Diagnosis Karsinoma Nasofaring 1. Anatomi Nasofaring

Gejala Neurologi Saraf Gejala ini berhubungan dengan keterlibatan saraf-saraf kranial. Kejadian keterlibatan saraf kranial pada KNF sekitar 20. Apabila tumor meluas ke superior akan melibatkan saraf III sampai VI, dan apabila perluasan ke lateral dapat melibatkan saraf kranial IX sampai XII. Saraf kranial yang paling sering terlibat adalah III, V, VI dan XII. 9 Gejala neurologis terdiri daei sakit kepala atau gejala saraf kranial, yang berartitelah terjadi penjalaran lokal dar tumor. Sakit kepala merupakan gejala yang paling sering terjadi pada gangguan neurologis. Sakit kepala unilateral yang persisten merupakan gejala yang khas pada KNF. Gejala ini biasanya disebabkan oleh erosi tulang dasar tenggorak atau iritasi nervus kranial. Saraf kranial VI paling sering dikenali sehingga mengakibatkan gangguan sensasi pada muka serta diplopia. Gejala lanjut gangguan saraf ini adalah proptosis. Kombinasi kelainan neurologis yang sering terjadi adalah N. II sampai N. VI Jacod’s syndrome serta kelainan N.IX samai N. XII Villaret’s syndrome. 12 Benjolan Yang Tidak Nyeri Benjolan yang tidak nyeri di leher. Lebih dari 50 pasien KNF datang dengan keluhan benjolan di leher. Pembesaran kelenjer getah bening ini biasanya pada bagian atas leher, sesuai dengan lokasi tumor ipsilateral, namun tidak jarang bilateral. Gejala lain. dapat berupa gejala umum adanya keganasan seperti penurunan berat badan dan anoreksia. Gejala dini KNF sering tidak spesifik dan luput dari perhatian, pasien sebagian besar datang ketika sudah ada benjolan di leher dan umumnya stadium lanjut. 11

2.1.9 Diagnosis

Jika ditemukan adanya kecurigaan yang mengarah pada suatu karsinoma nasofaring, protokol dibawah ini dapat membantu untuk menegakkan diagnosis pasti serta stadium tumor : 13 Universitas Sumatra Utara 1. Anamnesis Terdiri dari gejala hidung, gejala telinga, gejala mata dan saraf, serta gejala metastasisleher. Gejala tersebut mencakup hidung tersumbat, epistaksis ringan, tinitus, telinga terasa penuh, otalgia, diplopia dan neuralgia trigeminal saraf III, IV, V, VI, dan muncul benjolan pada leher. 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Nasofaringskopi Tumor pada nasofaring juga dapat dilihat dengan mempergunakan nasofaringskopi. Alat yang digunakan terdiri dari teleskop dengan sudut bervariasi yaitu sudut 0, 30 dan 70 derajat dan forsep atau cunam biopsi yang membuka ke kanan atau ke kiri. Nasofaringskopi dapat dilakukan dengan cara: Transnasal, teleskop dimasukkan melalui hidung.2 Transoral, teleskop dimasukkan melalui rongga mulut. - Rinoskopi Posterior: Alat sederhana dan murah terdiri dari lampu kepala, kaca laring menghindari “kabut nafas” pada kaca laring, anastesi lokal spray dan tang. Prosedur dan tekniknya sederhana, dapat dikerjakan oleh doktor umum. Dalam posisi duduk, pasien disuruh membuka mulut, lidah ditekan dan kemudian dengan mempergunakan kaca laring dan lampu kepala keadaan nasofaring diamati. Apabila pada nasofaring terlihat massa tumor, maka daerah nasofaring disemprot dengan cairan anastesi dan lakukan biopsiblind biopsi. Metode ini disebut cara tidak langsung dengan biopsi buta. Pada biopsi buta risiko negatif palsu ada karena biopsi tidak kena sasaran atau tidak adekuat. 19 Universitas Sumatra Utara Pemeriksaan Nasoendoskopi Pemeriksaan nasoendoskopi akan memberikan informasi tentang keterlibatan mukosa dan perluasan tumor serta membantu saat biopsi. Namun pemeriksaan endoskopi tidak dapat menetukan peluasan tumor ke arah dalam dan keterlibatan dasar tengkorak. Pemeriksaan endoskopi dapat dilakukan dengan anestesi lokal baik dengan endoskop kaku atau serat optik flexible. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan Radiologik 1. Magnetic Resonance Imaging MRI MRI lebih baik dibandingkan CT Scan dalam memperlihatkan baik bagian superfisial maupun dalam jaringan lunak nasofaring, serta membedakan antara massa tumor dengan jaringan normal. MRI dapat memperlihatkan infiltrasi tumor ke otot-otot dan sinus cavernosus. Pemeriksaan ini juga penting dalam menentukan adanya perluasan ke parafaring dan pembesaran kelenjar getah bening. Namun, MRI mempunyai keterbatasan dalam menilai perluasan yang melibatkan tulang. 2. Computed Tomography CT-Scan CT scan penting untuk mengevaluasi adanya erosi tulang oleh tumor, disamping juga dapat menilai perluasan tumor ke parafaring, perluasan perineural melalui foramen ovale.

2.1.10. Diagnosis Banding