum serapan tumpang tindih deksklorfeniramin
maleat konsentrasi 21,0 µgmL dan deksametason konsentrasi 11,0 µgmL pada panjang gelombang 200-400 nm dapat dilihat pada Gambar 4.5. Metode
spektrofotometri biasa tidak dapat dilakukan untuk menetapkan kadar deksklorfeniramin maleat dan deksametason dalam campuran, karena spectrum
deksklorfeniramin maleat dan deksametason saling tumpang tindih dan serapan panjang gelombang dalam spektrum campuran tidak menggambarkan besar
konsentrasi zat tersebut dalam campurannya. Berbeda dengan spektrofotometri ultraviolet UV metode panjang gelombang berganda yang dapat menetapkan
kadar suatu zat dalam campuran zat tersebut dengan zat lainnya.
nm. 200,00
250,00 300,00
350,00
A bs.
1,00000
0,50000
0,00000 -0,05000
Universitas Sumatera Utara
nm. 200,00
250,00 300,00
350,00
A bs.
1,00000
0,50000
0,00000 -0,05000
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Gambar 4.6 maka diperoleh lima panjang gelombang analisis yang digunakan. Lima panjang gelombang analisis yang digunakan adalah 234
nm, pada panjang gelombang ini deksklorfeniramin maleat dan deksametason sudah memberikan serapan. Pada panjang gelombang 236 nm deksklorfeniramin
maleat dan deksametason masih sama-sama memberikan serapan yang cukup besar dan merupakan titik perpotongan pertama. Pada panjang gelombang 239 nm
deksklorfeniramin maleat dan deksametason masih sama-sama memberikan serapan dan merupakan panjang gelombang maksimum deksametason. Pada
panjang gelombang 251 nm deksklorfeniramin maleat dan deksametason masih sama-sama memberikan serapan dan merupakan titik perpotongan yang kedua.
Pada panjang gelombang 261 nm, deksklorfeniramin dan deksametason sama- sama masih memberikan serapan dan merupakan panjang gelombang maksimum
deksklorfeniramin maleat.
4.4 Penentuan Serapan