Gambaran Klinis Patofisiologi Penatalaksanaan

sintesis SRS-A Slow reacting substance of Anaphylaxis dan degradasi dari asam arachidonik pada membran sel, yang menghasilkan leukotrine dan prostaglandin. Reaksi ini segera mencapai puncaknya setelah 15 menit. Efek histamin, leukotrine SRS-A dan prostaglandin pada pembuluh darah maupun otot polos bronkus menyebabkan timbulnya gejala pernafasan dan syok. 22-23

2.5.5 Penatalaksanaan

Tindakan awal yang harus dilakukan adalah memposisikan pasien dalam keadaan supin. Dan harus diperhatikan tingkat kesadaran pasien yang mengalami syok anafilaktik ini. Gambar 2. Penatalaksanaan Anafilaksis 36 Jika kesadaran pasien menurun dan ditemukan keadaan cardiac arrest maka hal yang harus dilakukan adalah RJPO Resusitasi Jantung Paru Tahap-tahap RJPO yang dilakukan pada dental chair yaitu: 24,27,30 1. Singkirkan semua barang atau benda-benda berbahaya dan mengganggu seperti dental instrument. 2. Posisikan kursi mengarah horizontal dari lantai 3. Posisi operator berada di samping dental chair dan lutut operator sejajar dengan tubuh pasien 4. Lakukan tahap RJPO. Gambar 3. Tahap-tahap pelaksanaan RJPO 31 Pengenalan dini dari reaksi anafilaksis adalah wajib, karena kematian terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam setelah gejala pertama. Gejala ringan seperti pruritus dan urtikaria dapat dikontrol dengan pemberian 0,3-0,5 ml epinefrin melalui subkutan atau intramuskular, dengan mengulangi dosis yang diperlukan pada interval 20 menit untuk reaksi yang berat. Injeksi melalui intravena mulai diberikan dengan dosis 2-10 ml epinefrin diencerkan 1:100.000 dengan interval pemberian 5-10 menit. Untuk penambahan volume larutan dapat ditambahkan normal saline dan dopamin jika terjadi hipotensi yang berat. Penggunaan antihistamin difenhidramin juga diperlukan yang berfungsi untuk urtikaria, angiodema, dan bronkospasme. Dosis yang diberikan adalah sebanyak 50-100 mg melalui intravena atau intramuskular. 19,21,30

2.5.6 Pencegahan

Cara mengatasi anafilaksis yang terbaik adalah dengan pencegahan. Insidensi anafilaksis dapat dicegah dengan melakukan anamnesa yang tepat dan baik pada pasien sebelum tindakan dilakukan. Anamnesa terdiri dari menanyakan riwayat kesehatan dan secara hati-hati menghindari obat-obat yang dicurigai menimbulkan reaksi. Sebelum tindakan anestesi terdapat p engujian untuk alergi terhadap lokal anestesi termasuk dalam tes vivo seperti tusukan, goresan and patch test, injeksi intradermal dan bahkan peningkatan dosis. Injeksi intradermal atau yang biasa dikenal dengan skin test sering dilakukan ketika pasien tidak mengetahui apakah dia memiliki alergi terhadap bahan anestesi atau obat-obatan. Skin t est adalah suatu pengujian yang dilakukan pada kulit untuk mengidentifikasi substansi alergi alergen yang menjadi pemicu timbulnya reaksi alergi. 18,25-26,,28,31 2.6 Pengetahuan 2.6.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya dan berbeda dengan kepercayaan, tahayul dan penerangan- penerangan yang keliru. Pengetahuan juga diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya mata, hidung dan sebagainya dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. 33-34

2.6.2 Tingkatan Pengetahuan

Ada 6 enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu: 34 a. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Tentang Penjahitan Luka Pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode 8-31 Oktober 2014

4 91 78

Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Anestetikum Lokal

6 75 49

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap Pencegahan Komplikasi Lokal pada Penggunaan Anestesi Lokal di Departemen Bedah Mulut FKG USU periode Mei 2015 - Juni 2015

2 58 54

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap Pencegahan Komplikasi Lokal pada Penggunaan Anestesi Lokal di Departemen Bedah Mulut FKG USU periode Mei 2015 - Juni 2015

0 0 10

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap Pencegahan Komplikasi Lokal pada Penggunaan Anestesi Lokal di Departemen Bedah Mulut FKG USU periode Mei 2015 - Juni 2015

0 0 3

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap Pencegahan Komplikasi Lokal pada Penggunaan Anestesi Lokal di Departemen Bedah Mulut FKG USU periode Mei 2015 - Juni 2015

0 0 24

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan - Tingkat Pengetahuan Tentang Penjahitan Luka Pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode 8-31 Oktober 2014

0 0 20

Tingkat Pengetahuan Tentang Penjahitan Luka Pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode 8-31 Oktober 2014

0 0 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan - Tingkat Pengetahuan Mahasiswakepaniteraan Klinik Bedah Mulut Rsgmp Fkg Usu Terhadap Syok Anafilaktik Akibat Anestesi Lokal Periode 8 – 31 Oktober 2014

0 0 15

Tingkat Pengetahuan Mahasiswakepaniteraan Klinik Bedah Mulut Rsgmp Fkg Usu Terhadap Syok Anafilaktik Akibat Anestesi Lokal Periode 8 – 31 Oktober 2014

0 0 16